FAKTOR PENENTU KARIR PLATEAU
Sri Widiyati
Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Semarang
ABSTRACT
The purpose of the research is to analyze factors influencing the job
content plateauing. The factors are the leader’s supporting, job involvement,
the length in institution and age. The data are obtained through questionnaire
which is distributed to 30 respondents. Sample is chosen by purposive random
sampling. The result showed that the
leader’s supporting, job involvement, the length in institution and age have
influenced the job content plateauing.
Key Word : Job content plateauing, job involvement, career.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Persaingan dunia kerja yang
sangat ketat menghadapkan organisasi pada efisiensi dan daya saing yang kuat.
Berkaitan dengan hal tersebut maka organisasi yang memiliki SDM yang
berkualitas tinggi yang mampu memenangkan persaingan, karena kata kunci
kemampuan daya saing adalah manusia berkualitas, penuh kreativitas dan inovasi
yang mampu mendaya gunakan pengetahuan /informasi serta menciptakan keunggulan
bersaing (Sedarmayanti : 2004 ).
Di dalam organisasi,
keberadaan karyawan dalam manajemen bukanlah sebagai modal manusia yang menjadi
asset perusahaan belaka, namum
keberadaan manusia juga sebagai partner.
Dengan demikian, sekelompok karyawan yang dikelola dalam manajemen SDM adalah partner
kolektip. Pimpinan bukanlah aktor tunggal yang boleh semena-mena mengklaim
kesuksesan pencapaian tujuan sebagai pencapaian sendiri. Setiap partner harus
dipastikan dalam kondisi menikmati setiap pencapaian tujuan tersebut (Triton PB
: 2007). Oleh karena itu , setiap pelaku dituntut unuk senantiasa beradaptasi
dengan pola perubahan lingkungan agar tetap kompetitif.
Dunia usaha di Indonesia
dihadapkan adanya restrukturisasi (perombakan
mendasar terhadap seluruh mata rantai bisnis organisasi dengan tujuan mencapai
daya saing yang tinggi) , downsizing (memangkas
atau memotong bagian-bagian organisasi yang dianggap menjadi beban perusahaan)
, flattering
(pembuatan struktuktur
organisasi menjadi lebih pendek, horizontal , biasanya mengurangi jumlah level
dalam struktur organisasi), termasuk
juga peningkatan angkatan kerja menyebabkan persaingan antar karyawan untuk memperoleh
kesempatan promosi karir menjadi lebih kecil. Akibatnya lebih banyak karyawan
yang melakukan tugas pekerjaan yang sama untuk waktu yang cukup lama dengan prospek peningkatan karir vertical
(jenjang yang lebih tinggi) akan semakin berkurang (Chao,1990; Elsass &
Ralston,1989 dalam Allen et.al. :
1999). Semakin banyak karyawan yang
mengalami karir plateau secara
hirarkhi (mengalami kebuntuan karir ), sebagai contoh dalam suatu penelitian
34-54 % responden dapat diklasifikasikan sebagai plateau (Allen ,et
all.: 1999).
Pada struktur organisasi yang
berbentuk garis ( hirarki ) seperti kebanyakan struktur organisasi di
Indonesia, kesuksesan karir lebih diartikan sebagai memperoleh kedudukan lebih
tinggi, kewenangan maupun kekuasaan lebih tinggi dan gaji yang diperoleh akan
semakin meningkat. Struktur organisasi hirarki akan memunculkan karir plateau
atau karir yang datar , buntu atau karir mentok.
Bardwick dalam Siti Djamilah
( 2005 ) mengemukakan bahwa seseorang mungkin mengalami 2 karir plateau : structural
(hirarki ) dan job content. Karir plateau hirarki terjadi kalau seseorang
mempunyai kesempatan yang sangat kecil untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi
sedangkan job content plateauing
terjadi ketika seseorang tidak lagi tertantang oleh pekerjaan atau oleh
tanggung jawab pekerjaan. Hal ini akan berakibat pada kinerja karyawan dan
rendahnya daya saing organisasi. Oleh karena itu penelitian tentang karir
plateau perlu diperhatikan oleh berbagai organisasi
Perumusan
Masalah
Hasil penelitian Petrus
dkk.(2007) memperlihatkan bahwa berbagai faktor yang menjadi penghambat kinerja
di Politeknik Negeri Semarang yaitu standard kinerja yang tidak jelas, dosen
yang tidak termotivasi, serta ketidak jelasan sistem karir. Di lihat dari
struktur organisasi di Politeknik Negeri Semarang, kesempatan staf administrasi
untuk meniti jenjang karir vertical sangat kecil. Mayoritas karyawan bekerja
pada posisi yang sama yang waktu yang cukup lama. Dengan demikian banyak staf
administrasi yang menghadapi karir plateau
( kebuntuan karir ) baik structural hirarkhi
plateau maupun job content plateau (karyawan yang tidak lagi tertantang dengan
pekerjaan).
Menurut beberapa penelitian
akibat karir plateau adalah outcomes pekerjaan
yang tidak menguntungkan, komitmen terhadap lembaga rendah akan berdampak pada
daya saing organisasi yang menurun (Chao,1994 dalam Allen et.all,1999). Berdasarkan
pola pikir di atas maka penelitian ini
dilakukan untuk menjawab permasalahan sebagai berikut:
a.
Variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi job content plateauing staf administrasi
Politeknik Negeri Semarang
b.
Bagaimana merumuskan program pengembangan staf
administrasi Politeknik Negeri Semarang untuk
memperkecil job content plateauing
Karir dalam Organisasi
Karir dalam terminologi organisasi
seringkali dikaitkan dengan kemajuan (advanced).
Hani Handoko (1998) mendefinisikan bahwa
karir merupakan semua pekerjaan atau jabatan seseorang yang telah maupun sedang
dilakukan. Hal ini meliputi semua
pekerjaan (jabatan) yang dipunyai seseorang dan dipegang selama kehidupan kerja
seseorang. Pekerjaan-pekerjaan dalam karir
ini dapat saja merupakan realisasi dari rencana-rencana hidup seseorang
atau mungkin sekedar ‘nasib’ (Umar : 2004). Sementara Simamora (2001)
mendefinisikan karir sebagai promosi di dalam organisasi yang bisa dipandang
dari perspektif karir obyektif dan karir subyektif. Karir yang obyektif adalah karir urut-urutan posisi yang diduduki
oleh seseorang semasa hidupnya.
Konsep ini biasanya dikaitkan
dengan organisasi yang memiliki struktur vertikal. Ada urut-urutan posisi atau
jabatan yang bisa diduduki oleh karyawan . Sedangkan karir subyektif adalah
perubahan nilai, sikap, dan motivasi yang terjadi karena seseorang semakin
tua.
Fokus utama dalam karir
pekerjaan seseorang dalam organisasi atau perusahaan akan membentuk
perkembangan karir individu tersebut pada masa depan.Menurut Gomes dalam Triton
(:2007 ) ada dua focus dalam pengembangan karir yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal dalam karir pada cara pandang seseorang
memandang karirnya. Dalam focus internal ini, seseorang perlu selalu dapat
memandang karirnya secara positip. Pandangan yang positip terhadap karir
memungkinkan seseorang dapat mengembangkan karirnya dengan sedikit stress dan
perasaan negatip lainnya, sehingga pada gilirannya karir seseorang akan lebih
mudah mencapai kemajuan yang diharapkan.
Karir
Plateau
Karir plateau adalah titik dalam suatu karir dimana kemungkinan untuk
mendapatkan promosi hirarki sangat kecil. Ukuran plateau dapat secara objektif
atau secara subyektif. Secara obyektif yaitu jika selama lebih dari 7 tahun
menduduki posisi / jabatan yang sama ( Greenhaus,Parasuraman & Wormley
dalam Siti Djamilah : 2005 ) atau jika lebih dari 5 tahun menduduki posisi /
jabatan yang sama (Allen et al. :
1999 ). Penilaian plateau secara
subyektif adalah persepsi seseorang mengenai karirnya di masa yang akan datang
dirasa terbatas atau kecil sekali kemungkinannya untuk dipromosikan (Allen et al. : 1999). Pendekatan
subyektif ini tepat karena lebih
menekankan bagaimana seseorang menerima, menilai dan bereaksi terhadap situasi
sekarang. Bardwick dalam Siti Djamilah
(2005) mengemukakan bahwa seseorang
mungkin mengalami 2 bentuk karir plateau
yaitu structural (hirarkhi ) dan job content. Karir plateau hirarkhi terjadi ketika seseorang mempunyai kesempatan
kecil untuk pergerakan vertical ke atas dalam organisasi. Sedangkan job content plateauing terjadi ketika
seseorang tidak lagi tertantang oleh pekerjaan atau oleh tanggung jawab
pekerjaannya.
PENYEBAB
KARIR PLATEAU
Nilai dan perspektip karyawan
terhadap karir perlu mendapat perhatian. Karyawan memiliki beberapa cara
perhitungan nasib sehingga mereka berupaya untuk meraih peluang agar mampu
mencapai keberhasilan yang salah satunya berasal dari karir. Kesuksesan dalam
karir seringkali dikaitkan dengan kemajuan dan peningkatan kesejahteraan.
Semakin tinggi struktur organisasi, maka semakin banyak posisi-posisi yang
dapat dilalui dan berarti adanya ketegasan
jalur karir. Dengan demikian karyawan akan mengetahui urutan pekerjaan yang
harus dilalui , jabatan yang jelas dan terukur.
Ada tiga tipe plateuing yakni structural plateauing terjadi karena langkanya kemungkinan mencapai
posisi yang lebih tinggi dalam organisasi. Content
plateauing terjadi ketika seseorang merasa pekerjaan yang dimiliki sudah
tidak menantang lagi dan life plateauing terjadi karena merasa jenuh atau bosan dalam
kehidupan kerja ( Puji : 2002 ). Fenomena plateauing dapat menyebabkan
penurunan kinerja, moral pekerja, kepuasan kerja serta akan meningkatkan
ketidakhadiran.
Menurut Allen et. al.(1999), ada tiga faktor penyebab
karir plateauing yakni variable
demografi seperti usia, lama bekerja, tingkat pendidikan; faktor orientasi
personal seperti keinginan untuk belajar, eksplorasi karir, perencanaan karir
dan keterlibatan kerja; persepsi lingkungan kerja seperti dukungan atasan,
dukungan manajemen pucak maupun dukungan rekan kerja.
Dukungan sosial adalah faktor
yang penting untuk memfasilitasi pembelajaran dan pengembangan di antara para
pekerja. Dukungan sosial termasuk dukungan atasan dapat memperkuat pentingnya
nilai aktivitas pembelajaran dan pengembangan. Dukungan atasan juga membantu
tugas spesik maupun tujuan karir. Apabila karyawan tidak mempercayai bahwa
mereka mendapat dukungan atasan maka kemungkinan mereka tidak memiliki jaringan
kerja yang penting untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi dan juga mereka
merasa pekerjaan yang dilakukan kurang bermanfaat ( Allen et.all. :1999 )
Dengan demikian semakin
tinggi dukungan atasan maka akan semakin kecil job content plateauing.
Keterlibatan kerja adalah
variable individu lain yang berhubungan dengan pembelajaran dan pengembangan
diri. Keterlibatan kerja akan meningkatkan otonomi dan kehendak pekerja atas
kehidupan kerjanya dan akan membuat pekerja termotivasi, lebih produktif dan
lebih puas dengan pekerjaannya. Seseorang akan terdorong untuk lebih bekerja
karena pekerjaan akan menjadi penting bagi dirinya. Hal ini akan menjadikan
seseorang berpartisipasi dalam pengembangan diri serta termotivasi untuk
meningkatkan ketrampilan (Allen et.all.
:1999 ). Dengan demikian semakin tinggi keterlibatan kerja maka akan semakin
kecil job content plateauing.
Karakteristik individu
seperti usia, tingkat pendidikan juga dapat memunculkan karir plateau. Pekerja dengan usia tua maupun
tingkat pendidikan yang tinggi biasanya telah menduduki jabatan yang tinggi.
Pada posisi tersebut kemungkinan untuk naik pada posisi yang lebih tinggi akan
berkurang.
Lama bekerja pada organisasi
juga berpengaruh pada aktivitas pengembangan. Pekerja dengan masa kerja cukup
lama dalam organisasi cenderung lebih mempunyai kesempatan untuk mengembangkan
ketrampilan . Namum dalam berbagai studi ditemukan bahwa kebanyakan pekerja
yang merasa memiliki karir plateau adalah pekerja senior yang sudah lama
bergabung dalam organisasi lama terkait dan dengan demikian semakin turunnya kesempatan untuk menduduki
level yang lebih tinggi dalam struktur organisasi. Tetapi sebaliknya lama di
organisasi mungkin tidak menyebabkan job
content plateauing karena kebosanan
dapat terjadi sepanjang perjalanan pekerjaan seseorang ( Allen et.all : 1999 )
Metodologi
Penelitian
Sampel
Penelitian
Sasaran penelitian adalah
staf administrasi Politeknik Negeri Semarang (Bagian Administrasi Akademis
& Kemahasiswaan) dan (Bagian Administrasi Umum Keuangan) . Dari keseluruhan staf administrasi Politeknik
Negeri Semarang diambil 50 sebagai responden. Pengambilan sample dengan
purposive sampling yakni pengambilan responden berdasarkan ciri-ciri khusus (
lama menduduki posisi yang bersangkutan minimal 7 tahun, pendidikan minimal
SLTA dan lama bekerja di Politeknik Negeri Semarang minimal 10 tahun ).
Variabel
Dalam Penelitian
Variabel dalam konsep
penelitian ini yaitu job content plateauing, dukungan atasan, keterlibatan
kerja, lama di organisasi dan usia. Job
Content Plateauing sebagai variable terikat
sementara dukungan atasan, keterlibatan kerja, lama di organisasi dan
usia.merupakan variable bebas. Pengertian variable tersebut adalah sebagi berikut
:
- Job Content Plateauing adalah suatu kondisi dimana pekerjaan yang
dimiliki seseorang sudah tidak menantang lagi.
- Dukungan atasan adalah keterlibatan atasan dalam memberikan
support dalam rangka melakukan pekerjaan
- Keterlibatan kerja adalah tingkatan seseorang merasa identik
dengan pekerjaannya.
- Lama di organisasi dalam waktu bekerja dimulai saat masuk bekerja
pertama kali sampai sekarang
- Usia
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah :
- Kuestioner yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan
seperangkat pernyataan dan atau pertanyaan yang disusun secara
terstruktur. Pengisian kuestioner
dilakukan langsung oleh responden.
- Wawancara . Wawancara
ditujukan kepada pimpinan responden dengan maksud untuk mendapatkan informasi
tambahan yang tidak dapat diperoleh dari kuestioner. Wawancara ini
dilakukan untuk mengali lebih dalam mengenai bentuk pengembangan staf yang
mengalami job content plateauing.
Analisis
Data
a.
Uji Validitas
Sebuah instrument dikatakan
valid jika mampu mengukur pa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari
variable yang diteliti dengan tepat ( Suharsimi Arikunto : 1992). Secara
statistik, uji validitas dilakukan dengan rumus product moment sebagai berikut
:
n Σ xy - ( Σx Σy )
r xy = --------------------------------------
√ { n Σ x2 – ( Σx)2 }{ n Σ y2 – ( Σy)2
Di
mana :
x : jumlah skor tiap item
y : jumlah total skor
n : jumlah responden
Hasil korelasi dibandingkan
dengan angka kritis table korelasi dengan taraf signifikan 5 %. Apabila hasil
perhitungan korelasi lebih besar dari nilai table korelasi maka pernyataan
–pernyataan yang diukur memiliki validitas atau memiliki kosistensi internal.
Sedangkan jika hasil perhitungn korelasi dibawah angka kritik maka dinyatakan
bahwa pernyataan –pernyataan yang diukur tidak valid.
Uji
Reliabilitas
Analisis ini menunjukan
sejauh mana alat pengukur yang dipergunakan dapat dipercaya. Dengan kata lain
uji reliabilitas akan menitik beratkan pada stabilitas dan konsistensi dalam
pengukuran alat ukur. Daftar pertanyaan akan reliabel jika mempunyai nilai
korelasi ( Cronbach alfa ) > 0.6 ( Dongoran : 1987 )
Teknik Analisis Data
Untuk menentukan ketetapan
prediksi apakah ada hubungan yang kuat antara variable terikat (Y) dengan
variable bebas ( Xi ) maka dalam penelitian ini persamaan regresinya sebagai
berikut :
Y
= a - b1 x1 - b2 x2 + b3 x3 + b4x4 +e
dimana
:
Y : Job
Content Plateauing
X1 : Dukungan Atasan
X2 : Keterlibatan Kerja
X3 : Lama di organisasi
X4 : Usia
Pengujian melalui uji F dan
uji t dilakukan dengan membandingan F hitung dan F table maupun t-hitung dan
t-tabel dengan taraf nyata = 5 %. Jika F
– hitung> F- table dan t hitung lebih besar t tabel maka seluruh variable bebas secara serentak
mampu memberikan penjelasan terhadap variasi pada variable tetap.
PEMBAHASAN
Deskripsi
Statistik Hasil Penelitian
Job Content
Plateauing dipengaruhi oleh empat variable yaitu dukungan atasan, keterlibatan
kerja , lama di organisasi serta usia.
Uji
Validitas
Analisis untuk mengetahui
valid tidaknya data yang diperoleh dengan menguji pernyataan-pernyataan yang
disodorkan kepada responden sebagai daftar pertanyaan. Dengan analisis ini
peneliti dapat dengan tepat mengetahui pernyataan-pernyataan yang dapat digunakan
dan pernyataan yang tidak dapat digunakan. Hasil uji validitasnya adalah
sebagai berikut :
Tabel 1
Hasil Uji Validitas Variabel Job Content Plateauing
No
|
Item Pernyataan
|
R Hitung
|
Sig.(2 tailed)
|
Keterangan
|
1.
|
Y1
|
0.352
|
0.012
|
Valid
|
2.
|
Y2
|
0.510
|
0.000
|
Valid
|
3.
|
Y3
|
0.578
|
0.000
|
Valid
|
4.
|
Y4
|
0.568
|
0.000
|
Valid
|
5.
|
Y5
|
0.726
|
0.000
|
Valid
|
6.
|
Y6
|
0.730
|
0.000
|
Valid
|
7.
|
Y7
|
0.708
|
0.000
|
Valid
|
8,
|
Y8
|
0.626
|
0.000
|
Valid
|
Sumber : Hasil Pengolahan Data Tahun
2008
Tabel 2
Hasil
Uji Validitas Variabel Dukungan Atasan
No
|
Item Pernyataan
|
R Hitung
|
Sig.(2 tailed)
|
Keterangan
|
1.
|
X1
|
0.586
|
0.000
|
Valid
|
2.
|
X2
|
0.561
|
0.000
|
Valid
|
3.
|
X3
|
0.559
|
0.000
|
Valid
|
4.
|
X4
|
0.629
|
0.000
|
Valid
|
5.
|
X5
|
0.757
|
0.000
|
Valid
|
6.
|
X6
|
0.460
|
0.001
|
Valid
|
7.
|
X7
|
0.615
|
0.000
|
Valid
|
8,
|
X8
|
0.695
|
0.000
|
Valid
|
Sumber : Hasil Pengolahan Data Tahun
2008
Tabel
3
Hasil
Uji Validitas Variabel Keterlibatan Kerja
No
|
Item Pernyataan
|
R Hitung
|
Sig.(2 tailed)
|
Keterangan
|
1.
|
Z1
|
0.563
|
0.000
|
Valid
|
2.
|
Z2
|
0.345
|
0.014
|
Valid
|
3.
|
Z3
|
0.588
|
0.000
|
Valid
|
4.
|
Z4
|
0.447
|
0.001
|
Valid
|
5.
|
Z5
|
0.306
|
0.031
|
Valid
|
6.
|
Z6
|
0.594
|
0.000
|
Valid
|
7.
|
Z7
|
0.377
|
0.007
|
Valid
|
8,
|
Z8
|
0.508
|
0.000
|
Valid
|
Sumber : Hasil Pengolahan Data Tahun
2008
Dari
table di atas tampak bahwa seluruh instrument adalah valid sehingga dapat
digunakan untuk alat analisis lebih lanjut.
Uji Reliabilitas
Analisis
ini menunjukan sejauh mana suatu alat ukur yang dipergunakan dapat dipercaya.
Hasil uji reliabilitas dengan cronbach alpha menunjukan hasil sebagai berikut :
Variabel Cronbach Alpha
Job Content Plateauing
0,7480
Dukungan Atasan 0,7481
Keterlibatan
Kerja 0,6364
Dengan
demikian semua variable di atas dapat diandalkan ( reliable) karena memiliki
cronbach alpha lebih besar dari 0,6
Hasil
Uji Regresi Berganda
Persamaan regresi berganda
yang digunakan adalah sebagai berikut :
Y
= a - b1 x1 - b2 x2 + b3 x3 + b4x4 +e
dimana
:
Y : Job
Content Plateauing
X1 : Dukungan Atasan
X2 : Keterlibatan Kerja
X3 : Lama di organisasi
X4 : Usia
Hasil
pengolahan data dapat dilihat pada table di bawah ini :
Y : Job Content Plateuing
Variabel Beta t – Test Sig.
X1 -0,562 - 4,638 0,000
X2 -0,338 -2,264 0,012
X3 0,018 2,153 0,037
X4 0,010 2,101 0,046
N : 50
F-test : 6,965 Sig 0,000
Hasil uji regresi berganda
menunjukan koefisien determinasi ( R – squared ) sebesar 0,527 sehingga dapat
dikatakan bahwa 52,7 % variasi job
content plateauing disebabkan oleh dukungan atasan, keterlibatan kerja ,
lama bekerja di organisasi serta usia.
Sedangkan sisanya 47,3 % disebabkan oleh variasi variable lain.
Dilihat dari F – test maka
hasil F-test sebesar 6,965 dengan signifikasi 0,000 memperlihatkan bahwa model
fit artinya model regresi dapat untk memprediksi job content plateauig.
T –test pada persamaan
regresi di atas menunjukan bahwa masing-masing variable yakni variable dukungan
atasan, keterlibatan kerja, lama bekerja serta usia adalah signifikan secara
statistik sehingga masing-masing variable mempunyai pengaruh yang berarti
terhadap job content plateauing.
Di lihat dari arah koefisien
beta maka ada hubungan negatip antara job
content plateauing dengan dukungan atasan. Dengan kata lain semakin tinggi
dukungan atasan maka semakin kecil job
content plateauing. Variabel
keteribatan kerja dengan job content
plateauing memiliki arah negatip. Keterlibatan terhadap pekerjaan yang tinggi akan
memperkecil job content plateauing.
Umur dan lama bekerja mempunyai arah positip terhadap job content lateauing,
Pengaruh
variable Dukungan Atasan, Keterlibatan Kerja, lama Bekerja dan Umur terhadap Job Content Plateauing
Hasil penelitian ini
mendukung penelitian yang dilakukan Allen et all (1999) yang membuktikan bahwa
dukungan atasan akan mengurangi presepsi karir plateau. Hal ini dikarenakan para karyawan sadar dan percaya bahwa
atasan kebanyakan mengendalikan kesempatan anak buah untuk promosi, serta
fasilitas-fasilitas pendukungnya seperti menentukan pekerjaan untuk mengikuti
kegiatan pengembangan diri seperti pelatihan-pelatihan, seminar maupun studi
lanjut. Selain itu
atasan juga berperan menentukan kegiatan-kegiatan yang terkait dalam
pengembangan ketrampilan dan pengetahuan stafnya seperti peningkatan kompensasi
bagi mereka yang memiliki ketrampilan lebih, menentukan anggaran untuk mengirim
para karyawannya untuk mengikuti pelatihan dan bentuk pengembangan diri lainnya
sehingga akan menurunkan job content
plateauing.
Hasil penelitian yang
memperlihatkan bahwa keterlibatan kerja mempunyai pengaruh yang negatip pada job content plateauing sangat mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Aleen et all ( 1999). Hal ini dikarenakan
seseorang yang terlibat
dengan pekerjaannya dapat menemukan cara-cara sehingga pekerjaan yang dilakukan
menjadi mudah dan menarik. Disisi lain
keterlibatan kerja akan menjadikan karyawan lebih bertanggung jawab terhadap
pekerjaan. Dengan demikian karyawan tidak akan mengalami kejenuhan dalam
bekerja atau dengan kata lain tidak mengalami job content plateauing.
Keterlibatan karyawan dalam
kerja akan meningkatkan otonomi dan kehendak karyawan atas kehidupan kerjanya dan akan
membuat karyawan lebih termotivasi. Motivasi yang tinggi akan meningkatkan produktivas
kerja karyawan dan tingkat kepuasan terhadap hasil kerja juga bertambah. Noe dalam Allen (1999 ) menyebutkan bahwa
keterlibatan kerja akan mendorong seseorang berpartisipasi dalam aktivitas
pengembangan diri dan selalu termotivasi dalam peningkatan pengetahuan serta
ketrampilan.
Lama bekerja di organisasi
berpengaruh secara signifikan dalam job
content plateauing Hasil penelitian memperlihatkan bahwa hubungan antara
variable lama di organisasi dengan job
content plateauing. adalah positip. Jadi semakin lama orang bekerja pada
suatu tempat tertentu akan berakibat pekerjaan tersebut sudah tidak
menantang lagi. Hal; ini dimungkinkan pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan
rutinitas dan ketrampilan serta pengetahuan yang dimiliki telah memadai sebagi modal
untuk menyelesaikan pekerjaan.
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Allen cs.et
(1999). Temuan Allen menyebutkan bahwa lama bekerja di organisasi tidak
berpengaruh secara signifikan pada job
content plateauing Hal ini dimungkinkan karena kejenuhan dalam bekerja
dapat diperbaiki dan dihindari sepanjang masa kerja. Dengan kata lain job content plateauing dapat terjadi
pada masa kerja yang pendek atau telah bekerja lama.
Berdasarkan hasil tambahan
secara statistik lama bekerja di Politeknik Negeri Semarang. berkisar rata-rata
20 tahunan Sesuai dengan hirarkhi karir
tampaknya kesempatan untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi sangat terbatas.
Hal tersebut memungkinkan untuk terjadi karir
plateau.
Usia responden rata-rata 40
an. Dilihat dari masa kerja maka mayoritas mereka telah lama bekerja di
Politeknik Negeri Semarang. Hasil
penelitian memperlihatkan bahwa usia mempunyai arah positip terhadap job content plateau . Berarti semakin
tua seseorang maka job content
plateauing akan semakin tinggi dan varibel tersebut berpengaruh terjadap job content plateauing. Hasil penelitian
ini tidak mendukung penelitian Allen cs.et (1999) yang menyebutkan bahwa umur
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap job content plateauing. Hal
ini dimungkan kejenuhan terhadap kerja dapat terjadi pada setiap
karyawan tanpa memandang usia.
Usia maupun lama bekerja
dalam organisasi akan berjalan secara alami. Oleh karena untuk mengeliminir
terjadinya job content plateauing
maka organisasi mempertahankan dukungan atasan dan keterlibatan kerja para
karyawan. Atasan diharapkan memiliki model pengembangan bagi karyawannya
sehingga pekerjaan akan selalu menantang, tidak terjadi kebosanan dalan bekerja
maupun selalu termotivasi.
Model
Pengembangan
Pada dasarnya manusia ingin
terhadap kemajuan baik karena dorongan biologis maupun psikologis.Keinginan
manusia demikian akan dapat terpenuhi melalui suatu system belajar yang tekun dan tidak
kenal putus asa. Sistem tersebut dapat diciptakan melalui diri sendiri. Tetapi
hal ini sangat jarang ditemui di mana orang tersebut berhasil tanpa melalui
system lain kecuali belajar sendiri.
Di dalam organisasi ,
pemberian kesempatan pada karyawan untuk memenuhi keinginan mencari ilmu dan
ketrampilan perlu diciptakan dan diarahkan agar ilmu dan pengetahuan memberikan
manfaat bagi yang bersangkutan dan organisasi Pengembangan karyawan yang
merupakan usaha yang ditujukan untuk meningkatkan kayawan dari segi
pengetahuan, kemampauan guna perkembangan organisasi secara berkesinambungan
perlu diselenggarakan secara teratur.
Berdasarkan hasil penelitian,
lama bekerja maupun usia memiliki hubungan positip terhadap job content plateauing sementara
dukungan atasan dan keterlibatan kerja mempunyai hubungan negatip terhadap job content plateauing Di sisi lain
melihat struktur organisasi dan persyaratan untuk jenjang karir hirarkhi
terbatas kesempatannya maka model pengembangan yang sesuai adalah model rotasi.
Sebelum rotasi tentunya perlu pembekalan pengetahuan dan ketrampilan sesuai
dengan tempat yang akan dituju. .
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
maka dapatdisimpulkan hal-hal sebagai berikut :
- Faktor –faktor yang mempengaruhi job content plateauing adalah dukungan atasan, keterlibatan
kerja, lama bekerja dan usia.
- Berdasarkan hasil t –test dan F-test maka variable-variabel
dukungan atasan, keterlibatan kerja, lama bekerja dan usia secara
sendiri-sendiri maupun bersama-sama
berpengaruh secara statistik terhadap .
job content plateauing .
- Dilihat dari arah koefisien beta maka variable yaitu dukungan atasan dan
keterlibatan kerja memiliki arah
negatip terhadap . job content
plateauing .
- Variabel lama bekerja
di organisasi dan usia memiliki arah positip terhadap . job content plateauing .
Saran
Keterbatasan penelitian ini adalah sample penelitian yang relatip
tidak banyak serta penelitian dilakukan di lembaga pendidikan yang jenjang
karir hirarkhinya terbatas. Penelitian berikutnya sebaiknya dilakukan pada
lembaga yang jelas manajemen karirnya.
Selain itu penambahan variable
bebas untuk diteliti maupun penelitian, dampak adanya karir plateau dalam
organisasi dan metode penelitian kwalitatip. Untuk Politeknik Negeri Semarang,
disarankan agar pimpinan mampu memberikan apresiasi yang sesuai dengan prestasi
karyawan dan melibatkan karyawan dalam meningkatkan produktivitas kerja.
DAFTAR
PUSTAKA
Allen,T.D.,Russell,J.E.,
Poteet, M.L.and
Dobbins,G.H. 1999. Learning and
Development Factors
Related to
Perceptions of Job
Content and
Hierarchical Plateauning. Journal
of Organizational Behavior,20.
Djamilah, Siti. 2005.
Analisa Pengaruh
Dukungan Atasan,
Keterlibatan
Kerja, Lama di Organisasi
dan
Usia pada
Job Content
Plateauing. Makalah pada
Simposium Nasional
Mahasiswa
dan Alumni Ilmu-Ilmu
Ekonomi
UGM.
Handoko,Hani.1998.Manajemen
Sumber
Daya Manusia.Edisi 2.Yogyakarta
BPFE.
Maharsi, Petrus. 2007. Analis Faktor
Pendukung dan
Penghambat
Kinerja Pembelajaran Dosen
Politeknik Negeri
Semarang.
Laporan Penelitian tidak
dipublikasikan.
Sedarmayanti. 2004. Good
Governance (
Kepemerintahan Yang Baik )
Upaya Membangun Organisasi Efektif
dan Efisien melalui Restrukturisasi dan
Pemberdayaan Bandung.
Penerbit Mandar Maju.
Simamora,H. 2001. Manajemen
Sumber
Daya Manusia. Edisi 2. Yogya .
Badan Penerbit
STIE YKPN.
Triton PB. 2007. Manajemen
Sumber
Daya Manusia : Perspektif
Partnership dan Kolektivitas.
Yogyakarta. Tugu.
Umar, Husein. 2004. Riset
Sumber Daya
Manusia. Jakarta. PT Gramedia
Pustaka Utama.