Laman

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS STRATEGI BERSAING PADA UKM BATIK DI KOTA SOLO


ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS STRATEGI BERSAING PADA UKM BATIK DI KOTA SOLO.

Siti Nur Barokah
Jurusan Administrasi Niaga, Politeknik Negeri Semarang


ABSTRACT
In the context of increased competitiveness, mastery of knowledge in an important factor toboost competitiveness. This is biggest weakness of the “UKM”.  The problem often faced by Group of Small business in essence lies in policy-making in determining the quality of Competing Strategies to develop the Company. The  factors that affect quality of Competitive Strategy, need an analysis to answer the above problems.  So, in developing research models, four used variables include strategic asset quality, environmental adaptability, entrepreneurial orientation and quality of competitive strategy.
The data on the variabel studied useda questionnaire that was structured so that the statement a  questionnaire to answer the research variables for further can be responded by 100 respondents owner/manager of Batik in the city of Solo.  Data are collected, then analyzed using multipleregression analysis technique and the resulting output is us tested as a basis for testing hypotheses.  The test results of the model showed that the research model developed is Valid and Reliablel Model.  While the hypothesis testing showed that the quality of strategic assets, environmental adaptability and entrepreneuurship orientation has positive and significant impact on the quality of competitive strategy.
Based on the results of hypothesis testing, the effort is done to improve the quality of competitive stategy in developing the company thrugh increased quality of Asset strategy, especially on the competence of its human resources and experiences.

Keywords:  strategic asset quality, environmental adaptability, entrepreneurial orientation and qtrategy.

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah, tidak terkecuali di Indonesia.  Melihat besarnya jumlah unit pelaku ekonomi dan kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja, maka UKM layak mendapat perhatian.  Berkembangnya UKM akan memperkuat struktur ekonomi domestik, karena terserapnya angkatan kerja dalam lapangan kerja dapat meningkatkan daya beli masyarakat yang pada gilirannya akan memperbesar tingkat permintaan.  Permintaan yang tinggi akan mendorong pertumbuhan ekonomi. (Najib, 2006).
Secara umum, permasalahannya yang sering dihadapi UKM adalah permodalan, pemasaran, kurangnya pengetahuan dan Sumber Daya Manusia yang kurang berkualitas.  Dalam konteks peningkatan daya saing, penguasaan pengetahuan adalah faktor penting untuk mendongkrak daya saing.  Disinilah kelemahan terbesar dari  UKM.  Rendahnya penguasaan pengetahuan pada UKM dipengaruhi faktor internal dan faktor eksternal (Muttaqien, 2008).

Rumusan Masalah
Industri batik sekarang ini mengalami persaingan yang semakin ketat.   Oleh karena itu yang menjadi permasalahannya adalah “Bagaimana merumuskan Kualitas Strategi Bersaing yang sesuai dan tepat dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, agar tetap dapat bertahan”.    Untuk menjawab permasalahan di atas maka perlu dianalisis “Faktor-faktor (kualitas asset stratejik, adaptabilitas lingkungan, orientasi kewirausahaan) yang mempengaruhi Kualitas Strategi Bersaing”. Sehingga pertanyaan  penelitian yang dapat diajukan adalah :
“Bagaimana pengaruh Kualitas Aset Stratejik, Adaptabilitas Lingkungan dan Orientasi Kewirausahaan terhadap Kualitas Strategi Bersaing?”

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk “Mengembangkan sebuah model terintegrasi mengenai ”Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas strategi bersaing”.  Selanjutnya diuraikan di tujuan penelitian yang lebih rinci sebagai berikut:
a.    Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Kualitas Strategi Bersaing.
b.   Menganalisis faktor-faktor yang mempunyai pengaruh yang paling dominan.

Tinjauan Pustaka
Manajemen Strategi
Manajemen Strategi dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai objektifnya (Fred. R David, 2002).  Menurut Elu, 2002 manajemen strategis (strategic management) dapat dipahami sebagai proses pemilihan dan penerapan strategi-strategi.  Sedangkan strategi adalah pola alokasi sumber daya yang memungkinkan organisasi-organisasi dapat mempertahankan kinerja.  Strategi juga dapat diartikan sebagai keseluruhan rencana mengenai sumber daya-sumber daya untuk menciptakan suatu posisi menguntungkan.  Dengan kata lain manajemen strategis terlibat dengan pengembangan dan implementasi strategi-strategi dalam kerangka pengembangan keunggulan bersaing.
Perumusan Strategi dilakukan dengan menggunakan proses analistis untuk mengetahui kondisi perusahaan dan dampaknya terhadap masa yang akan datang.  Strategi yang tepat dipilih melalui perumusan strategi yang dimulai dengan tahapan awal mengembangkan misi bisnis, tahap kedua mengenali kekuatan dan kelemahan dalam lingkungan internal perusahaan, serta peluang dan ancaman dari lingkungan, tahap ketiga menetapkan sasaran jangka panjang, dan tahapan yang terakhir menghasilkan strategi alternatif dan memilih strategi tertentu yang dianggap tepat untuk dilaksanakan.
Salah satu bagian penting dalam perumusan strategi adalah analisis lingkungan yaitu proses monitoring (pemantuan) terhadap faktor-faktor lingkungan dengan mencoba mengidentifikasikan faktor-faktor terpenting dan mengimplementasikannya pada perusahaan. 

Aset Stratejik
Aset stratejik didifinisikan sebagai sesuatu yang dimiliki perusahaan seperti nama merk atau terobosan teknologi, ikatan-ikatan jaringan kerja, tradisi-tradisi sosial perusahaan, praktek-praktek manajemen yang superior terhadap pelanggan.  Bila ia merupakan sebuah set kapabilitas, maka ia harus merupakan sesuatu yang memungkinkan perusahaan melakukan lebih baik dari pada yang dilakukan oleh para pesaing.  Aset stratejik dapat dipahami sebagai sumber daya dari kapabilitas yang bersifat langka, tahan lama, tidak mudah di perdagangkan, sulit untuk ditiru dapat digunakan untuk mengkonversi value menjadi profit (oppropriable) (Ferdinand, 2003). 
Dewasa ini telah berkembang pengakuan bahwa satu-satunya sumber daya yang mampu memberikan keunggulan kompetitif yang berkesinambungan bagi organisasi akan terletak pada kepemilikan sunber daya yang bersifat intangible.  Menurut Becker, Husselid dan Ulrich (2001) dalam HR Scorecard mengemukakan bahwa kepemilikan aset intangible akan memberikan manfaat yang tangible (profitabilitas), (Wijayanto, 2008).  Aset stratejik intangible yang dimiliki suatu organisasi diantaranya adalah kompetensi sumber daya manusia, manajemen pengetahuan, kapabilitas organisasi dan pengalaman (CEO).

Kompetensi Sumber Daya Manusia
Di Era sekarang ini perubahan lingkungan eksternal organisasi berlangsung sedemikian cepat, oleh karenanya dibutuhkan sebuah sumber daya yang tidak hanya cukup untuk mendukung kelangsungan hidup organisasi saja, melainkan lebih dari itu yaitu sumber daya tersebut harus mampu pula memberikan peluang bagi organisasi untuk memenangkan persaingan dan memberikan keunggulan kompetitif yang berkesinambungan.  Kemampuan sumber daya ini untuk menghasilkan akumulasi beragam pemikiran dan ide; sebagai basis terciptanya pengetahuan yang bersifat spesifik/unik bagi organisasi yang memperkembangkan dan mengelola sumber daya manusia sebagai kekuatan tersendiri untuk menghadapi segala ketidakpastian yang ditimbulkan oleh perubahan lingkungan.  Pengetahuan yang bersifat unik merupakan bibit dari kreatifitas dan inovasi organisasi untuk menjawab perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi. (Wijayanto, 2008).

Manajemen Pengetahuan
Davenport, 1998 mendifinisikan pengetahuan sebagai kombinasi dari frame pengalaman, nilai, informasi kontekstual dan wawasan ahli yang memberikan kerangka untuk mengevaluasi dan memasukkan informasi dan pengalaman baru.  Pengetahuan merupakan sumber daya yang dapat diperoleh, dikirim atau terpadu untuk mencapai keuntungan kompetitif (Eisenhardt & Santos dalam Jayne, 2004).  Manajemen pengetahuan adalah kegiatan yang dapat membantu menciptakan struktur koordinasi yang mengelola pengetahuan yang efektif. Pengetahuan merupakan sumber daya yang dapat diperoleh, dikirim atau dipadukan (Eisenhardt et al dalam Jayne, 2004).
Menurut Amit dan Schomer, 1993, Barney, 1991, Dierickx dan Cool, 1989, Peteraf, 1993, mengatakan ada 4 kondisi karakter pengetahuan yang harus dipenuhi untuk tercapainya pengetahuan sebagai aset strategis yaitu; tidak mudah untuk dipindahkan, tidak mudah untuk ditiru, tidak mudah untuk ditukar dan mempunyai kekuatan tingkat stabilitas yang baik..  Untuk memenuhi keempat kondisi tersebut, maka perlu dianalisa setiap dimensi transfer pengetahuan dan implikasinya untuk mendukung tercapainya competitive advantage, (dalam Pujilistiyani) :
1.    Pengetahuan Tacit dan Eksplisit, pengetahuan tacit mempunyai komponen personal yang menjadikannya sulit untuk diformulasikan dan dikomunikasikan.  Disisi lain pengetahuan eksplisit bisa dengan mudah dikomunikasikan menggunakan bahasa yang sitematis.  Menurut Hill dan Ende, 1994, Nonaka, 1991 mengatakan pencapaian competitive advantage pengetahuan tacit mempunyai peran penting sebagai aset strategis karena pengetahuan tacit lebih sulit untuk ditiru, ditukar, ditransfer dan diukur. 
2.    Tingkat Kekhususan (Degree of Specificity), tingkat kekhususan pengetahuan mempunyai dampak penting yang serupa untuk membangun competitive advantage yaitu bahwa sumber pengetahuan yang memiliki asset kekhususan merupakan sumber pengetahuan yang mengakibatkan ambiguitas sehingga hal tersebut membuat pengetahuan akan sulit untuk ditiru.  (Barney, 1991; Amit dan Schoemaker, 1993; Peterah, 1993).
3.    Pengetahuan Sistemik dan Independen, semakin sistemik dan independen suatu pengetahuan maka makin sulit untuk ditiru oleh perusahaan lain karena terdapat masalah kordinasi dalam proses pembentukan pengetahuannya.(Chesbrough dan Teece, 1996; Gopalakrishnan dan Bierly, 2001).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik tacit, kompleks, spesifik dan mempunyai sifat sistemik yaitu suatu kombinasi karakteristik yang membuat pengetahuan menjadi aset strategis suatu perusahaan dimana hal tersebut adalah modal dasar sebagai sumber pembentuk competitive advantage.

Kapabilitas
Collis,1994 mengemukakan tiga tingkatan kapabilitas, yakni kapabilitas statis, kapabilitas dinamis, dan kapabilitas metafisik.  Kapabilitas statis mencerminkan kemampuan perusahaan untuk menjalankan kegiatan-kegiatan fungsional utama, tata letak pabrik, logistik, dan periklanan yang lebih efisien dari para pesaing.  Kapabilitas dinamis berkaitan dengan pembaharuan dinamis atas aktivitas-ativitas perusahaan atau kemampuan perusahaan untuk belajar, beradaptasi, berubah dan melakukan pembaharuan terus menerus.  Kapabilitas metafisik berkaitan dengan wawasan-wawasan strategis yang memungkinkan perusahaan memahami nilai-nilai intrinsik dari sumber-suber daya lain atau untuk mengembangkan strategi-strategi bersaing yang baru (dalam Elu, 2002)
Akses melalui jaringan dan adaptabilitas merupakan pendekatan-pendekatan dinamis.  Akses melalui jaringan (networking access) berarti bahwa organisasi mampu mengakses sumber-sumber kompetensi eksternal tepat waktu dan dengan biaya murah.  Jaringan dapat mencakup para pemasok, perantara dalam pemasaran, pelanggan bahkan pesaing (dalam Elu, 2002).
Kompetensi berbasis sumber daya dapat dipahami sebagai kapabilitas berdasarkan aset insani dan non-insani, aset tangible, dan aset intangible, yang memungkinkan perusahaan untuk mengungguli pesaingnya untuk suatu jangka waktu yang berkelanjutan.  Kompetensi-kompetensi ini misalnya kapabilitas innovasi termasuk didalamnya antara lain innovasi tehnologis, innovasi pemasaran, dan innovasi manajerial berpotensi untuk membuat sebuah organisasi memiliki kapabilitas untuk menggenerasi atau menghasilkan proses atau produk baru secara lebih cepat daripada yang dapat dilakukan oleh para pesaingnya sehingga mendapatkan keunggulan pre-emptif atau keunggulan penggerak pertama-first mover advantage (Ferdinand, 2003). 

Pengalaman  Manajer
Menurut Mintzberg, 1994, para manajer harus mampu mengidentifikasi sumber daya perusahaan tertentu yang memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan alternatif tanggapan terhadap lingkungan yang kompetitif.  Pada saat yang sama, maka perusahaan harus mampu mengembangkan kemampuan untuk berkoordinasi dengan menggunakan sumber daya yang tersedia.  Kemampuan untuk menggali sumber daya dan kompetensi yang memungkinkan perusahaan untuk mengambil keuntungan dari keputusan strategis dalam rangka untuk mengembangkan kompetensi berbeda (Sinkovics, 2004).  Para manajer akan mengembangkan kesadaran lingkungan dan strategis melalui pengalaman dan persepsi, dan berfikir berdasarkan observasi pengalamannya (Papulova, 2006).  
Saat sekarang ini, manajer harus berfikir untuk mendapatkan peluang global bagi organisasi yang mana meliputi pemahaman bagaimana mengatasi ancaman global bagi perusahaannya dan menggunakan manajemen strategik yang sesuai.  Pemahaman global adalah dasar kemampuan usaha seperti mengelola ketidakpastian.  Menurut Kedia & Mukherji, (1999) pemahaman global adalah untuk mewujudkan saling ketergantungan organisasi pada peluang global dan kemampuan mengerahkan sumber daya dunia untuk mencapai peluang pasar. (Sitaniapessy, 2005).

Adaptabilitas Lingkungan
Terdapat beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi pilihan perusahaan mengenai  arah dan tindakan, yang pada akhirnya juga mempengaruhi struktur organisasi dan proses internalnya.  Faktor-faktor yang membentuk lingkungan eksternal (external environment), dapat dibagi menjadi tiga sub-katagori yang saling terkait:  faktor-faktor  dalam lingkungan operasi,  faktor-faktor dalam lingkungan jauh dan faktor-faktor dalam lingkungan industri.
Lingkungan operasi disebut juga sebagai lingkungan kompetitif, terdiri atas faktor-faktor dalam situasi kompetitif yang mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam memperoleh sumber daya yang dibutuhkan atau dalam memasarkan produk dan jasanya secara menguntungkan.  Diantara faktor-faktor ini, yang terpenting adalah posisi kompetitif perusahaan, komposisi pelanggannya, reputasinya dimata pemasok, dan kreditor, dan kemampuan merekrut karyawan yang memiliki kapabilitas.  Lingkungan operasi biasanya lebih dipengaruhi oleh pengaruh atau pengendalian perusahaan dibanding dengan lingkungan jauh.  Dengan demikian, perusahaan dapat lebih proaktif  (sebagai lawan dari reaktif) dalam menangani lingkungan operasi dibandingkan dengan menangani lingkungan yang jauh (Pearce dan Robinson, 2007).
Lingkungan Jauh (remote environment) terdiri atas faktor-faktor yang berasal dari luar, dan biasanya tidak terkait, dengan situasi operasi suatu perusahaan: (1) ekonomi, (2) sosial, (3) politik, (4) teknologi, (5) ekologi.  Lingkungan ini memberikan peluang, ancaman dan batasan bagi perusahaan, tetapi jarang sekali ada suatu perusahaan yang dapat memberikan pengaruh timbal balik yang cukup besar. (Pearce dan Robinson, 2007)
Berada dalam lingkungan bisnis yang terus berubah, setiap pelaku bisnis dituntut untuk senantiasa beradaptasi dengan pola perubahan agar tetap kompetitif.  Organisasi juga menghadapi dan mengalami berbagai perubahan sejalan dengan perubahan lingkungan bisnis.  Perubahan yang terjadi dapat berupa struktur organisasi, perubahan jenjang karier,  perubahan kompetensi yang diperlukan dan lain sebagainya.  Organisasi dituntut untuk semakin kritis dalam mensikapi fenomena-fenomena perubahan lingkungan bisnis yang terjadi dewasa ini agar dapat bertahan hidup, melalui perubahan cara pandang yang dimilikinya terhadap kondisi eksternal dan internal yang ada.  Perubahan yang terjadi pada lingkungan eksternal organisasi seringkali menghadapkan organisasi pada pertanyaan-pertanyaan mengenai keputusan-keputusan strategik apa saja yang dibuat dan apakah sumber daya yang harus dimiliki agar organisasi dapat selalu kompetitif.

Orientasi Kewirausahaan
Berdasarkan hasil penelitian  menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan kecil harus membangun keunggulan kompetitif untuk bersaing. Pada beberapa bidang yang berbeda dalam mengidentifikasi kompetensi ini mencakup pengalaman dan pengetahuan, keunikan produk atau layanan, pelayanan yang lebih baik dari rata-rata, lokasi, biaya rendah dan harga, kualitas produk, berbagai produk suasana, reputasi dan metode yang unik.
Pengembangan- Arah Strategi untuk Usaha Kecil dan Menengah
Langkah-langkah pendekatan untuk mengembangkan strategi yang efektif untuk usaha kecil:
1.  Menetapkan tujuan perusahaan.
     Banyak pengusaha dan pengelola usaha kecil yang tidak jelas tujuan yang     ingin   dicapai.  Oleh karena itu perlu menentukan tujuan yang akan dicapai.
2.   Mendifinisikan Misi perusahaan.
      Langkah kedua mengembangkan arah strategis adalah untuk menentukan jenis usaha perusahaan.
3.     Menilai Kemampuan Perusahaan.
      Tahap ini melibatkan penilaian yang nyata dari kemampuan perusahaan untuk melaksanakan misi yang berhasil.
4.     Memilih Arah Strategis
      Setelah mengidentifikasi tujuan, menetapkan misi dan menilai kemampuan, maka selanjutnya harus mampu mengidentifikasi berbagai strategi yang tepat.
Menurut Mintzberg strategi bisnis dapat mengikuti salah satu dari tiga model yaitu perencanaan, kewirausahaan dan adaptif.  Dia berpendapat bahwa pilihan yang tepat tergantung pada variabel yang sesuai seperti ukurannya, usia organisasi dan  kunci utama pengambil keputusan.  Model yang adaptif adalah untuk mencapai tujuan organisasi menggunakan pendekatan strategi secara terus menerus melakukan penyesuaian.   Model adaptif ini paling efektif bila berada pada lingkungan yang memilki ketidak pastian yang sangat tinggi.  Model kewirausahaan menyajikan pendekatan strategi dimana pimpinan memiliki pengaruh yang kuat,  biasanya sebagai pendiri organisasi, mengacu pada pertimbangan dan pengalaman pribadi untuk membentuk suatu gambaran dari tujuan organisasi.  Model ini lebih efektif untuk organisasi yang masih muda dan kecil. (Papulova, 2006).
Konsep Manajemen Strategik diorganisasi kecil harus merupakan konsep strategis kewirausahaan.  Konsep strategis kewirausahaan memiliki 3 elemen diantaranya:  intuitif, kreatif dan rasional.  Strategis adalah proses melangkah oleh pengusaha diperusahaan, presentasi pandangannya tentang bagaimana organisasi harus mengembangkan dan target kuantitatif apa yag dia telah ketahui.  Ini mengarah ke sebuah pernyataan visi yang mencantumkan bagaimana perusahaan harus mengembangkan dan sasaran yang harus dipenuhi dalam waktu tertentu.  Pernyataan visi adalah ungkapan, dalam istilah bisnis yang dilihat dari intuitif pengusaha.  Selanjutnya dimulai dengan proses rasional yang dikenal dengan analisis internal dan eksternal, karena bisnis memerlukan keputusan  internal maupun situasi eksternal, serta visi dari pengusaha.  Proses menemukan pilihan untuk masalah ini, sekali lagi intuitif.  Seleksi adalah proses rasional, menggunakan kreteria yang berasal dari pernyataan visi, terutama dengan target kuantitatif.  Pilihan terbaik yang memenuhi kreteria akan dipilih sebagai keputusan mengenai masalah.  Inilah caranya pengusaha membuat keputusan utama.
Orientasi Kewirausahaan dapat dilihat sebagai pilihan strategis dan mencerminkan bagaimana usaha untuk memanfaatkan peluangnya.  Wiklund and Shepherd, 2003; dalam Chen, 2007  melaporkan bahwa orientasi kewirausahaan meningkatkan hubungan antara ilmu berbasis sumber daya, seperti pemasaran dan kemampuan teknologi dan kinerja usaha kecil. 

Kualitas Strategi Bersaing
Esensi strategi bersaing dapat digambarkan sebagai sebuah proses bagaimana perusahaan membangun dan mengembangkan berbagai sumber daya stratejiknya yang memiliki potensi untuk menghasilkan keunggulan bersaing, keunggulan mana dapat bermakna ganda yaitu disatu sisi sebagai instrumen untuk menghasilkan kinerja dan sisi yang lain sebagai instrumen untuk menetralisir aset dan kompetensi bersaing yang dimiliki oleh pesaing.   Proses ini yang secara sadar dikembangkan dari waktu ke waktu, pada hakekatnya akan menjadi dasar yang kuat bagi pencapaian dan pengembangan keunggulan bersaing berkelanjutan. (Ferdinand, 2003).
Strategi bersaing harus diletakkan pada upaya-upaya mencari, mendapatkan, mengembangkan dan mempertahankan sumber daya-sumber daya strategis. (Rupidara,2008)
Untuk membuat sumber daya ini berpotensi sebagai sumber dari keunggulan bersaing berkelanjutan, maka sumber daya yang dimiliki perusahaan harus memenuhi empat atribut atau kreteria yaitu:
1.     Value, sumber daya tersebut haruslah mampu menghasilkan nilai dalam artian bahwa ia berkemampuan untuk mengeksploitasi peluang dan atau menetralisir ancaman-ancaman dalam lingkungan perusahaan.
2.     Rareness, sumber daya tersebut harus memenuhi syarat kelangkaan dalam artian keberadaannya adalah langka dalam persaingan yang saat ini dilakukan atau yang potensial dihadapi.
3.     Imperfect Imitability, sumber daya yang diperlukan untuk menghasilkan keunggulan bersaing berkelanjutan adalah yang bersifat tidak mudah ditiru atau dapat ditiru dengan tidak sempurna, dalam artian bahwa sumber daya dan kompetensi ini cukup mahal (costly) atau sulit untuk ditiru.
4.     Subsitutability, sumber daya yang dimiliki dan digunakan haruslah tidak mudah untuk substitusi, ia haruslah tidak memiliki substitusi yang sama karena akan menjadi masalah misalnya walaupun ia bersifat valuable tetapi bukanlah sesuatu yang jarang dan bukan pula mudah ditiru.
Manajer strategis sering kali putus asa dalam upayanya untuk mengantisipasi pengaruh lingkungan yang terus menerus berubah.  Elemen-elemen eksternal yang berbeda mempengaruhi strategi yang berbeda pada waktu yang berbeda dan dengan kekuatan yang bervariasi. Hal ini mengarahkan beberapa manajer, terutama perusahaan yang lebih kecil atau yang tidak begitu kuat untuk meminimalkan perencanaan jangka panjang, yang membutuhkan komitmen sumber daya.  Sebaliknya, hal ini menguntungkan manajer dengan cara memungkinkan mereka untuk beradaptasi terhadap tekanan yang baru dari lingkungan.
Durand (1997) mengemukakan empat pendekatan pengembangan dan pendayagunakan kompetensi-kompetensi, yaitu (1) reinforcement dalam pendayagunaan; (2) “synergetic fit”; (3) akses melalui pemanfaatan jaringan (“networking access); dan (4) adaptabilitas. Reinforcement diterapkan ketika organisasi telah memiliki dan terbiasa menerapkan kompetensi yang dibutuhkan. Synergetic fit diterapkan ketika kompetensi tersedia pada berbagai unit dalam organisasi dan membutuhkan sinergi diantara unit-unit untuk memenuhi tuntutan-tuntutan akan portofolio kompetensi baru (pendekatan statis). Sedangkan akses melalui jaringan dan adaptabilitas merupakan pendekatan-pendekatan dinamis. Akses melalui jaringan berarti bahwa organisasi mampu mengakses sumber-sumber kompetensi eksternal tepat waktu dan dengan biaya murah. Jaringan dapat mencakup para pemasok, perantaran dalam pemasaran, pelanggan, bahkan pesaing.
                                                           
METODOLOGI
Jenis dan Sumber Data
Data penelitian pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, antara lain:  data Subyek, data fisik, dan data dokumenter. (Indriantoro dan Supomo, 1999).  Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data subyek, yaitu data yang berupa opini, sikap, pengalaman atau karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi subyek penelitian (responden).  Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber data yang dikumpulkan secara khusus dan berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti yaitu melalui pembagian atau penyebaran quesioner yang diberikan kepada responden yang dalam hal ini adalah pengusaha/pengelola pengrajin batik di Solo.

Populasi dan Sampling
Populasi penelitian ini adalah pengusaha/pengelola pengrajin batik di Solo yang berjumlah 125 Pengusaha/pengelola (Paguyuban Pemilik Pengrajin batik Laweyan, Kauman dan sekitarnya di Solo, 2009).
Sampling yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode sensus, karena populasi  yang ada jumlahnya sangat terbatas.  Oleh karena itu menggunakan metode sensus agar Validitas sampel yang digunakan dapat dipertanggung jawabkan.

Metode Pengumpulan Data
       Pengumpulan data dalam penelitian memakai kuesioner dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan secara tertutup dan terbuka kepada pengusaha/pengelola pengrajin batik di Solo untuk diisi/dijawab.
Pada penelitian ini menggunakan Analisis deskriptif untuk mendapatkan gambaran jawaban responden mengenai variabel-variabel yang diteliti dengan teknik Analisis Indeks scoring 1- 10.  Disamping itu juga menggunakan analisis regresi yang digunakan untuk mengestimasi nilai variabel dependen (Y= Kualitas Strategi Bersaing) dengan menggunakan lebih dari satu variabel independen (X1 = Kualitas Aset Strategi, X2 = Adaptabilitas Lingkungan dan X3 = Orientasi Kewirausahaan).

Analisis Data
Hasil jawaban analisis deskriptif variabel kualitas asset strategik menunjukkan bahwa nilai indeks yang dihasilkan adalah 46.1. Hal ini dapat diartikan, kualitas asset strategik yang meliputi kompetensi SDM, manajemen pengetahuan, kapabilitas organisasi, dan pengalaman yang dimiliki oleh UKM Batik Kota Solo belum dikelola secara optimal.
Hasil analisis deskriptif variabel adaptabilitas lingkungan menunjukkan bahwa nilai indeks yang dihasilkan adalah 52.8.  Hal ini dapat diartikan, Adaptabilitas Lingkungan yang meliputi kemampuan memahami pelanggan, kemampuan memahami pesaing, kemampuan bekerja sama dengan penyalur, dan kemampuan bekerja sama dengan supplier yang dimiliki oleh UKM Batik Kota Solo masih perlu dilakukan upaya peningkatan.
Hasil analisis deskriptif variabel orientasi kewirausahaan menunjukkan bahwa nilai indeks yang dihasilkan adalah 47.8.  Hal ini dapat diartikan, bahwa orientasi kewirausahaan yang dimiliki oleh UKM Batik Solo masih tergolong moderate artinya dalam menghadapi persaingan UKM Batik Solo belum berani untuk mengambil resiko, belum dapat secara optimal memanfaatkan setiap peluang yang ada, masih kurang tanggap dengan tuntutan atau permintaan pasar, dan kurang ulet atau mudah menyerah dalam menghadapi pesaing.

Tabel. 1
Diskripsi Jawaban masing-masing Variabel

Variabel
Indikator
Indeks
Rata-rata
Kualitas Asset Strategik (KAS)
1.  Sumber Daya Manusia
2.  Manajemen Pengetahuan
3.  Kapabilitas Organisasi
4.  Pengalaman (CEO)
45.0
43.4
46.3
49.7
46.1
Adaptabilitas Lingkungan (AL)
1. Kemampuan Memahami Pelanggan
2. Kemampuan memahami pesaing
3. Kemampuan Bekerjasama dengan Penyalur
4. Kemampuan Bekerjasama dengan Supplier
44.2
46.9
75.2

45.0
52.8
Orientasi Kewirausahaan (OK)
1. Berani Mengambil Resiko
2. Memanfaatkan Setiap Peluang
3. Cepat Tanggap
4. Pantang Menyerah (ulet)
48.8
44.3
52.0
46.2
47.8
Kualitas Strategi Bersaing
1. Bernilai
2. Susah Tergantikan
3. Unik
4. Tidak Dapat Ditiru Dengan Sempurna
43.6
44.3
44.7
50.0
45.7
Sumber : Data primer yang diolah, 2010


Hasil analisis deskriptif variabel kualitas strategi bersaing menunjukkan bahwa nilai indeks yang dihasilkan adalah 45.7.  Hal ini dapat diartikan, bahwa kualitas strategi bersaing UKM Batik Solo masih tergolong sedang.
Data ini menunjukkan bahwa produk batik yang dihasilkan oleh UKM di Kota Solo masih mudah untuk ditiru oleh produsen batik lain karena belum memiliki keunikan tersendiri yang dapat dijadikan sebagai ciri khas batik Solo sehingga batik dari UKM Solo dapat dengan mudah digantikan oleh produk lain yang sejenis.

Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel
Dari perhitungan uji Validitas dan Reliabilitas Variabel masing-masing menunjukkan hasil Alpha Cronbach untuk Kualitas Asset Strategik (0,798), Adaptabilitas Lingkungan (0,667), Orientasi Kewirausahaan (0,765) dan Kualitas Strategi Bersaing (0,861) > 0,6 dan signifikansinya < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur masing-masing variabel adalah valid dan reliabel.

Uji Kelayakan Model
Uji kelayakan model dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen yang telah ditetapkan merupakan variabel yang layak untuk menjelaskan terjadinya variasi pada variabel dependen. Pengujian kelayakan model ini dilakukan dengan Uji Anova (uji F).



Tabel 2
Uji Validitas dan Reliabilitas

Variabel
Indikator
Koef. Korelasi
Signifikansi
Alpha Cronbach
Kualitas Asset Strategik
KAS1 :
kompetensi SDM
0.791
0.000
0.798
KAS2 :
manajemen pengetahuan
0.855
0.000
KAS3 :
kapabilitas organisasi
0.765
0.000
KAS4 :
pengalaman
0.776
0.000
Adaptabilitas Lingkungan
AL1 :
kemampuan memahami pelanggan
0.776
0.000
0.667
AL2 :
kemampuan memahami pesaing
0.842
0.000
AL3 :
kemampuan bekerja sama dengan penyalur
0.739
0.000
AL4 :
kemampuan bekerja sama dengan supplier
0.465
0.000
Orientasi Kewirausahaan
OK1 :
berani mengambil resiko
0.785
0.000
0.765
OK2 :
memanfaatkan setiap peluang
0.787
0.000
OK3 :
cepat tanggap
0.833
0.000
OK4 :
ulet dalam menghadapi pesaing
0.662
0.000
Kualitas Strategi Bersaing
KSB1 :
bernilai
0.839
0.000
0.861
KSB2 :
sulit tergantikan
0.871
0.000
KSB3 :
unik
0.881
0.000
KSB4 :
tidak dapat ditiru dengan sempurna
0.822
0.000
Sumber : Data primer yang diolah, 2010


Dari perhitungan yang dilakukan menunjukkan bahwa hasil pengujian pengaruh kualitas asset strategik, adaptabilitas lingkungan, dan orientasi kewirausahaan terhadap kualitas strategi bersaing menghasilkan nilai F sebesar 83.749 dengan signifikansi sebesar 0.000. Oleh karena nilai signifikansi < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel kualitas asset strategik, adaptabilitas lingkungan, dan orientasi kewirausahaan merupakan variabel-variabel yang layak untuk menjelaskan terjadinya variasi pada variabel dependen (kualitas strategi bersaing).


Tabel. 3
Hasil Pengujian Kelayakan Model
          Sumber : Data primer yang diolah, 2010


Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat maka dilakukan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan pada penelitian ini. Metode pengujian terhadap hipotesis dilakukan secara parsial dengan menggunakan uji t.


Tabel 4
Hasil Uji t
         Sumber : Data primer yang diolah, 2010


Berdasarkan hasil pengujian pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial maka dapat dikembangkan sebuah persamaan regresi sebagai berikut :
Y = 0.257X1 + 0.504X2 + 0.352X3
Pengujian pengaruh kualitas asset strategik terhadap kualitas strategi diperoleh koefisien regresi sebesar 0.257 dengan nilai t sebesar 4.100 dan nilai signifikansi sebesar 0.000, Pengujian pengaruh adaptabilitas lingkungan terhadap kualitas strategi diperoleh koefisien regresi sebesar 0.504 dengan nilai t sebesar 8.772 dan nilai signifikansi sebesar 0.000, Pengujian pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kualitas strategi diperoleh koefisien regresi sebesar 0.352 dengan nilai t sebesar 5.600 dan nilai signifikansi sebesar 0.000.  Berdasarkan hasil yang ada n bahwa masing-masing variabel menunjukkan nilai yang positif dan signifikansinya < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa masing-masing variabel mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan dan dapat dibuktikan serta diterima secara statistik.

Koefisien Determinasi
Analisis terhadap nilai Koefisien determinasi (R2) berguna untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dimana nilai R2 berkisar antara 0<R2<1.

Tabel 5
Koefisien Determinasi
              Sumber : Data primer yang diolah, 2010


Nilai R Square yang dihasilkan dari pengujian variabel penelitian adalah sebesar 0.834. Akan tetapi nilai R Square ini tidak digunakan untuk menganalisis besarnya kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen oleh karena keterbatasan nilai R Square dalam merepresentasikan nilai pengaruh yang sebenarnya dimana nilainya selalu bertambah seiring dengan penambahan variabel independen.  Oleh sebab itu, digunakan nilai Adjusted R Square sebesar 0.827 atau 82.7%, artinya 82.7% variasi yang terjadi pada variabel Kualitas Strategi dijelaskan oleh Kualitas Aset Strategi, Adaptabilitas Lingkungan dan Orientasi Kewirausahaan.

PENUTUP
Kesimpulan
a.    Hasil dari analisis deskriptif dengan menggunakan analisis indeks dan kreteria tiga kotak menghasilkan Variabel Kualitas Aset Strategi belum dikelola secara optimal (46,1), Adaptabilitas Lingkungan masih perlu diupayakan peningkatan (52,8) dan Orientasi Kewirausahaan kurang ulet atau mudah menyerah dalam menghadapi pesaing (47,8).
b.    Hasil Uji Validitas dan reliabilitas untuk Variabel Kualitas Aset Strategi Alpha Cronbach 0,798 > 0,6, Adaptabilitas Lingkungan Alpha Cronbach 0,667 > 0,6 dan Orientasi Kewirausahaan Alpha Cronbach 0,765 > 0,6 dan masing-masing memiliki nilai signifikansi 0.000 < 5. Dapat disimpulkan bahwa indikator yang digunakan untuk mengukur masing-masing variabel adalah valid dan reliabel.
c.    Uji Kelayakan Model menunjukkan bahwa hasil pengujian pengaruh Kualitas Aset Strategi, Adaptabilitas Lingkungan dan Orientasi Kewirausahaan terhadap Kualitas Strategi Bersaing menghasilkan F sebesar 83,749 dengan signifikansi sebesar 0,000 dengan demikian variabel-variabel independen yang telah ditetapkan merupakan variabel yang layak untuk menjelaskan terjadinya variasi pada variabel dependen.
d.   Metode pengujian terhadap hipotesis dilakukan secara parsial dengan menggunakan Uji t, sehingga dapat dikembangkan persamaan regresi sebagai berikut:                               Y = 0,257 X1 + 0,504 X2 + 0,352 X3.  Dari persamaan regresi tersebut terlihat semua Beta bertanda positif dan ini menjelaskan bila Kualitas Aset Strategi, Adaptabilitas Lingkungan dan Orientasi Kewirausahaan semakin baik maka Kualitas Strategi Bersaing juga akan semakin baik.
e.    Pengujian Hipotesis menghasilkan H1 koefisien regresi sebesar 0,257 dengan nilai t sebesar 4,100 dan signifikansi sebesar 0,000, H2 koefisien regresi sebesar 0,504 dengan nilai t sebesar 8,772 dan signifikansi sebesar 0,000 dan H3  koefisien regresi sebesar 0,352 dengan nilai t sebesar 5,600 dan signifikansi sebesar 0,000, maka dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh Kualitas Aset Strategi, Adaptabilitas Lingkungan dan Orientasi Kewirausahaan terhadap Kualitas Strategi Bersaing secara positif dan signifikan dan dapat dibuktikan secara statistik.
Dari semua variabel yang mempunyai pengaruh lebih besar terhadap Kualitas Strategi Bersaing adalah varabel Adaptabilitas Lingkungan (0,504), baru selanjutnya variabel Orientasi Kewirausahaan (0,352) dan Kualitas Aset Strategi (0,257).

Saran.
Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan maka disarankan bahwa setiap menentukan kebijakan strategi perusahaan, maka perlu memperhatikan perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi khususnya perusahaan pesaing dan perubahan ekonomi secara makro selanjutnya harus memiliki suatu keberanian untuk mengambil resiko dan menggunakan peluang yang ada dengan sigap.


DAFTAR PUSTAKA

Chen, Cheng-Nan, 2007, The Relation among Social Capital, Entrepreneurial Orientation, Organizational Resources and Entrepreneurial Performance for New Ventures, Contemporary Management Research, National Cheng Kung University.

Elu, Wilfridus B, 2002, Manajemen Strategis Berbasis-Kompetensi: Pendekatan Integratif Dalam Membangun Keunggulan Kompetitif Berkelanjutan, STIE Perbanas Jakarta.

Ferdinand, Augusty, 2003,  Sustainable Competitive Advantage Sebuah Eksplorasi Model Konseptual, BP UNDIP, Semarang.

Jayne Richard L, 2004. Project Team Strategy: A Competitive Advantage Through Knowlege Creation, Santo Ambrose Universitas Davenport, IOWA.

Muttaqien, Arif, 2008, “Knowledge Management” untuk KUKM, Portal Pengembangan KUKM Indonesia.

Najib, 2006, Peningkatan Kinerja Bisnis Usaha Kecil Menengah dengan Pengembangan Orientasi Pasar, Jurnal Manajemen Publikasi Penelitian dan Review Vol 1 No. 2

Papulova, Emilia & Zuzana Papulova, 2006, Competitive Strategy And Competitive Strategi Advantages Of Small And Midsezed Manufacturing Enterprises In Slovakia, Bratislava, Slovak Republic, Comenius University.

Pearce & Robinson, 2008, Manajemen Strategis Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian, Edisi 10 (terjemahan), Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Pujilistiyani, Angelina Yuli, 2008, Charecteristic Of Manajerial Careers, Journal Review.

Rupidara, Neil, 2008, Modal Intelektual dan Strategi Pengembangan Organisasi dan Sumber Daya Manusia, Universitas Kristen Satya Wacana.

Sinkovics, Rudolf R, Roath & Anthony S, 2004,  Strategic Orientation, Capabilities, And Performance In Manufacturer- 3 PL Relationships, Journal of Business Logistics.
Sitaniapessy, Athur, 2005, Pemahaman Global dan Manajemen Pengetahuan;  Jalan Menuju Sukses Global , Jurnal Ekonomi dan Bisnis No. 3, jilid 10

Sugiyono, 2002, Metode Penelitian Bisnis, CV. Alvabeta, Bandung.

Wijayanto, Bonifacius R, 2008, Pengetahuan Sebagai Sumber Keunggulan Kompetitif Berkesinambungan, Fokus Ekonomi.