STUDI TENTANG ASSET STRATEJIK YANG
MEMPENGARUHI KUALITAS STRATEGI BERSAING PADA UKM KULIT
MANDING-BANTUL
A STUDY ON STRATEGIC ASSET INFLUENCING
COMPETITIVE STRATEGIC QUALITY AT “KUKM KULIT” AT MANDING BANTUL
Siti Nur Barokah
Jurusan Administrasi Niaga, Politeknik Negeri Semarang
ABSTRACT
“Koperasi usaha kecil and
menengah” (KUKM - A small and middle scale industries and cooperative)
constitutes an important element of country’s economy. That also supplies to Indonesia in view of
the large number of business people and their capability to employ people, the KUKM
requires serious attention. Now these
small scale industries face several problems on capital, market, and
insufficient knowledge as well as less qualified human resources. Therefore, the main point is how to formulate
a competitive strategic quality by considering the existing strategic asset
quality to be able to compete and survive.
Strategic asset quality under this research covers human resource
competence, management knowledge, organization capability, and managerial
experience influential on competitive strategic asset quality influences
competitive strategic quality both positively and significantly. Therefore, the hypothesis is that strategic
asset quality influences competitive strategic quality is accepted
Keyword: strategic asset quality, competition strategy
PENDAHULUAN
Koperasi Usaha Kecil dan Menengah
(KUKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara
ataupun daerah, tidak terkecuali di Indonesia. Melihat besarnya jumlah unit
pelaku ekonomi dan kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja, maka KUKM layak
mendapat perhatian. Berkembangnya KUKM
akan memperkuat struktur ekonomi domestik, karena terserapnya angkatan kerja
dalam lapangan kerja dapat meningkatkan daya beli masyarakat yang pada
gilirannya akan memperbesar tingkat permintaan.
Permintaan yang tinggi akan mendorong pertumbuhan ekonomi. (Najib,
2006).
Namun dalam kenyataannya selama
ini KUKM kurang mendapatkan perhatian, padahal dalam berbagai seminar dan jurnal disebutkan bahwa Koperasi Usaha Kecil
dan Menengah (KUKM) merupakan pilar penting dalam pembangunan perekonomian
bangsa. Hal ini dapat di maklumi dengan
banyaknya jumlah penduduk Indonesia dengan tingkat perekonomian yang belum
tinggi, sehingga melakukan usaha ekonomi dalam skala kecil dan menengah
merupakan pilihan yang realistis. Skala
usaha ini yang kemudian akan melakukan pergerakan ekonomi riil terutama di
sektor konsumsi dan produksi kecil (Sidik, 2003). Oleh karena itu KUKM memiliki peran yang
sangat strategis, sehingga perlu mendapatkan perhatian yang serius agar dapat
bersaing di industri.
KUKM Pengrajin Kulit di
Manding-Bantul merupakan obyek penelitian yang dipilih, sedangkan permasalahan
yang dihadapi saat ini adalah munculnya pengusaha asing yang membuka show room
di Manding – Bantul yang memiliki permodalan
sangat kuat dan pengetahuan yang lebih luas, persaingan di lingkungan
industri sekitar dan yang ada diluar daerah. Oleh karena itu permasalahannya
adalah bagaimana merumuskan kualitas strategi bersaing dengan mempertimbangkan
asset stratejik yang dimiliki, untuk dapat tetap bertahan hidup.
2. Aset Stratejik
Aset stratejik didifinisikan
sebagai sesuatu yang dimiliki perusahaan seperti nama merk atau terobosan
teknologi, ikatan-ikatan jaringan kerja, tradisi-tradisi sosial perusahaan,
praktek-praktek manajemen yang superior terhadap pelanggan. Bila ia merupakan sebuah set kapabilitas,
maka ia harus merupakan sesuatu yang memungkinkan perusahaan melakukan lebih
baik dari pada yang dilakukan oleh para pesaing. Aset stratejik dapat dipahami sebagai sumber
daya dari kapabilitas yang bersifat langka, tahan lama, tidak mudah di
perdagangkan, sulit untuk ditiru dapat digunakan untuk mengkonversi value menjadi profit (oppropriable) (Ferdinand, 2003).
Dewasa ini telah berkembang
pengakuan bahwa satu-satunya sumber daya yang mampu memberikan keunggulan
kompetitif yang berkesinambungan bagi organisasi akan terletak pada kepemilikan
sunber daya yang bersifat intangible.
Menurut Becker, Husselid dan Ulrich (2001) dalam HR Scorecard
mengemukakan bahwa kepemilikan aset intangible akan memberikan manfaat yang
tangible (profitabilitas), (Wijayanto, 2008).
Aset stratejik intangible yang dimiliki suatu organisasi diantaranya
adalah kompetensi sumber daya manusia, manajemen pengetahuan, kapabilitas
organisasi dan pengalaman (CEO).
2.1 Kompetensi Sumber Daya
Manusia
Di Era sekarang ini perubahan
lingkungan eksternal organisasi berlangsung sedemikian cepat, oleh karenanya
dibutuhkan sebuah sumber daya yang tidak hanya cukup untuk mendukung
kelangsungan hidup organisasi saja, melainkan lebih dari itu yaitu sumber daya
tersebut harus mampu pula memberikan peluang bagi organisasi untuk memenangkan
persaingan dan memberikan keunggulan kompetitif yang berkesinambungan. Kemampuan sumber daya ini untuk menghasilkan
akumulasi beragam pemikiran dan ide; sebagai basis terciptanya pengetahuan yang
bersifat spesifik/unik bagi organisasi yang memperkembangkan dan mengelola
sumber daya manusia sebagai kekuatan tersendiri untuk menghadapi segala
ketidakpastian yang ditimbulkan oleh perubahan lingkungan. Pengetahuan yang bersifat unik merupakan
bibit dari kreatifitas dan inovasi organisasi untuk menjawab
perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi. (Wijayanto, 2008).
Pengelolaan sumber daya manusia
sebagai sumber keunggulan kompetitif apabila aset ini dijadikan sebagai aset
strategis, dengan melakukan pergeseran paradikma praktek-praktek pengelolaan
sumber daya manusia dengan menempatkan fungsi pengelolaan sumber daya manusia
sebagai partner strategik organisasi.
2.2 Kapabilitas
Collis,1994 mengemukakan tiga
tingkatan kapabilitas, yakni kapabilitas statis, kapabilitas dinamis, dan
kapabilitas metafisik. Kapabilitas
statis mencerminkan kemampuan perusahaan untuk menjalankan kegiatan-kegiatan
fungsional utama, tata letak pabrik, logistik, dan periklanan yang lebih
efisien dari para pesaing. Kapabilitas
dinamis berkaitan dengan pembaharuan dinamis atas aktivitas-ativitas perusahaan
atau kemampuan perusahaan untuk belajar, beradaptasi, berubah dan melakukan
pembaharuan terus menerus. Kapabilitas
metafisik berkaitan dengan wawasan-wawasan strategis yang memungkinkan
perusahaan memahami nilai-nilai intrinsik dari sumber-suber daya lain atau
untuk mengembangkan strategi-strategi bersaing yang baru (dalam Elu, 2002)
Akses melalui jaringan dan
adaptabilitas merupakan pendekatan-pendekatan dinamis. Akses melalui jaringan (networking access) berarti bahwa organisasi mampu mengakses
sumber-sumber kompetensi eksternal tepat waktu dan dengan biaya murah. Jaringan dapat mencakup para pemasok,
perantara dalam pemasaran, pelanggan bahkan pesaing (dalam Elu, 2002).
2.3 Manajemen Pengetahuan
Davenport, 1998 mendifinisikan
pengetahuan sebagai kombinasi dari frame pengalaman, nilai, informasi
kontekstual dan wawasan ahli yang memberikan kerangka untuk mengevaluasi dan
memasukkan informasi dan pengalaman baru.
Pengetahuan merupakan sumber daya yang dapat diperoleh, dikirim atau
terpadu untuk mencapai keuntungan kompetitif (Eisenhardt & Santos dalam
Jayne, 2004). Manajemen pengetahuan
adalah kegiatan yang dapat membantu menciptakan struktur koordinasi yang
mengelola pengetahuan yang efektif.
Menurut Amit dan Schomer, 1993,
Barney, 1991, Dierickx dan Cool, 1989, Peteraf, 1993, mengatakan ada 4 kondisi
karakter pengetahuan yang harus dipenuhi untuk tercapainya pengetahuan sebagai
aset strategis yaitu; tidak mudah untuk dipindahkan, tidak mudah untuk ditiru,
tidak mudah untuk ditukar dan mempunyai kekuatan tingkat stabilitas yang
baik.. Untuk memenuhi keempat kondisi
tersebut, maka perlu dianalisa setiap dimensi transfer pengetahuan dan
implikasinya untuk mendukung tercapainya competitive advantage, (dalam
Pujilistiyani) :
a.
Pengetahuan Tacit dan Eksplisit, pengetahuan tacit
mempunyai komponen personal yang menjadikannya sulit untuk diformulasikan dan
dikomunikasikan. Disisi lain pengetahuan
eksplisit bisa dengan mudah dikomunikasikan menggunakan bahasa yang sitematis. Menurut Hill dan Ende, 1994, Nonaka, 1991
mengatakan pencapaian competitive advantage pengetahuan tacit mempunyai peran
penting sebagai aset strategis karena pengetahuan tacit lebih sulit untuk
ditiru, ditukar, ditransfer dan diukur.
b.
Tingkat Kekhususan (Degree of Specificity), tingkat
kekhususan pengetahuan mempunyai dampak penting yang serupa untuk membangun
competitive advantage yaitu bahwa sumber pengetahuan yang memiliki asset
kekhususan merupakan sumber pengetahuan yang mengakibatkan ambiguitas sehingga
hal tersebut membuat pengetahuan akan sulit untuk ditiru. (Barney, 1991; Amit dan Schoemaker, 1993;
Peterah, 1993).
c.
Pengetahuan Sistemik dan Independen, semakin sistemik dan
independen suatu pengetahuan maka makin sulit untuk ditiru oleh perusahaan lain
karena terdapat masalah kordinasi dalam proses pembentukan pengetahuannya.
(Chesbrough dan Teece, 1996; Gopalakrishnan dan Bierly, 2001).
Organisasi-organisasi yang
sukses, adalah organisasi yang secara konsisten menciptakan pengetahuan baru
dan menyebarkannya secara menyeluruh didalam organisasinya, dan secara cepat
mengadaptasinya kedalam teknologi dan produk serta layanan mereka. Melihat perannya yang begitu penting bagi
organisasi, maka semua pengetahuan yang dimiliki oleh suatu perusahaan harus dikelola
dengan baik sehingga pengetahuan tersebut dapat berperan optimal untuk
organisasinya.
Sehubungan dengan paparan
tersebut, akhir-akhir ini banyak organisasi yang telah menjadikan manajemen
pengetahuan (Knowlwdge Management) sebagai
salah satu strategi untuk menciptakan nilai, meningkatkan efektivitas dan
produktivitas organisasi, serta keunggulan kompetitif organisasi. Organisasi mulai menerapkan manajemen
pengetahuan dalam rangka peningkatan kinerja usaha dan daya tahan organisasi.
2.4 Pengalaman Manajer
Menurut Mintzberg, 1994, para
manajer harus mampu mengidentifikasi sumber daya perusahaan tertentu yang
memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan alternatif tanggapan terhadap
lingkungan yang kompetitif. Pada saat
yang sama, maka perusahaan harus mampu mengembangkan kemampuan untuk
berkoordinasi dengan menggunakan sumber daya yang tersedia. Kemampuan untuk menggali sumber daya dan
kompetensi yang memungkinkan perusahaan untuk mengambil keuntungan dari keputusan
strategis dalam rangka untuk mengembangkan kompetensi berbeda (Sinkovics,
2004). Para manajer akan mengembangkan
kesadaran lingkungan dan strategis melalui pengalaman dan persepsi, dan
berfikir berdasarkan observasi pengalamannya (Papulova, 2006).
3.
Kualitas Strategi
Bersaing
Esensi strategi bersaing dapat
digambarkan sebagai sebuah proses bagaimana perusahaan membangun dan
mengembangkan berbagai sumber daya stratejiknya yang memiliki potensi untuk
menghasilkan keunggulan bersaing, keunggulan mana dapat bermakna ganda yaitu
disatu sisi sebagai instrumen untuk menghasilkan kinerja dan sisi yang lain
sebagai instrumen untuk menetralisir aset dan kompetensi bersaing yang dimiliki
oleh pesaing. Proses ini yang secara
sadar dikembangkan dari waktu ke waktu pada hakekatnya akan menjadi dasar yang
kuat bagi pencapaian dan pengembangan keunggulan bersaing berkelanjutan.
(Ferdinand, 2003).
Strategi bersaing harus
diletakkan pada upaya-upaya mencari, mendapatkan, mengembangkan dan
mempertahankan sumber daya-sumber daya strategis. (Rupidara,2008)
Untuk membuat sumber daya ini
berpotensi sebagai sumber dari keunggulan bersaing berkelanjutan, maka sumber
daya yang dimiliki perusahaan harus memenuhi empat atribut atau kreteria yaitu:
a.
Value, sumber daya tersebut
haruslah mampu menghasilkan nilai dalam artian bahwa ia berkemampuan untuk
mengeksploitasi peluang dan atau menetralisir ancaman-ancaman dalam lingkungan
perusahaan.
b.
Rareness, sumber daya tersebut
harus memenuhi syarat kelangkaan dalam artian keberadaannya adalah langka dalam
persaingan yang saat ini dilakukan atau yang potensial dihadapi.
c.
Imperfect Imitability, sumber daya yang
diperlukan untuk menghasilkan keunggulan bersaing berkelanjutan adalah yang
bersifat tidak mudah ditiru atau dapat ditiru dengan tidak sempurna, dalam
artian bahwa sumber daya dan kompetensi ini cukup mahal (costly) atau sulit
untuk ditiru.
d.
Subsitutability, sumber daya yang
dimiliki dan digunakan haruslah tidak mudah untuk substitusi, ia haruslah tidak
memiliki substitusi yang sama karena akan menjadi masalah misalnya walaupun ia
bersifat valuable tetapi bukanlah sesuatu yang jarang dan bukan pula mudah
ditiru.
Konsep strategi menurut Barney
(2007), adalah berkaitan dengan teori sebuah
Bisnisnya. Pendekatan RBV menilai
bahwa nilai ekonomis dan keunggulan kompetitif sebuah organisasi ekonomi
terletak pada kepemilikan dan pemanfaatan secara efektif sumber daya ekonomi
yang mampu menambah nilai (valuable), bersifat jarang dimiliki, sulit untuk
ditiru (imperfectly immitable), dan tidak tergantikan oleh sumber daya lain
(non-substitutable) (Barney 1991,2001,2007; Lewin and Phelan 1999; Wright,
McMahan, dan McWilliams 1992). Oleh
karena itu, strategi bersaing harus diletakkan pada upaya-upaya mencari,
mendapatkan, mengembangkan dan mempertahankan sumber daya-sumber daya
strategis. Dua sumber daya strategis
yang dimaksud adalah manusia (modal manusia) dan organisasi (organizational
capital). Dalam istilah yang berbeda
dapat disandingkannya dengan konsep modal intelektual.
METODE PENELITIAN:
4.1 Populasi dan
Sampling
Populasi dalam penelitian ini
adalah pengusaha/pengelola pengrajin kulit yang ada di Desa Manding, Kabupaten
Bantul yang berjumlah 145 (Paguyuban Pemilik Pengrajin Kulit, 2008). Mereka dipilih karena sebagai pengambil
kebijakan dalam penentuan strategi perusahaan.
Dengan jumlah sampel yang relatif sedikit, pengambilan sampel dengan
menggunakan metode sensus.
4.2 Difinisi Operasional dan
Indikator Variabel
Tabel 4.2
Definisi
Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel
|
Difinisi Operasional
|
Skala Pengukuran
|
Kualitas Aset Stratejik
(KAS)
|
Maksudnya adalah
Manajer/pemilik perusahaan dapat mengelola Aset Stratejik perusahaan yang
tidak mudah ditiru pesaing. (intangible asset)
|
Indikator-indikatornya
meliputi: Kompetensi Sumber Daya
Manusia , Manajemen Pengetahuan,
Kapabilitas Organisasi
dan Pengalaman Manajer
|
Kualitas Strategi
Bersaing (KSB)
|
Merupakan strategi yang
digunakan Manajer/pemilik perusahaan untuk menghadapi pesaing dengan
mempertimbangkan dan menggunakan aset stratejik dimiliki dengan optimal..
|
Indikator-indikatornya
meliputi: Bernilai, susah tergantikan,
Unik, Tidak Mudah Ditiru Dengan Sempurna.
|
4.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan melalui quesioner yang
bentuknya terbuka dan tertutup, dengan tujuan untuk mendapatkan data tentang
dimensi dari konstruksi yang dikembangkan dalam penelitian ini.
4.4 Skala Pengukuran
Skala pengukuran dalam penelitian
ini memakai skala Likert, yaitu skala
yang dipakai untuk mengukur pendapat atau persepsi seseorang atau sekelompok
orang. Jawaban diberi penilaian dari 1
sampai 10. Tanggapan yang paling positif
(sangat setuju) diberi nilai paling besar (10) dan tanggapan paling negatif
(sangat tidak setuju) diberi nilai paling kecil (1).
4.5
Teknik Analisis
Model yang digunakan dalam
penelitian ini adalah model kausalitas atau hubungan pengaruh. Untuk menguji
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini maka teknik analisis yang
digunakan adalah SEM atau structural Equation Modeling yang
dioperasikan melalui program AMOS versi
16.0.
4.6 Analisis Data
4.6.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dilakukan untuk
menganalisis sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya. Sedangkan uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur
sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Adapun hasil perhitungan uji
validitas dan reliabilitas untuk masing-masing variabel penelitian disajikan di
bawah ini.
a.
Variabel Kualitas Asset
Stratejik
Hasil uji validitas dan
reliabilitas yang dilakukan terhadap variabel kualitas asset stratejik dengan
menggunakan uji Korelasi Product Moment dan Alpha Cronbach disajikan di bawah
ini.
Tabel 4.61a
Hasil Uji
Validitas Variabel Kualitas Asset Strategik
Indikator
|
Koef.Korelasi
|
Signifikansi
|
Keterangan
|
KAS1
|
0.801
|
0.000
|
valid
|
KAS2
|
0.858
|
0.000
|
valid
|
KAS3
|
0.747
|
0.000
|
valid
|
KAS4
|
0.786
|
0.000
|
valid
|
Sumber : Data
primer yang diolah, 2009
|
Berdasarkan hasil pengujian
validitas terhadap indikator-indikator pengukur variabel kualitas asset
stratejik diketahui bahwa masing-masing indikator memiliki nilai signifikansi
< 0.005 sehingga dapat disimpulkan bahwa indikator tersebut merupakan
indikator yang tepat dalam mengukur variabel latennya sehingga dapat diperoleh
data
Tabel 4.612a
Hasil Uji
Reliabilitas Variabel Kualitas Asset Stratejik
Sumber : Data primer yang
diolah, 2009
Data dalam Tabel
4.2 menunjukkan nilai Alpha Cronbach hasil pengujian reliabilitas variabel
kualitas asset strategik adalah sebesar 0.793. Dimana nilai Alpha Cronbach
tersebut > 0.6 sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran variabel
kualitas asset stratejik adalah reliabel.
b.
Variabel Kualitas
Strategi Bersaing
Hasil uji validitas dan
reliabilitas yang dilakukan terhadap variabel kualitas strategi bersaing dengan
menggunakan uji Korelasi Product Moment dan Alpha Cronbach disajikan di bawah
ini.
Tabel
4.61b
Hasil Uji
Validitas Variabel Kualitas Strategi Bersaing
Indikator
|
Koef.Korelasi
|
Signifikansi
|
Keterangan
|
KSB1
|
0.843
|
0.000
|
valid
|
KSB2
|
0.859
|
0.000
|
valid
|
KSB3
|
0.863
|
0.000
|
valid
|
KSB4
|
0.816
|
0.000
|
valid
|
Sumber : Data
primer yang diolah, 2009
|
Berdasarkan hasil pengujian
validitas terhadap indikator-indikator pengukur variabel kualitas strategi
bersaing diketahui bahwa masing-masing indikator memiliki nilai signifikansi
< 0.005 sehingga dapat disimpulkan bahwa indikator tersebut merupakan
indikator yang tepat dalam mengukur variabel latennya sehingga dapat diperoleh
data sesuai yang diharapkan yaitu data tentang kualitas strategi bersaing.
Tabel
4.612b
Hasil Uji
Reliabilitas Variabel Kualitas Strategi Bersaing
Sumber : Data primer yang
diolah, 2009
Data dalam Tabel
4.8 menunjukkan nilai Alpha Cronbach hasil pengujian reliabilitas variabel
kualitas strategi bersaing adalah sebesar 0.846. Dimana nilai Alpha Cronbach
tersebut > 0.6 sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran variabel
kualitas strategi bersaing adalah reliabel
4.6.2
Analisa Faktor
Konfirmatori (Confirmatory Factor
Analysis)
Disebut sebagai teknik analisis
faktor konfirmatori sebab pada tahap ini model akan mengkonfirmasi apakah
variabel yang diamati dapat mencerminkan faktor yang dianalisis.
Unidimensionalitas dari dimensi-dimensi itu diuji melalui confirmatory factor analysis yang hasilnya seperti yang disajikan
berikut ini.
a.
Analisis Konfirmatori
Variabel Kualitas Asset Strategik
Gambar
4.621
Sumber : Data primer yang
diolah, 2009
Terdapat dua uji dasar dalam confirmatory factor analysis yaitu uji
kesesuaian model dan uji signifikansi bobot faktor.
1)
Uji Kesesuaian Model
Hasil pengujian kesesuaian model pada konfirmatori
faktor analisis disajikan dalam Tabel 4.21 di bawah ini.
Tabel 4.621
Hasil Pengujian Kelayakan
Faktor Konfirmatori Variable Kualitas Asset Strategik
Goodness of Fit Indeks
|
Cut off Value
|
Hasil
|
Evaluasi
Model
|
Chi-Square
(df = 2)
|
Kecil (<
5.9914)
|
1.125
|
Baik
|
Probability
|
≥ 0,05
|
0.570
|
Baik
|
RMSEA
|
≤ 0,08
|
0.000
|
Baik
|
GFI
|
≥ 0,90
|
0.994
|
Baik
|
AGFI
|
≥ 0,90
|
0.971
|
Baik
|
CMIN/DF
|
≤ 2,00
|
0.563
|
Baik
|
TLI
|
≥ 0,95
|
1.019
|
Baik
|
CFI
|
≥ 0,95
|
1.000
|
Baik
|
Sumber: Data primer yang diolah, 2009
Dari Tabel 4.21
menunjukkan bahwa nilai Chi Square = 1.125 dengan tingkat P (signifikansi)
sebesar 0.570 demikian pula dengan ukuran-ukuran kelayakan yang lain yang juga
berada pada kriteria yang baik sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan antara matriks kovarians sampel dengan matriks kovarians populasi
yang diestimasi yang berarti model fit.
2)
Uji Signifikansi Bobot Faktor
Dilakukan untuk menguji apakah sebuah variabel dapat
digunakan untuk mengkonfirmasi bahwa variabel itu dapat bersama-sama dengan
variabel lainnya menjelaskan sebuah variabel laten, yang dikaji dengan
menggunakan dua tahapan analisis, yaitu (Hair et al, 1995):
a)
Nilai lambda atau faktor
loading
Nilai lambda yang dipersyaratkan
adalah harus mencapai
0.40, bila nilai lambda atau factor
loading lebih rendah dari 0.40 dipandang variabel itu tidak berdimensi sama
dengan variabel lainnya untuk menjelaskan sebuah variabel laten.
Tabel 4.622
Regression Weight Analisa Faktor Konfirmatori Variable Kualitas Asset
Strategik
|
|
|
Std. Estimate
|
Estimate
|
S.E.
|
C.R.
|
P
|
KAS1
|
ß
|
Kualitas_Asset_Stratejik
|
0.747
|
1.000
|
|
|
|
KAS2
|
ß
|
Kualitas_Asset_Stratejik
|
0.912
|
1.096
|
0.148
|
7.417
|
0.000
|
KAS3
|
ß
|
Kualitas_Asset_Stratejik
|
0.622
|
0.974
|
0.165
|
5.887
|
0.000
|
KAS4
|
ß
|
Kualitas_Asset_Stratejik
|
0.619
|
1.093
|
0.183
|
5.973
|
0.000
|
Sumber: Data primer yang
diolah, 2009
Berdasarkan hasil
pengujian yang disajikan dalam Tabel 4.622 terlihat bahwa indikator pada
masing-masing variabel laten memiliki nilai lambda atau factor loading yang 0.40. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
masing-masing indikator tersebut secara bersama-sama menyajikan
unidimensionalitas untuk masing-masing variabel latennya.
b)
Bobot faktor
Bobot faktor menunjukkan kuatnya dimensi-dimensi itu
membentuk faktor latennya. Bobot faktor
dapat dianalisis dengan menggunakan uji-t yang dalam analisis SEM uji-t identik
dengan nilai Critical Ratio (CR). Berdasarkan hasil yang disajikan dalam Tabel
4.62 tampak bahwa masing-masing indikator memiliki nilai CR > 1,96 dan
tingkat P (signifikansi) < 0.05, hal ini menunjukkan bahwa
indikator-indikator tersebut secara signifikan merupakan dimensi dari faktor
laten yang dibentuk.
b.
Analisis Konfirmatori
Variable Kualitas Strategi Bersaing
Gambar
4.622
Analisis
Konfirmatori Variabel Endogen
Sumber: Data
primer yang diolah, 2009
Terdapat dua uji dasar dalam confirmatory factor analysis yaitu uji
kesesuaian model dan uji signifikansi bobot faktor, seperti terlihat dibawah
ini
1)
Uji Kesesuaian Model
Hasil pengujian kesesuaian model pada konfirmatori
faktor analisis disajikan dalam Tabel 4.623 di bawah ini.
Tabel 4.623
Hasil Pengujian Kelayakan
Faktor Konfirmatori Variable Endogen
Goodness of Fit Indeks
|
Cut off Value
|
Hasil
|
Evaluasi
Model
|
Chi-Square
(df = 13)
|
Kecil (<
22.362)
|
4.816
|
Baik
|
Probability
|
≥ 0,05
|
0.090
|
Baik
|
RMSEA
|
≤ 0,08
|
0.119
|
Marginal
|
GFI
|
≥ 0,90
|
0.976
|
Baik
|
AGFI
|
≥ 0,90
|
0.879
|
Baik
|
CMIN/DF
|
≤ 2,00
|
2.408
|
Margnal
|
TLI
|
≥ 0,95
|
0,959
|
Baik
|
CFI
|
≥ 0,95
|
0,986
|
Baik
|
Sumber: Data
primer yang diolah, 2009
2)
Faktor
Dilakukan untuk menguji apakah sebuah
variabel dapat digunakan untuk mengkonfirmasi bahwa variabel itu dapat
bersama-sama dengan variabel lainnya menjelaskan sebuah variabel laten, yang
dikaji dengan menggunakan dua tahapan analisis, yaitu (Hair et al, 1995):
a)
Nilai lambda atau faktor
loading
Nilai lambda yang dipersyaratkan adalah harus mencapai
0.40, bila nilai lambda atau factor loading lebih rendah dari 0.40
dipandang variabel itu tidak berdimensi sama dengan variabel lainnya untuk
menjelaskan sebuah variabel laten.
Tabel 4.624
Regression Weight Analisa Faktor Konfirmatori Variable Endogen
|
|
|
Std.
Estimate
|
Estimate
|
S.E.
|
C.R.
|
P
|
KSB1
|
ß
|
Kualitas_Strategi_Bersaing
|
0.839
|
1.000
|
|
|
|
KSB2
|
ß
|
Kualitas_Strategi_Bersaing
|
0.888
|
0.986
|
0.093
|
10.552
|
0.000
|
KSB3
|
ß
|
Kualitas_Strategi_Bersaing
|
0.821
|
0.938
|
0.101
|
9.265
|
0.000
|
KSB4
|
ß
|
Kualitas_Strategi_Bersaing
|
0.617
|
1.051
|
0.164
|
6.398
|
0.000
|
Sumber: Data primer yang
diolah, 2009
Berdasarkan hasil
pengujian yang disajikan dalam Tabel 4.18 terlihat bahwa indikator pada
masing-masing variabel laten memiliki nilai lambda atau factor loading yang 0.40. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
masing-masing indikator tersebut secara bersama-sama menyajikan
unidimensionalitas untuk masing-masing variabel latennya.
b)
Bobot faktor
Bobot faktor menunjukkan kuatnya dimensi-dimensi itu
membentuk faktor latennya. Bobot faktor dapat dianalisis dengan menggunakan
uji-t yang dalam analisis SEM uji-t identik dengan nilai Critical Ratio (CR).
Berdasarkan hasil yang disajikan dalam Tabel 4.624
tampak bahwa masing-masing indikator memiliki nilai CR > 1,96 dan tingkat P (signifikansi)
<0.05, hal ini menunjukkan bahwa indikator-indikator tersebut secara
signifikan merupakan dimensi dari faktor laten yang dibentuk.
4.7
Pengujian Hipotesis
Tabel 4.7
Pengujian Hipotesis
|
|
|
Std.
Estimate
|
Estimate
|
S.E.
|
C.R.
|
P
|
Kualitas_Strategi
Bersaing
|
ß
|
Kualitas_Asset
Stratejik
|
0.263
|
0.280
|
0.133
|
2.110
|
0.035
|
Parameter estimasi untuk pengujian pengaruh kualitas
asset stratejik terhadap kualitas
strategi bersaing menunjukkan nilai CR sebesar 2.110 dengan probabilitas
sebesar 0.035. Oleh karena nilai P (signifikansi) < 0.05, maka dapat
disimpulkan bahwa variabel kualitas asset stratejik berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kualitas strategi bersaing.
KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan yang telah disampaikan mengenai
proses analisis data dan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan sesuai
dengan justifikasi teoritis. Dimana model yang diajukan telah dilakukan uji
kesesuaian model dengan menggunakan
pendekatan kriteria goodness of fit
dan didapatkan hasil yang baik.
Tabel 4.8
Kesimpulan
Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian
|
Hipotesis
|
Kesimpulan
|
H
|
Kualitas Aset Stratejik berpengaruh positif
terhadap Kualitas Strategi Bersaing
|
Diterima
|
|
|
|
Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari hipotesis
yang diuji dalam penelitian ini hipotesis dapat dibuktikan dan diterima secara
statistik.
Secara
keseluruhan dapat disimpulkan bahwa untuk dapat bersaing dengan baik diperlukan
suatu kualitas strategi bersaing yang tepat dengan mempertimbangkan kualitas
asset stratrjik yang dimiliki, karena asset stratrjik mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kualitas strategi bersaing.
DAFTAR
PUSTAKA.
Barney, 1991, Firm
Resource abd Sustained Competitive Advantage, Journal of Manajement, Vol 17.
N0. 1, Texas A & M University.
Elu, Wilfridus B, 2002,
Manajemen Strategis Berbasis-Kompetensi: Pendekatan Integratif Dalam Membangun
Keunggulan Kompetitif Berkelanjutan, STIE Perbanas Jakarta.
Ferdinand, Augusty,
2003, Sustainable Competitive Advantage
Sebuah Eksplorasi Model Konseptual, BP UNDIP, Semarang.
Hair, Joseph F, Black,
William C, Babin, Barry J; Aderson, Rotph E; Tatham, Ronald L, (2006), Multivariate Data Analysis, Sixth
Edition.
Najib, Mukhamad, 2006,
Peningkatan Kinerja Bisnis Usaha Kecil Menengah (UKM) dengan Pengembangan
Orientasi Pasar, Jurnal Manajemen Publikasi, Penelitian dan Review.
Najib, Mukhamad, 2006,
Peningkatan Kinerja Bisnis Usaha Kecil Menengah (UKM) dengan Pengembangan
Orientasi Pasar, Jurnal Manajemen Publikasi, Penelitian dan Review.
Papulova, Emilia & Zuzana
Papulova, 2006, Competitive Strategy And Competitive Strategi Advantages Of
Small And Midsezed Manufacturing Enterprises In Slovakia, Bratislava, Slovak
Republic, Comenius University
Pujilistiyani, Angelina
Yuli, Ch, 2008, Characteristic Of
Manajerial Careers, Jounal Review.
Rupidara,
Neil, 2008, Modal Intelektual dan Strategi Pengembangan Organisasi dan Sumber
Daya Manusia, Universitas Kristen Satya Wacana.
Sinkovics, Rudolf R,
Roath & Anthony S, 2004, Strategic
Orientation, Capabilities, And Performance In Manufacturer- 3 PL Relationships,
Journal of Business Logistics.
Sinkovics, Rudolf R,
Roath & Anthony S, 2004, Strategic
Orientation, Capabilities, And Performance In Manufacturer- 3 PL Relationships,
Journal of Business Logistics.