Laman

STUDI TENTANG ASSET STRATEJIK YANG MEMPENGARUHI KUALITAS STRATEGI BERSAING PADA UKM KULIT MANDING-BANTUL


STUDI TENTANG ASSET STRATEJIK YANG MEMPENGARUHI KUALITAS STRATEGI BERSAING PADA UKM KULIT MANDING-BANTUL

A STUDY ON STRATEGIC ASSET INFLUENCING COMPETITIVE STRATEGIC QUALITY AT “KUKM KULIT” AT MANDING BANTUL

Siti Nur Barokah
Jurusan Administrasi Niaga, Politeknik Negeri Semarang


ABSTRACT

“Koperasi usaha kecil and menengah” (KUKM - A small and middle scale industries and cooperative) constitutes an important element of country’s economy.  That also supplies to Indonesia in view of the large number of business people and their capability to employ people, the KUKM requires serious attention.  Now these small scale industries face several problems on capital, market, and insufficient knowledge as well as less qualified human resources.  Therefore, the main point is how to formulate a competitive strategic quality by considering the existing strategic asset quality to be able to compete and survive.  Strategic asset quality under this research covers human resource competence, management knowledge, organization capability, and managerial experience influential on competitive strategic asset quality influences competitive strategic quality both positively and significantly.  Therefore, the hypothesis is that strategic asset quality influences competitive strategic quality is accepted

Keyword:  strategic asset quality, competition strategy

PENDAHULUAN
Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (KUKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah, tidak terkecuali di Indonesia. Melihat besarnya jumlah unit pelaku ekonomi dan kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja, maka KUKM layak mendapat perhatian.  Berkembangnya KUKM akan memperkuat struktur ekonomi domestik, karena terserapnya angkatan kerja dalam lapangan kerja dapat meningkatkan daya beli masyarakat yang pada gilirannya akan memperbesar tingkat permintaan.  Permintaan yang tinggi akan mendorong pertumbuhan ekonomi. (Najib, 2006).
Namun dalam kenyataannya selama ini KUKM kurang mendapatkan perhatian, padahal dalam berbagai seminar dan  jurnal disebutkan bahwa Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (KUKM) merupakan pilar penting dalam pembangunan perekonomian bangsa.  Hal ini dapat di maklumi dengan banyaknya jumlah penduduk Indonesia dengan tingkat perekonomian yang belum tinggi, sehingga melakukan usaha ekonomi dalam skala kecil dan menengah merupakan pilihan yang realistis.  Skala usaha ini yang kemudian akan melakukan pergerakan ekonomi riil terutama di sektor konsumsi dan produksi kecil (Sidik, 2003).  Oleh karena itu KUKM memiliki peran yang sangat strategis, sehingga perlu mendapatkan perhatian yang serius agar dapat bersaing di industri.
KUKM Pengrajin Kulit di Manding-Bantul merupakan obyek penelitian yang dipilih, sedangkan permasalahan yang dihadapi saat ini adalah munculnya pengusaha asing yang membuka show room di Manding – Bantul yang memiliki permodalan  sangat kuat dan pengetahuan yang lebih luas, persaingan di lingkungan industri sekitar dan yang ada diluar daerah. Oleh karena itu permasalahannya adalah bagaimana merumuskan kualitas strategi bersaing dengan mempertimbangkan asset stratejik yang dimiliki, untuk dapat tetap bertahan hidup.



2.  Aset Stratejik
Aset stratejik didifinisikan sebagai sesuatu yang dimiliki perusahaan seperti nama merk atau terobosan teknologi, ikatan-ikatan jaringan kerja, tradisi-tradisi sosial perusahaan, praktek-praktek manajemen yang superior terhadap pelanggan.  Bila ia merupakan sebuah set kapabilitas, maka ia harus merupakan sesuatu yang memungkinkan perusahaan melakukan lebih baik dari pada yang dilakukan oleh para pesaing.  Aset stratejik dapat dipahami sebagai sumber daya dari kapabilitas yang bersifat langka, tahan lama, tidak mudah di perdagangkan, sulit untuk ditiru dapat digunakan untuk mengkonversi value menjadi profit (oppropriable) (Ferdinand, 2003). 
Dewasa ini telah berkembang pengakuan bahwa satu-satunya sumber daya yang mampu memberikan keunggulan kompetitif yang berkesinambungan bagi organisasi akan terletak pada kepemilikan sunber daya yang bersifat intangible.  Menurut Becker, Husselid dan Ulrich (2001) dalam HR Scorecard mengemukakan bahwa kepemilikan aset intangible akan memberikan manfaat yang tangible (profitabilitas), (Wijayanto, 2008).  Aset stratejik intangible yang dimiliki suatu organisasi diantaranya adalah kompetensi sumber daya manusia, manajemen pengetahuan, kapabilitas organisasi dan pengalaman (CEO).

2.1 Kompetensi Sumber Daya Manusia
Di Era sekarang ini perubahan lingkungan eksternal organisasi berlangsung sedemikian cepat, oleh karenanya dibutuhkan sebuah sumber daya yang tidak hanya cukup untuk mendukung kelangsungan hidup organisasi saja, melainkan lebih dari itu yaitu sumber daya tersebut harus mampu pula memberikan peluang bagi organisasi untuk memenangkan persaingan dan memberikan keunggulan kompetitif yang berkesinambungan.  Kemampuan sumber daya ini untuk menghasilkan akumulasi beragam pemikiran dan ide; sebagai basis terciptanya pengetahuan yang bersifat spesifik/unik bagi organisasi yang memperkembangkan dan mengelola sumber daya manusia sebagai kekuatan tersendiri untuk menghadapi segala ketidakpastian yang ditimbulkan oleh perubahan lingkungan.  Pengetahuan yang bersifat unik merupakan bibit dari kreatifitas dan inovasi organisasi untuk menjawab perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi. (Wijayanto, 2008).
Pengelolaan sumber daya manusia sebagai sumber keunggulan kompetitif apabila aset ini dijadikan sebagai aset strategis, dengan melakukan pergeseran paradikma praktek-praktek pengelolaan sumber daya manusia dengan menempatkan fungsi pengelolaan sumber daya manusia sebagai partner strategik organisasi.

2.2   Kapabilitas
Collis,1994 mengemukakan tiga tingkatan kapabilitas, yakni kapabilitas statis, kapabilitas dinamis, dan kapabilitas metafisik.  Kapabilitas statis mencerminkan kemampuan perusahaan untuk menjalankan kegiatan-kegiatan fungsional utama, tata letak pabrik, logistik, dan periklanan yang lebih efisien dari para pesaing.  Kapabilitas dinamis berkaitan dengan pembaharuan dinamis atas aktivitas-ativitas perusahaan atau kemampuan perusahaan untuk belajar, beradaptasi, berubah dan melakukan pembaharuan terus menerus.  Kapabilitas metafisik berkaitan dengan wawasan-wawasan strategis yang memungkinkan perusahaan memahami nilai-nilai intrinsik dari sumber-suber daya lain atau untuk mengembangkan strategi-strategi bersaing yang baru (dalam Elu, 2002)
Akses melalui jaringan dan adaptabilitas merupakan pendekatan-pendekatan dinamis.  Akses melalui jaringan (networking access) berarti bahwa organisasi mampu mengakses sumber-sumber kompetensi eksternal tepat waktu dan dengan biaya murah.  Jaringan dapat mencakup para pemasok, perantara dalam pemasaran, pelanggan bahkan pesaing (dalam Elu, 2002).

2.3  Manajemen Pengetahuan
Davenport, 1998 mendifinisikan pengetahuan sebagai kombinasi dari frame pengalaman, nilai, informasi kontekstual dan wawasan ahli yang memberikan kerangka untuk mengevaluasi dan memasukkan informasi dan pengalaman baru.  Pengetahuan merupakan sumber daya yang dapat diperoleh, dikirim atau terpadu untuk mencapai keuntungan kompetitif (Eisenhardt & Santos dalam Jayne, 2004).  Manajemen pengetahuan adalah kegiatan yang dapat membantu menciptakan struktur koordinasi yang mengelola pengetahuan yang efektif.
Menurut Amit dan Schomer, 1993, Barney, 1991, Dierickx dan Cool, 1989, Peteraf, 1993, mengatakan ada 4 kondisi karakter pengetahuan yang harus dipenuhi untuk tercapainya pengetahuan sebagai aset strategis yaitu; tidak mudah untuk dipindahkan, tidak mudah untuk ditiru, tidak mudah untuk ditukar dan mempunyai kekuatan tingkat stabilitas yang baik..  Untuk memenuhi keempat kondisi tersebut, maka perlu dianalisa setiap dimensi transfer pengetahuan dan implikasinya untuk mendukung tercapainya competitive advantage, (dalam Pujilistiyani) :
a.       Pengetahuan Tacit dan Eksplisit, pengetahuan tacit mempunyai komponen personal yang menjadikannya sulit untuk diformulasikan dan dikomunikasikan.  Disisi lain pengetahuan eksplisit bisa dengan mudah dikomunikasikan menggunakan bahasa yang sitematis.  Menurut Hill dan Ende, 1994, Nonaka, 1991 mengatakan pencapaian competitive advantage pengetahuan tacit mempunyai peran penting sebagai aset strategis karena pengetahuan tacit lebih sulit untuk ditiru, ditukar, ditransfer dan diukur. 
b.      Tingkat Kekhususan (Degree of Specificity), tingkat kekhususan pengetahuan mempunyai dampak penting yang serupa untuk membangun competitive advantage yaitu bahwa sumber pengetahuan yang memiliki asset kekhususan merupakan sumber pengetahuan yang mengakibatkan ambiguitas sehingga hal tersebut membuat pengetahuan akan sulit untuk ditiru.  (Barney, 1991; Amit dan Schoemaker, 1993; Peterah, 1993).
c.       Pengetahuan Sistemik dan Independen, semakin sistemik dan independen suatu pengetahuan maka makin sulit untuk ditiru oleh perusahaan lain karena terdapat masalah kordinasi dalam proses pembentukan pengetahuannya. (Chesbrough dan Teece, 1996; Gopalakrishnan dan Bierly, 2001).
Organisasi-organisasi yang sukses, adalah organisasi yang secara konsisten menciptakan pengetahuan baru dan menyebarkannya secara menyeluruh didalam organisasinya, dan secara cepat mengadaptasinya kedalam teknologi dan produk serta layanan mereka.  Melihat perannya yang begitu penting bagi organisasi, maka semua pengetahuan yang dimiliki oleh suatu perusahaan harus dikelola dengan baik sehingga pengetahuan tersebut dapat berperan optimal untuk organisasinya. 
Sehubungan dengan paparan tersebut, akhir-akhir ini banyak organisasi yang telah menjadikan manajemen pengetahuan (Knowlwdge Management) sebagai salah satu strategi untuk menciptakan nilai, meningkatkan efektivitas dan produktivitas organisasi, serta keunggulan kompetitif organisasi.  Organisasi mulai menerapkan manajemen pengetahuan dalam rangka peningkatan kinerja usaha dan daya tahan organisasi.

2.4   Pengalaman  Manajer
Menurut Mintzberg, 1994, para manajer harus mampu mengidentifikasi sumber daya perusahaan tertentu yang memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan alternatif tanggapan terhadap lingkungan yang kompetitif.  Pada saat yang sama, maka perusahaan harus mampu mengembangkan kemampuan untuk berkoordinasi dengan menggunakan sumber daya yang tersedia.  Kemampuan untuk menggali sumber daya dan kompetensi yang memungkinkan perusahaan untuk mengambil keuntungan dari keputusan strategis dalam rangka untuk mengembangkan kompetensi berbeda (Sinkovics, 2004).  Para manajer akan mengembangkan kesadaran lingkungan dan strategis melalui pengalaman dan persepsi, dan berfikir berdasarkan observasi pengalamannya (Papulova, 2006).  

3.      Kualitas Strategi Bersaing
Esensi strategi bersaing dapat digambarkan sebagai sebuah proses bagaimana perusahaan membangun dan mengembangkan berbagai sumber daya stratejiknya yang memiliki potensi untuk menghasilkan keunggulan bersaing, keunggulan mana dapat bermakna ganda yaitu disatu sisi sebagai instrumen untuk menghasilkan kinerja dan sisi yang lain sebagai instrumen untuk menetralisir aset dan kompetensi bersaing yang dimiliki oleh pesaing.   Proses ini yang secara sadar dikembangkan dari waktu ke waktu pada hakekatnya akan menjadi dasar yang kuat bagi pencapaian dan pengembangan keunggulan bersaing berkelanjutan. (Ferdinand, 2003).
Strategi bersaing harus diletakkan pada upaya-upaya mencari, mendapatkan, mengembangkan dan mempertahankan sumber daya-sumber daya strategis. (Rupidara,2008)
Untuk membuat sumber daya ini berpotensi sebagai sumber dari keunggulan bersaing berkelanjutan, maka sumber daya yang dimiliki perusahaan harus memenuhi empat atribut atau kreteria yaitu:
a.       Value, sumber daya tersebut haruslah mampu menghasilkan nilai dalam artian bahwa ia berkemampuan untuk mengeksploitasi peluang dan atau menetralisir ancaman-ancaman dalam lingkungan perusahaan.
b.      Rareness, sumber daya tersebut harus memenuhi syarat kelangkaan dalam artian keberadaannya adalah langka dalam persaingan yang saat ini dilakukan atau yang potensial dihadapi.
c.       Imperfect Imitability, sumber daya yang diperlukan untuk menghasilkan keunggulan bersaing berkelanjutan adalah yang bersifat tidak mudah ditiru atau dapat ditiru dengan tidak sempurna, dalam artian bahwa sumber daya dan kompetensi ini cukup mahal (costly) atau sulit untuk ditiru.
d.      Subsitutability, sumber daya yang dimiliki dan digunakan haruslah tidak mudah untuk substitusi, ia haruslah tidak memiliki substitusi yang sama karena akan menjadi masalah misalnya walaupun ia bersifat valuable tetapi bukanlah sesuatu yang jarang dan bukan pula mudah ditiru.
Konsep strategi menurut Barney (2007), adalah berkaitan dengan teori sebuah  Bisnisnya.  Pendekatan RBV menilai bahwa nilai ekonomis dan keunggulan kompetitif sebuah organisasi ekonomi terletak pada kepemilikan dan pemanfaatan secara efektif sumber daya ekonomi yang mampu menambah nilai (valuable), bersifat jarang dimiliki, sulit untuk ditiru (imperfectly immitable), dan tidak tergantikan oleh sumber daya lain (non-substitutable) (Barney 1991,2001,2007; Lewin and Phelan 1999; Wright, McMahan, dan McWilliams 1992).  Oleh karena itu, strategi bersaing harus diletakkan pada upaya-upaya mencari, mendapatkan, mengembangkan dan mempertahankan sumber daya-sumber daya strategis.  Dua sumber daya strategis yang dimaksud adalah manusia (modal manusia) dan organisasi (organizational capital).  Dalam istilah yang berbeda dapat disandingkannya dengan konsep modal intelektual.

METODE PENELITIAN:
4.1   Populasi dan Sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah pengusaha/pengelola pengrajin kulit yang ada di Desa Manding, Kabupaten Bantul yang berjumlah 145 (Paguyuban Pemilik Pengrajin Kulit, 2008).  Mereka dipilih karena sebagai pengambil kebijakan dalam penentuan strategi perusahaan.  Dengan jumlah sampel yang relatif sedikit, pengambilan sampel dengan menggunakan metode sensus.

4.2  Difinisi Operasional dan Indikator Variabel

Tabel 4.2
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel
Difinisi Operasional
Skala Pengukuran
Kualitas Aset Stratejik (KAS)

Maksudnya adalah Manajer/pemilik perusahaan dapat mengelola Aset Stratejik perusahaan yang tidak mudah ditiru pesaing. (intangible asset)

Indikator-indikatornya meliputi:  Kompetensi Sumber Daya Manusia , Manajemen Pengetahuan,
Kapabilitas Organisasi dan Pengalaman Manajer
Kualitas Strategi Bersaing (KSB)
Merupakan strategi yang digunakan Manajer/pemilik perusahaan untuk menghadapi pesaing dengan mempertimbangkan dan menggunakan aset stratejik  dimiliki dengan optimal..
Indikator-indikatornya meliputi:  Bernilai, susah tergantikan, Unik, Tidak Mudah Ditiru Dengan Sempurna.


4.3  Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan melalui quesioner yang bentuknya terbuka dan tertutup, dengan tujuan untuk mendapatkan data tentang dimensi dari konstruksi yang dikembangkan dalam penelitian ini.



4.4   Skala Pengukuran
Skala pengukuran dalam penelitian ini memakai skala Likert, yaitu skala yang dipakai untuk mengukur pendapat atau persepsi seseorang atau sekelompok orang.  Jawaban diberi penilaian dari 1 sampai 10.  Tanggapan yang paling positif (sangat setuju) diberi nilai paling besar (10) dan tanggapan paling negatif (sangat tidak setuju) diberi nilai paling kecil (1).


4.5   Teknik Analisis
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model kausalitas atau hubungan pengaruh. Untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini maka teknik analisis yang digunakan adalah SEM atau structural Equation Modeling yang dioperasikan melalui program AMOS versi 16.0.

4.6   Analisis Data
4.6.1  Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dilakukan untuk menganalisis sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Sedangkan uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Adapun hasil perhitungan uji validitas dan reliabilitas untuk masing-masing variabel penelitian disajikan di bawah ini.

a.      Variabel Kualitas Asset Stratejik
Hasil uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan terhadap variabel kualitas asset stratejik dengan menggunakan uji Korelasi Product Moment dan Alpha Cronbach disajikan di bawah ini.


Tabel 4.61a
Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Asset Strategik
Indikator
Koef.Korelasi
Signifikansi
Keterangan
KAS1
0.801
0.000
valid
KAS2
0.858
0.000
valid
KAS3
0.747
0.000
valid
KAS4
0.786
0.000
valid
Sumber : Data primer yang diolah, 2009

Berdasarkan hasil pengujian validitas terhadap indikator-indikator pengukur variabel kualitas asset stratejik diketahui bahwa masing-masing indikator memiliki nilai signifikansi < 0.005 sehingga dapat disimpulkan bahwa indikator tersebut merupakan indikator yang tepat dalam mengukur variabel latennya sehingga dapat diperoleh data



Tabel  4.612a
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kualitas Asset Stratejik
Sumber : Data primer yang diolah, 2009

Data dalam Tabel 4.2 menunjukkan nilai Alpha Cronbach hasil pengujian reliabilitas variabel kualitas asset strategik adalah sebesar 0.793. Dimana nilai Alpha Cronbach tersebut > 0.6 sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran variabel kualitas asset stratejik adalah reliabel.
b.      Variabel Kualitas Strategi Bersaing
Hasil uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan terhadap variabel kualitas strategi bersaing dengan menggunakan uji Korelasi Product Moment dan Alpha Cronbach disajikan di bawah ini.


Tabel 4.61b
Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Strategi Bersaing
Indikator
Koef.Korelasi
Signifikansi
Keterangan
KSB1
0.843
0.000
valid
KSB2
0.859
0.000
valid
KSB3
0.863
0.000
valid
KSB4
0.816
0.000
valid
Sumber : Data primer yang diolah, 2009



Berdasarkan hasil pengujian validitas terhadap indikator-indikator pengukur variabel kualitas strategi bersaing diketahui bahwa masing-masing indikator memiliki nilai signifikansi < 0.005 sehingga dapat disimpulkan bahwa indikator tersebut merupakan indikator yang tepat dalam mengukur variabel latennya sehingga dapat diperoleh data sesuai yang diharapkan yaitu data tentang kualitas strategi bersaing.

Tabel 4.612b
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kualitas Strategi Bersaing
Sumber : Data primer yang diolah, 2009

Data dalam Tabel 4.8 menunjukkan nilai Alpha Cronbach hasil pengujian reliabilitas variabel kualitas strategi bersaing adalah sebesar 0.846. Dimana nilai Alpha Cronbach tersebut > 0.6 sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran variabel kualitas strategi bersaing adalah reliabel


4.6.2        Analisa Faktor Konfirmatori (Confirmatory Factor Analysis)
Disebut sebagai teknik analisis faktor konfirmatori sebab pada tahap ini model akan mengkonfirmasi apakah variabel yang diamati dapat mencerminkan faktor yang dianalisis. Unidimensionalitas dari dimensi-dimensi itu diuji melalui confirmatory factor analysis yang hasilnya seperti yang disajikan berikut ini.


a.      Analisis Konfirmatori Variabel Kualitas Asset Strategik
Gambar 4.621
Sumber : Data primer yang diolah, 2009

Terdapat dua uji dasar dalam confirmatory factor analysis yaitu uji kesesuaian model dan uji signifikansi bobot faktor.

1)      Uji Kesesuaian Model
Hasil pengujian kesesuaian model pada konfirmatori faktor analisis disajikan dalam Tabel 4.21 di bawah ini.

Tabel 4.621
Hasil Pengujian Kelayakan
Faktor Konfirmatori Variable Kualitas Asset Strategik

Goodness of Fit Indeks
Cut off Value
Hasil
Evaluasi Model
Chi-Square (df = 2)
Kecil  (< 5.9914)
1.125
Baik
Probability
≥ 0,05
0.570
Baik
RMSEA
   0,08
0.000
Baik
GFI
≥ 0,90
0.994
Baik
AGFI
≥ 0,90
0.971
Baik
CMIN/DF
≤ 2,00
0.563
Baik
TLI
≥ 0,95
1.019
Baik
CFI
 ≥ 0,95
1.000
Baik
   Sumber: Data primer yang diolah, 2009

Dari Tabel 4.21 menunjukkan bahwa nilai Chi Square = 1.125 dengan tingkat P (signifikansi) sebesar 0.570 demikian pula dengan ukuran-ukuran kelayakan yang lain yang juga berada pada kriteria yang baik sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara matriks kovarians sampel dengan matriks kovarians populasi yang diestimasi yang berarti model fit.

2)            Uji Signifikansi Bobot Faktor
Dilakukan untuk menguji apakah sebuah variabel dapat digunakan untuk mengkonfirmasi bahwa variabel itu dapat bersama-sama dengan variabel lainnya menjelaskan sebuah variabel laten, yang dikaji dengan menggunakan dua tahapan analisis, yaitu (Hair et al, 1995):

a)      Nilai lambda atau faktor loading
Nilai lambda yang dipersyaratkan adalah harus mencapai 0.40, bila nilai lambda atau factor loading lebih rendah dari 0.40 dipandang variabel itu tidak berdimensi sama dengan variabel lainnya untuk menjelaskan sebuah variabel laten.









Tabel  4.622
Regression Weight Analisa Faktor Konfirmatori Variable Kualitas Asset Strategik




Std. Estimate
Estimate
S.E.
C.R.
P
KAS1
ß
Kualitas_Asset_Stratejik
0.747
1.000



KAS2
ß
Kualitas_Asset_Stratejik
0.912
1.096
0.148
7.417
0.000
KAS3
ß
Kualitas_Asset_Stratejik
0.622
0.974
0.165
5.887
0.000
KAS4
ß
Kualitas_Asset_Stratejik
0.619
1.093
0.183
5.973
0.000
Sumber: Data primer yang diolah, 2009

Berdasarkan hasil pengujian yang disajikan dalam Tabel 4.622 terlihat bahwa indikator pada masing-masing variabel laten memiliki nilai lambda atau factor loading yang 0.40. Sehingga dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator tersebut secara bersama-sama menyajikan unidimensionalitas untuk masing-masing variabel latennya.
b)                                           Bobot faktor
Bobot faktor menunjukkan kuatnya dimensi-dimensi itu membentuk faktor latennya.  Bobot faktor dapat dianalisis dengan menggunakan uji-t yang dalam analisis SEM uji-t identik dengan nilai Critical Ratio (CR). Berdasarkan hasil yang disajikan dalam Tabel 4.62 tampak bahwa masing-masing indikator memiliki nilai CR > 1,96 dan tingkat P (signifikansi) < 0.05, hal ini menunjukkan bahwa indikator-indikator tersebut secara signifikan merupakan dimensi dari faktor laten yang dibentuk.



b.      Analisis Konfirmatori Variable Kualitas Strategi Bersaing

Gambar 4.622
Analisis Konfirmatori Variabel Endogen
Sumber: Data primer yang diolah, 2009

Terdapat dua uji dasar dalam confirmatory factor analysis yaitu uji kesesuaian model dan uji signifikansi bobot faktor, seperti terlihat dibawah ini

1)      Uji Kesesuaian Model
Hasil pengujian kesesuaian model pada konfirmatori faktor analisis disajikan dalam Tabel 4.623 di bawah ini.

Tabel 4.623
Hasil Pengujian Kelayakan
Faktor Konfirmatori Variable Endogen
Goodness of Fit Indeks
Cut off Value
Hasil
Evaluasi Model
Chi-Square (df = 13)
Kecil  (< 22.362)
4.816
Baik
Probability
≥ 0,05
0.090
Baik
RMSEA
   0,08
0.119
Marginal
GFI
≥ 0,90
0.976
Baik
AGFI
≥ 0,90
0.879
Baik
CMIN/DF
≤ 2,00
2.408
Margnal
TLI
≥ 0,95
0,959
Baik
CFI
 ≥ 0,95
0,986
Baik
Sumber: Data primer yang diolah, 2009

2)   Faktor
Dilakukan untuk menguji apakah sebuah variabel dapat digunakan untuk mengkonfirmasi bahwa variabel itu dapat bersama-sama dengan variabel lainnya menjelaskan sebuah variabel laten, yang dikaji dengan menggunakan dua tahapan analisis, yaitu (Hair et al, 1995):



a)                   Nilai lambda atau faktor loading
Nilai lambda yang dipersyaratkan adalah harus mencapai 0.40, bila nilai lambda atau factor loading lebih rendah dari 0.40 dipandang variabel itu tidak berdimensi sama dengan variabel lainnya untuk menjelaskan sebuah variabel laten.


Tabel  4.624
Regression Weight Analisa Faktor Konfirmatori Variable Endogen



Std.
Estimate
Estimate
S.E.
C.R.
P
KSB1
ß
Kualitas_Strategi_Bersaing
0.839
1.000



KSB2
ß
Kualitas_Strategi_Bersaing
0.888
0.986
0.093
10.552
0.000
KSB3
ß
Kualitas_Strategi_Bersaing
0.821
0.938
0.101
9.265
0.000
KSB4
ß
Kualitas_Strategi_Bersaing
0.617
1.051
0.164
6.398
0.000
Sumber: Data primer yang diolah, 2009

Berdasarkan hasil pengujian yang disajikan dalam Tabel 4.18 terlihat bahwa indikator pada masing-masing variabel laten memiliki nilai lambda atau factor loading yang 0.40. Sehingga dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator tersebut secara bersama-sama menyajikan unidimensionalitas untuk masing-masing variabel latennya.

b)           Bobot faktor
Bobot faktor menunjukkan kuatnya dimensi-dimensi itu membentuk faktor latennya. Bobot faktor dapat dianalisis dengan menggunakan uji-t yang dalam analisis SEM uji-t identik dengan nilai Critical Ratio (CR).
Berdasarkan hasil yang disajikan dalam Tabel 4.624 tampak bahwa masing-masing indikator memiliki nilai CR > 1,96 dan tingkat P (signifikansi) <0.05, hal ini menunjukkan bahwa indikator-indikator tersebut secara signifikan merupakan dimensi dari faktor laten yang dibentuk.

4.7      Pengujian Hipotesis
Tabel 4.7
Pengujian Hipotesis




Std.
Estimate
Estimate
S.E.
C.R.
P
Kualitas_Strategi
Bersaing
ß
Kualitas_Asset
Stratejik
0.263
0.280
0.133
2.110
0.035

Parameter estimasi untuk pengujian pengaruh kualitas asset stratejik  terhadap kualitas strategi bersaing menunjukkan nilai CR sebesar 2.110 dengan probabilitas sebesar 0.035. Oleh karena nilai P (signifikansi) < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel kualitas asset stratejik  berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas strategi bersaing.



KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan yang telah disampaikan mengenai proses analisis data dan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan sesuai dengan justifikasi teoritis. Dimana model yang diajukan telah dilakukan uji kesesuaian model  dengan menggunakan pendekatan kriteria goodness of fit dan didapatkan hasil yang baik.


Tabel 4.8
Kesimpulan Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian


Hipotesis
Kesimpulan
H
Kualitas Aset Stratejik berpengaruh positif terhadap Kualitas Strategi Bersaing
Diterima




Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari hipotesis yang diuji dalam penelitian ini hipotesis dapat dibuktikan dan diterima secara statistik.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa untuk dapat bersaing dengan baik diperlukan suatu kualitas strategi bersaing yang tepat dengan mempertimbangkan kualitas asset stratrjik yang dimiliki, karena asset stratrjik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas strategi bersaing.





DAFTAR PUSTAKA.

Barney, 1991, Firm Resource abd Sustained Competitive Advantage, Journal of Manajement, Vol 17. N0. 1, Texas A & M University.
Elu, Wilfridus B, 2002, Manajemen Strategis Berbasis-Kompetensi: Pendekatan Integratif Dalam Membangun Keunggulan Kompetitif Berkelanjutan, STIE Perbanas Jakarta.

Ferdinand, Augusty, 2003,  Sustainable Competitive Advantage Sebuah Eksplorasi Model Konseptual, BP UNDIP, Semarang.
Hair, Joseph F, Black, William C, Babin, Barry J; Aderson, Rotph E; Tatham, Ronald L, (2006), Multivariate Data Analysis, Sixth Edition.
Najib, Mukhamad, 2006, Peningkatan Kinerja Bisnis Usaha Kecil Menengah (UKM) dengan Pengembangan Orientasi Pasar, Jurnal Manajemen Publikasi, Penelitian dan Review.
Najib, Mukhamad, 2006, Peningkatan Kinerja Bisnis Usaha Kecil Menengah (UKM) dengan Pengembangan Orientasi Pasar, Jurnal Manajemen Publikasi, Penelitian dan Review.
Papulova, Emilia & Zuzana Papulova, 2006, Competitive Strategy And Competitive Strategi Advantages Of Small And Midsezed Manufacturing Enterprises In Slovakia, Bratislava, Slovak Republic, Comenius University
Pujilistiyani, Angelina Yuli,  Ch, 2008, Characteristic Of Manajerial Careers, Jounal Review.
Rupidara, Neil, 2008, Modal Intelektual dan Strategi Pengembangan Organisasi dan Sumber Daya Manusia, Universitas Kristen Satya Wacana.
Sinkovics, Rudolf R, Roath & Anthony S, 2004,  Strategic Orientation, Capabilities, And Performance In Manufacturer- 3 PL Relationships, Journal of Business Logistics.
Sinkovics, Rudolf R, Roath & Anthony S, 2004,  Strategic Orientation, Capabilities, And Performance In Manufacturer- 3 PL Relationships, Journal of Business Logistics.