STRATEGI MERAIH KEUNGGULAN KOMPETITIF
BERBASIS BUDAYA ORGANISASI
PADA
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
THE STRATEGY TO ACHIEVE COMPETITIVE ADVANTAGE BASED ON ORGANISATION CULTURE AT
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
Karnowahadi dan Budi Prasetya
Jurusan Administrasi Niaga, Politeknik Negeri Semarang
ABSTRACT
Samples taken as many as 30 people are
selected among the current officers,
former officers, senior lecturer in environmental and Semarang State
Polytechnic. The purpose of this study include cultural domination
organization carried out in Semarang
State Polytechnic as well as options that culture-based strategy to achieve
competitive advantage in Semarang State Polytechnic environment. The results of
this study are among others, that the dominance factor in Semarang State
Polytechnic organizational culture leads to cultural Clan. However, in the
second hierarchy is in the culture and market culture. Results of mapping
analysis of organizational culture that took place in “Polines”, among others,
resulted in the Group 1, ie the Organizational Characteristics, obtaining
results that occur when an organizational culture is dominated by the Clan culture. While the
culture that should happen is dominated by the cultural element Market. In
Group 2, Organizational Leadership, obtaining results that occur when an
organizational culture is dominated by the Clan culture. While the culture that
should happen is dominated by the cultural element Market. In Group 3, namely
Management of Employees, results in an
organizational culture that is dominated by the Hierarchy. While the culture
that should happen is dominated by the cultural element Clan. In Group 4, ie
the Organizational Glue, results in an
organizational culture that is dominated by a culture of Hierarchy. While the
culture that should happen is dominated by the cultural element Clan. In Group
5, namely the Strategic Emphasis, obtaining results that occur when an
organizational culture is dominated by a culture of Hierarchy. While the
culture that should happen is dominated by the cultural element Clan. In Group 6, the Criteria of
Success, the result that organizational culture is happening at present is
dominated by the Clan culture. This condition is in accordance with the
culture that should happen.
Keywords: Polines, Organizational Culture,
Strategy, Competitive.
Dengan semakin ketatnya persaingan di dalam dan di
luar organisasi maka organisasi selalu dituntut untuk selalu melakukan
perubahan. Kunci sukses suatu perubahan
bergantung pada cara pandang, sikap, pola pikir dan tindakan para
jajaran manajemen sesuai dengan tuntutan organisasi yang dinamis. Pilihan
kegiatan perubahan dapat dilaksanakan melalui perspektif organisasi, perspektif
sistem, atau perspektif orang. Namun ternyata cara memandang dengan ketiga
perspektif tersebut saja banyak mengandung kelemahan, terlebih setelah melihat
akibat krisis identitas dan moral organisasi yang dialami kehidupan manusia
akhir akhir ini. Untuk mengatasinya diperlukan suatu pandangan yang lebih, yang
dilakukan melalui pendekatan sistem total, baik tangibel/visibel maupun yang
intangibel/hidden yang dapat menyumbangkan anggapan dasar yang benar atas
segalanya. Anggapan dasar ini terbentuk karena implementasi realistik yang
dapat diteladani dari pespektif nilai dan keyakinan bersama di dalam organisasi
sebagai kekuatan utama terbentuknya budaya organisasi.
Politeknik
Negeri Semarang/Polines sebagai sebuah
institusi perguruan tinggi memiliki
karkateristik fundamental yang membentuk budaya organisasi. Beberapa
karakteristik fundamental seperti yang disampaikan oleh Osborne (2000) dari
organsasi publik adalah : organisasi pemerintah adalah ciptaan sektor politik,
diorganisir dalam bentuk hirarki berlapis lapis, diorganisir secara birokratis,
memiliki monopoli atau hampir monopoli. Faktor faktor fundamental yang terdiri
dari politik, hirarki dan monopoli ini menumbuhkan budaya organisasi di mana
penghuninya : saling menyalahkan orang lain baik di dalam maupun di luar dan
tidak bertanggung jawab untuk menyelesaikan persoalan, hidup dalam ketakutan
membuat kesalahan dan bukannya berusaha berinovasi, menerima prestasi seadanya bukan secara
kreatif mencoba meraih keunggulan, menentang perubahan daripada menyesuaikan
terhadapnya. Faktor faktor budaya organisasi tidak unggul seperti ini juga
masih subur di Polines selain dari adanya sub kultur - subkultur lain yang
berbeda dengan organisasi lainnya.
Perumusan Masalah
Kondisi
pada saat ini terjadi tanda-tanda Polines sebagai organisasi memiliki kinerja yang menurun, yang ditandai
dengan semakin menurunnya jumlah animo masyarakat yang mendaftar di Polines,
kualitas lulusan yang semakin rendah yang terlihat dari masa tunggu lulusan
yang semakin panjang, kinerja dosen yang masih memperihatinkan dilihat dari
kualitas hasil penelitian, pengabdian dan karya ilmiah lainnya (Polines dalam
Angka 2007). Pada awal berdirinya Polines dikenal memiliki budaya organisasi
yang unggul dengan moto tepat waktu, tepat ukuran, dan tepat aturan, namun
sekarang ini budaya ini semakin luntur dan kurang diperhatikan oleh segenap
sivitas akademika. Dalam bidang layanan administrasi juga banyak dikeluhkan karena mulai lunturnya
budaya pelayanan berkualitas kepada stakeholder Polines. Untuk mengatasi
permasalahan kinerja yang rendah ini maka perlu dicarikan solusinya dengan
merunut pada akar budaya yang menjadi salah satu determinan yang mempengaruhi
keunggulan kompetitif organisasi.
Tujuan
Secara umum tujuan penelitian ini
adalah untuk menentukan strategi pencapaian keunggulan kompetitif berbasis
budaya organisasi yang bisa digambarkan berdasar pada dimensi dan atribut
budaya organisasi dengan berbagai hubungan dan keterkaitannya, yang meliputi
(1) pemetakan profil budaya organisasi
yang merupakan paduan dari profil jenis
budaya dan profil atribut budaya organisasi yang didefinisikan sebagai nilai inti yang
dirasakan atau dikehendaki yang diyakini mempengaruhi keefektifan dan kinerja
organisasi polines; dan (2) Menentukan
strategi untuk meraih keunggulan kompetitif berbasis pada profil budaya
organisasi yang telah dipetakan.
Kajian Pustaka
Organisasi menurut Robin (2001)
adalah suatu entitas sosial yang terkoordinasi secara sadar, terdiri dari dua
orang atau lebih dengan batasan yang relatif teridentifikasi, yang berfungsi
secara berkelanjutan untuk mencapai seperangkat sasaran bersama. Budaya menurut Keegan (1995) merupakan cara
hidup yang dibentuk oleh sekelompok manusia termasuk nilai yang disadari atau
tidak disadari yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Sedangkan budaya organisasi menurut Robin (2001) merupakan suatu sistem dari
arti atau makna bersama yang dianut oleh para anggotanya yang membedakan satu
organisasi dengan organisasi lainnya. Sejalan dengan itu Armstrong (2005)
budaya organisasional adalah pola nilai, norma, keyakinan sikap dan asumsi yang
bisa tidak diartikulasikan namun membentuk dan menentukan cara orang
berkelakukan dan menentukan cara menyelesaikan sesuatu. Sedangkan menurut Fred
Luthans (2007) budaya organisasi adalah tata nilai dan norma yang menuntun
perilaku jajaran organaisasi. Menurut Luthans (2007) beberapa karakteristik
penting budaya organisasi mencakup keteraturan perilaku yang dijalankan, norma,
nilai yang dominan, filosofi, aturan, serta iklim organisasi. Karakteristik
budaya organisasi dapat dipandang menurut hirarki basic assumptions values,
norms, dan artifacts. Berdasarkan karakteristik dari budaya organisasi
tersebut, mendiagnosis budaya organisasi dapat dilakukan dengan pendekatan –
pendekatan perilaku, nilai bersaing, serta asumsi mendalam.
Menurut Robins (2001) terdapat
tujuh dimensi budaya yaitu : Inovasi dan pengambilan resiko, Perhatian pada
detil, Orientasi hasil, Orientasi kepada
para individu, Orientasi Tim, Keagresifan, serta Stabilitas. Menurut Moeljono
dalam Chatab (2007) terdapat empat komponen sebagai variabel bebas yang merupakan budaya korporat yaitu :
Integritas, Profesionalisme, Keteladanan, serta Penghargaan pada sumber daya
manusia. Sedangkan menurut Cameron (dalam Chatab, 2007) terdapat 2 dimensi utama yang indikator
indikatornya diorganisaikan kedalam empat kelompok utama atau empat kuadran
budaya atau disebut juga empat jenis budaya organisasi.
a. Dimensi pertama : dimensi
ini membedakan kriteria keefektifan yang
menekankan pada kefektifan, keleluasaan/diskresi, dan dinamis, dengan/dari
kefektifan yang menekankan stabilitas, tatanan dan kontrol.
b. Dimensi kedua : dimensi
ini membedakan kriteria keefektifan yang menekankan pada orientasi internal,
integrasi dan kesatuan dengan dan dari keefektifan yang menekankan pada
orientasi eksternal, differensiasi (pembedaan) dan persaingan
Studi Cameron telah
mengidentifikasi dimensi keunggulan organisasi untuk menyelidiki sejauh mana
budaya kuat lebih unggul dari pada budaya lemah, budaya yang serasi / congruent
lebih unggul dibanding budaya yang tidak serasi /incongruent, dan keunggulan
dibedakan diantara berbagai jenis budaya organisasi.
Kerangka nilai bersaing dapat
digambarkan dalam gambar sebagai berikut :
Dimensi
Budaya Organisasi (The competing
values Framework )
|
External focus and
differentiation
|
|
|
Stability and controll
|
MARKET
People are competitive and goal
oriented
|
ADHOCRACY
People stick their necks out
and take risks
|
Flexibility and discretion
|
HIERARCHY
Procedures govern what people
do
|
CLAN
It is like an extended familiy
|
||
|
Internal focus and integration
|
|
Dari dua dimensi budaya yang
telah dijelaskan diatas (menurut Cameron) akan membentuk empat kuadran
budaya yaitu :
a. The hierarchy culture :
garis wewenang pengambilan keputusan yang jelas, peraturan dan prosedur
standard, pengendalian dan mekanisme akuntabilitas dinilai dan dihargai sebagai
kunci untuk sukses.
b. The Market Culture : Rancangan baru yang terkait dengan
organisasi yang akan menghadapi tantangan kompetitif baru ditunjukkan sebagai bentuk organisasi pasar.
c. The Clan culture :
Disebut ‘Clan’ karena jenis organisasinya mirip dengan keluarga besar. Nilai
dan tujuan yang di bagi, kesatupaduan, kepribadian, partisipatif, dan rasa
kebersamaan yang diserap, merupakan jenis organisasi dengan budaya ‘Clan’.
d. The adhocracy
culture: Akar kata dari adhocracy adalah
adhoc; menunjukkan sementara, spesialisasi, unit yang dinamis. Adhocracy adalah
mirip dengan sementara.
Sehubungan dengan hal tersebut
diatas, dan dari hasil riset atas atribut atau indikator utama dari organisasi
yang efektif seperti Fortune 500 yang di kenal sebagai organisasi/perusahaan
kelas dunia, sedikitnya terdapat 6 jenis profil atribut budaya, yaitu sebagai
berikut: Dominant Organizational Characteristics, Organizational Leadership,
Management of Employees, Organizational Glue, Strategic Emphasis, dan Criteria
of Success. Dalam kaitannya dengan strategi, ada tiga pilihan strategi
pemasaran umum yang bisa diikuti oleh setiap institusi : (1) Strategi
biaya rendah . Strategi ini menuntut
sebuah organisasi untuk menjadi institusi yang memiliki biaya paling rendah
dalam pasarnya; (2) Strategi pembedaan, yaitu strategi yang
menuntut institusi untuk menjadi unik dalam beberapa hal dibanding dengan para
pesaingnya; (3) Strategi fokus. Strategi ini mencakup konsentrasi pada sebuah wilayah geografis,
kelompok pelanggan atau segmen pasar tertentu. Ia adalah sebuah strategi
pembedaan melalui segmentasi pasar.
METODE
PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
pendekatan penelitian kuantitatif dengan
menggunakan metode survey melalui sampling. Karena penelitian ini akan
memetakan profil budaya organisasi maka penelitian ini dapat dipandang sebagai
penelitian kausal. Sedangkan dipandang dari macam statistik, analisis data dalam penelitian ini
menggunakan statistik inferensial non parametrik guna membuat kesimpulan riset
yang lebih luas. Namun secara khusus untuk mengetahui secara mendalam dan memberikan
justifikasi terhadap jenis budaya dan atribut budaya organisasi maka perlu
dilakukan justifikasi dengan lebih mendalami basic assumptions, nilai dan norma
yang dianut kuat dan luas di lingkungan Polines. Untuk maksud dan tujuan tersebut dilakukan dengan melakukan in depth interview dengan informan yang
dipilih .
Obyek penelitian ini adalah
Politeknik Negeri Semarang/Polines
dengan pertimbangan bahwa Polines adalah sebuah perguruan tinggi vokasi yang
selalu dituntut untuk melakukan perubahan sesuai dengan tantangan dan tuntutan
lingkungannya melalui pencapaian keunggulan kompetitifnya.
Variabel penelitian merujuk pada dimensi budaya
yang dikembangkan Cameron (2007) yaitu
a. Dimensi pertama :
membedakan kriteria keefektifan yang
menekankan pada keefektifan, keleluasaan/diskresi dan dinamis, dengan / dari keefektifan yang
menekankan stabilitas, tatanan dan kontrol.
b. Dimensi kedua :
membedakan kriteria keefektifan yang menekankan pada orientasi internal,
integrasi dan kesatuan dengan / dari keefektifan yang menekankan pada orientasi eksternal,
differensiasi (pembedaan) dan persaingan
Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini berasal dari data primer yang diperoleh dari survey pada
responden. Data sekunder diperoleh dari buku, jurnal maupun laporan laporan
yang terkait. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Organizational Culture Assesment
Instruments (OCAI) yang telah dikembangkan oleh Cameron dan Freeman (1991).
OCAI ini dipilih karena Cameron dan Freeman telah membuktikan validitas OCAI di
dalam studi budaya organisasi bahwa OCAI sungguh mengukur 4 jenis / kuadran
budaya organisasi.
Skema Kontekstual penelitian
|
Jenis
Budaya Org.
|
|
Atribut
Budaya Org.
|
1. The hierarchy culture
2. The Market Culture
3. The Clan Culture
4. The
Adhocracy Culture
|
|
1.
Organizational Characteristics
2.
Organizational Leadership
3.
Management of Employees
4.
Organizational Glue
5.
Strategic Emphasis
6.
Criteria of Success
|
Dari studi Quin and Spreitzer
dalam Chatab (2007) terbukt bahwa hasil pengukuran terbukti relative kosnsisten
jika OCAI ini digunakan berulang kali (memiliki realibilitas). Dengan demikian
instrumen yang digunakan ini sudah baku (standard) karena telah teruji
validitas dan realibilitasnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari keempat dimensi budaya organisasi yang diteliti
(Clan, Market, Adhocracy, dan Hierarchy) serta berdasar pada enam grup budaya
organisasi (Organizational Characteristics, Organizational Leadership, Management of Employees, Organizational Glue, Strategic Emphasis,
dan Criteria of Success) akan terlihat
arah budaya organisasi Polines. Analisis ini menghasilkan empat faktor yang
menunjukkan kecenderungan budaya Clan, Adhocracy, Market, dan Hierarchy. Dari
keseluruhan item pertanyaan berdasar keenam grup yang ada (dari kondisi saat
ini), dominasi berada pada budaya organisasi Clan, yakni grup 1, grup 3, grup
4, dan grup 5. Demikian pula jika
dilihat dari hasil analisis faktor untuk kondisi budaya organisasi yang
seharusnya terlihat bahwa dominasi terjadi pada dimensi budaya Clan, yakni pada
grup 1, grup 4, grup 5, dan grup 6. Dengan demikian, ranking dominasi budaya
organisasi di Polines mengarah pada budaya Clan. Hal ini berarti kesepahaman,
kekeluargaan, dan kerjasama wajib selalu dipupuk dan dijunjung tinggi.
Pemetaan organisasi dilakukan setelah diketahui urutan
skor yang dilakukan pada penentuan perankingan menggunakan analisis faktor
sebelumnya. Hasil pemetaan budaya organisasi seperti dalam uraian di bawah ini.
1.
Pemetaan Budaya Organisasi Sesuai Grup 1
Dalam grup 1 terdiri dari empat item pernyataan yang
menyatakan tentang budaya organisasi lebih dominan ke arah Clan, Market,
Adhocracy, atau ke arah hierarchy.
Tabel 1
Hasil Pemetaan Budaya Organisasi Grup 1
|
Saat Ini
|
Seharusnya
|
Organiasi menekankan pertumbuhan dan perkembangannya berdasarkan
keharmonisan pegawai
|
29.83
|
23.50
|
Organiasi menekankan pertumbuhan dan perkembangannya berdasarkan
tantangan perubahanyang dihadapi
|
24.67
|
29.67
|
Organiasi menekankan pertumbuhan dan perkembangannya berdasarkan orientasi
hasil
|
23.00
|
24.50
|
Organiasi menekankan pertumbuhan dan perkembangannya berdasarkan prosedur
formal dan efisiensi
|
22.50
|
22.33
|
Tabel 1 menunjukkan bahwa kondisi saat
ini Polines lebih mengarah kepada budaya organisasi dengan model Clan dimana
lebih menekankan keharmonisan pegawai (terlihat dari rata-rata skor tertinggi
29,83). Namun jika dilihat dari kondisi yang seharusnya terjadi di Polines
mestinya lebih dominan ke arah budaya organisasi berdasar market, yakni
berdasar pada tantangan perubahan yang dihadapi (terlihat dari nilai tertinggi
29,67).
Gambar 1
Peta Budaya
Organisasi Grup 1
2.
Pemetaan Budaya Organisasi Sesuai Grup 2
Seperti halnya dalam grup 1, grup 2
juga terdiri dari empat item pernyataan yang menyatakan tentang budaya
organisasi lebih dominan ke arah Clan, Market, Adhocracy, atau ke arah
hierarchy.
Tabel 2
Hasil Pemetaan Budaya Organisasi Grup 2
|
Saat Ini
|
Seharusnya
|
Kepemimpinan dalam organisasi secara umum dipertimbangkan dengan memberi
contoh didalam menasehati, memfasilitasi atau mengasuh/membina
|
27.33
|
26.17
|
Kepemimpinan dalam organisasi secara umum dipertimbangkan dengan memberi
contoh didalam berwiraswasta (enterpreneurship), berinovasi atau mengambil
resiko
|
22.00
|
24.67
|
Kepemimpinan dalam organisasi secara umum dipertimbangkan dengan memberi
contoh didalam hal yang tidak main
main (tidak omong kosong), agresif , fokus pada orientasi hasil
|
23.67
|
25.33
|
Kepemimpinan dalam organisasi secara umum dipertimbangkan dengan memberi
contoh didalam mengkoordinasikan , mengorganisasikan , atau efisiensi yang
berjalan mulus / lancar
|
27.33
|
24.50
|
Untuk Grup 2, seperti dalam Tabel 2
menunjukkan bahwa kondisi saat ini Polines lebih mengarah kepada budaya
organisasi dengan model Clan dan Hierarchy, dimana lebih menekankan pemberian
contoh dan pembinaan sekaligus koordinasi dan organisasi secara formal yang
baik (terlihat dari rata-rata skor tertinggi 27,33). Kondisi tersebut sesuai
dengan nilai skor yang seharusnya, yakni lebih dominan pada budaya organisasi
Clan (terlihat dari nilai tertinggi 26,17).
Gambar 2
Peta Budaya
Organisasi Grup 2
3.
Pemetaan Budaya Organisasi Sesuai Grup 3
Grup 3 juga terdiri dari empat item
pernyataan yang menyatakan tentang budaya organisasi lebih dominan ke arah
Clan, Market, Adhocracy, atau ke arah hierarchy. Seperti dalam Tabel 3,
menunjukkan bahwa kondisi saat ini Polines lebih dominan kepada budaya
organisasi dengan model Hierarchy, dimana lebih menekankan keamanan pekerjaan,
kesesuaian, hal yang dapat diramalkan, dan stabilitas dalam berhubungan (terlihat dari rata-rata skor tertinggi 31).
Tabel 3
Hasil Pemetaan Budaya Organisasi Grup 3
|
Saat Ini
|
Seharusnya
|
Gaya manajemen dalam organisasi dicirikan dengan kerja tim, konsesnsus
dan partisipasi
|
26.83
|
32.17
|
Gaya manajemen dalam organisasi dicirikan dengan pengambilan resiko
individual , inovasi , kebebasan / kemrdekaan dan unik
|
18.33
|
17.33
|
Gaya manajemen dalam organisasi dicirikan dengan menggerakkan kompetisi
yang kuat , tuntutan/ permintaan tinggi , dan prestasi
|
23.83
|
29.67
|
Gaya manajemen dalam organisasi dicirikan dengan keamanan pekerjaan ,
kesesuaian , hal yang dapat diramalkan, dan stabilitas dalam berhubungan.
|
31.00
|
20.67
|
Kondisi tersebut berbeda dengan
rata-rata skor budaya organisasi yang seharusnya terjadi di Polines, yakni
lebih dominan pada budaya organisasi Clan yang dicirikan dengan kerja tim,
konsensus, dan partisipasi (terlihat dari
nilai tertinggi 32,17).
Gambar 3
Peta Budaya
Organisasi Grup 3
4.
Pemetaan Budaya Organisasi Sesuai Grup 4
Pada Grup 4 terdiri dari empat item
pernyataan yang menyatakan tentang budaya organisasi lebih dominan ke arah Clan,
Market, Adhocracy, atau ke arah hierarchy.
Tabel 4
Hasil Pemetaan Budaya Organisasi Grup 4
|
Saat Ini
|
Seharusnya
|
Perekat yang memegang organisasi bersama sama adalah kesetiaan dan asling
percaya. Komitemen pada organisasi ini berjalan tinggi
|
23.00
|
28.83
|
Perekat yg memegang org. bersama sama adalah komitmen pd
ino-vasi&pengembangan. Penekanannya pd para personil yang dinamis.
|
19.67
|
24.83
|
Perekat yang memegang organisasi bersama sama adalah ditekankan pada
prestasi dan pelaksanaan goal ( tujuan/saasaran ) Agresivitas dan memengkan
adalah tema yang umum.
|
24.00
|
25.33
|
Perekat yang memegang organisasi bersama sama adalah peraturan dan
kebijakan formal . Memelihara suatu organisasi agar berjalan mulus / lancar
adalah sesuatu yang penting.
|
33.00
|
21.00
|
Dalam Tabel 4 menunjukkan bahwa kondisi
saat ini Polines lebih dominan kepada budaya organisasi dengan model Hierarchy,
dimana lebih menekankan Perekat yang memegang organisasi bersama sama adalah
peraturan dan kebijakan formal (terlihat
dari rata-rata skor tertinggi 33). Kondisi tersebut berbeda dengan rata-rata
skor budaya organisasi yang seharusnya terjadi di Polines, yakni lebih dominan
pada budaya organisasi Clan dimana perekat yang memegang organisasi bersama sama adalah
kesetiaan dan saling percaya (terlihat
dari nilai tertinggi 28,83).
Gambar 4
Peta Budaya
Organisasi Grup 4
5.
Pemetaan Budaya Organisasi Sesuai Grup 5
Grup 5 terdiri dari empat item
pernyataan yang menyatakan tentang budaya organisasi lebih dominan ke arah
Clan, Market, Adhocracy, atau ke arah hierarchy.
Tabel 5
Hasil Pemetaan Budaya Organisasi Grup 5
|
Saat Ini
|
Seharusnya
|
Organisasi menekankan pada
pengembangan manusia. Kepercayaan tinggi , keterbukaan dan tetap
berpartisipasi
|
24.83
|
30.83
|
Organisasi menekankan pada
perolehan sumberdaya baru dan menciptakan tantangan baru. Mencoba sesuatu
yang baru dan pencarian peluang dihargai
|
19.67
|
23.17
|
Organisasi menekankan pada tindakan kompetitif dan prestasi. Mengenakan
target yang lebih/luas dan memenangkan dalam pasar adalah dominan.
|
25.33
|
24.83
|
Organisasi menekankan pada hal
yang permanen dan stabilitas. Efisiensi, kontrol dan operasi yang
mulus/lancar adalah penting.
|
30.17
|
21.17
|
Tabel 5 menunjukkan bahwa kondisi saat
ini Polines lebih dominan kepada budaya organisasi dengan model Hierarchy,
dimana lebih menekankan pada hal yang permanen dan stabilitas. Efisiensi, kontrol, dan
operasi yang mulus/lancar adalah penting (terlihat dari rata-rata skor
tertinggi 30,17). Kondisi tersebut berbeda dengan rata-rata skor budaya
organisasi yang seharusnya terjadi di Polines, yakni lebih dominan pada budaya
organisasi Clan dimana organisasi menekankan pada pengembangan manusia.
Kepercayaan tinggi, keterbukaan, dan tetap berpartisipasi (terlihat dari nilai
tertinggi 30,83).
Gambar 5
Peta Budaya
Organisasi Grup 5
6.
Pemetaan Budaya Organisasi Sesuai Grup 6
Seperti halnya dengan grup yang lain,
Grup 6 terdiri dari empat item pernyataan yang menyatakan tentang budaya
organisasi lebih dominan ke arah Clan, Market, Adhocracy, atau ke arah
hierarchy.
Tabel 6
Hasil Pemetaan Budaya Organisasi Grup 6
|
Saat Ini
|
Seharusnya
|
Organisasi menetapkan sukses pada basis pengembangan SDM, kerja tim ,
komitmen pegawai , dan kepedulian pada orang orang
|
24.83
|
30.83
|
Organisasi menetapkan sukses pada basis kepemilikan yang paling unik atau
produk terbaru. Ini merupakan produk leader dan inovator
|
19.67
|
23.17
|
Organisasi menetapkan sukses pada basis memenangkan dalam pasar dan
melebihi kompetitor. Kepemimpinan pasar kompetitif adalah kunci.
|
25.33
|
24.83
|
Organisasi menetapkan sukses pada basis efisiensi . Penyerahan yang dapat
diandalkan / dipercaya , penjadwalan yang mulus dan produksi biaya rendah
adalah kritis.
|
30.17
|
21.17
|
Tabel 6 menunjukkan bahwa kondisi saat
ini Polines lebih dominan kepada budaya organisasi dengan model Clan, dimana organisasi menetapkan
sukses pada basis pengembangan SDM, kerja tim, komitmen pegawai, dan kepedulian
pada orang-orang (terlihat dari rata-rata skor tertinggi 28,33). Kondisi
tersebut sesuai dengan rata-rata skor budaya organisasi yang seharusnya terjadi
di Polines, yakni lebih dominan pada budaya organisasi Clan (terlihat dari nilai
tertinggi 30,17).
Gambar 6
Peta Budaya
Organisasi Grup 6
Secara
keseluruhan, yakni dari Grup 1 sampai dengan Grup 6, terlihat bahwa rata-rata
skor budaya organisasi dalam kondisi saat ini seperti terlihat pada Tabel 7.
Tabel 7
Rata Rata
Skor Grup 1 Sampai Dengan Grup 6
|
Saat Ini
|
Seharusnya
|
Clan condition
|
28.33
|
30.17
|
Market condition
|
21.83
|
21.50
|
Adhocracy condition
|
24.00
|
24.67
|
Hierarchy condition
|
25.83
|
23.67
|
Dari Tabel 7 terlihat bahwa dominasi budaya organisasi
Polines lebih cenderung kepada dimensi Clan. Hal ini terlhat dari nilai/skor
yang terjadi, baik untuk kondisi saat ini maupun kondisi yang seharusnya
(termasuk kondisi yang diharapkan sampai dengan 5 tahun yang akan datang)
adalah budaya organisasi Clan. Kebersamaan, saling menghargai, saling
menumbuhkan rasa kekeluargaan, dan semua yang berkaitan dengan saling
menghormati merupakan budaya organisasi di Polines, baik pada kondisi saat ini
maupun kondisi yang diharapkan selama lima tahun ke depan.
Gambar 7
Peta Budaya Organisasi Polines
Pembahasan
Seperti telah dijelaskan pada
bagian sebelumnya bahwa budaya organisasi Clan jenis organisasinya mirip dengan
keluarga besar. Budaya ini menumbuhkembangkan nilai-nilai kesatupaduan,
kepribadian, partisipatif, dan rasa kebersamaan yang diserap. Kerja tim,
program keterlibatan pegawai, dan komitmen organisasi kepada para pegawai
merupakan sesuatu yang selalu dipupuk dalam suasana kerja. Dalam budaya Clan,
lingkungannya dapat di kelola dengan baik melalui kerja tim (tidak individual)
dan pengembangan pegawai, sedangkan pelanggan di anggap sebagai mitra.
Organisasi dalam berbisnis mengembangkan lingkungan kerja yang humanis
(manusiawi), tugas utama manajemen adalah memberdayakan pegawai dan
memfasilitasi partisipasinya, serta komitmen dan kesetiaan. Pimpinan dalam
budaya Clan merupakan mentor serta sebagai figur orang tua. Organisasi dipegang
secara bersama-sama melalui kesetian dan tradisi kerja tim, partsisipasi, dan
konsensus dengan komitmen yang tinggi. Organisasi menekankan pada pengembangan
individual jangka panjang dengan kesatupaduan yang tinggi dan moral sebagai hal
yang penting. Sukses didefinisikan dari segi iklim internal dan kepedulian pada
para personil. Strategi yang paling tepat diambil adalah strategi Fokus.
Polines wajib memiliki sebuah pedoman sebagai grand desain untuk semua
aktivitasnya, misalnya grand desain untuk ICT, pembangunan fisik, akademik,
pengembangan SDM, dan lain sebagainya.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa dominasi faktor budaya organisasi Politeknik Negeri Semarang
mengarah pada budaya Clan. Meskipun demikian, pada urutan kedua berada pada
budaya hierarchy dan budaya market. Analisis pemetaan budaya organisasi yang
berlangsung di Polines menghasilkan : (1) pada Grup 1, yakni Organizational
Characteristics, diperoleh hasil bahwa budaya organisasi yang
terjadi saat ini didominasi oleh budaya Clan, sedangkan budaya yang seharusnya
terjadi didominasi oleh unsur budaya Market; (2) pada Grup 2, yakni
Organizational Leadership, diperoleh hasil bahwa budaya organisasi yang terjadi
saat ini didominasi oleh budaya Clan, sedangkan budaya yang seharusnya terjadi
didominasi oleh unsur budaya Market; (3) pada Grup 3, yakni Management of
Employees, diperoleh hasil bahwa budaya organisasi yang terjadi saat ini
didominasi oleh Hierarchy, sedangkan budaya yang seharusnya terjadi didominasi
oleh unsur budaya Clan; (4) pada Grup 4, yakni Organizational Glue, diperoleh
hasil bahwa budaya organisasi yang terjadi saat ini didominasi oleh budaya
Hierarchy, sedangkan budaya yang seharusnya terjadi didominasi oleh unsur
budaya Clan; (5) pada Grup 5, yakni Strategic Emphasis, diperoleh hasil bahwa
budaya organisasi yang terjadi saat ini didominasi oleh budaya Hierarchy,
sedangkan budaya yang seharusnya terjadi didominasi oleh unsur budaya Clan; (6)
pada Grup 6, yakni Criteria of Success, diperoleh hasil bahwa budaya organisasi
yang terjadi saat ini didominasi oleh budaya Clan. Kondisi ini sesuai dengan
budaya yang seharusnya terjadi.
Saran
Dari hasil yang telah dinyatakan
dalam pembahasan serta kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, maka
disarankan beberapa hal, yaitu : (1) Polines terus menumbuhkembangkan budaya
organisasi Fokus pada grand desainyang ada di lingkungan Polines dengan tanpa
mengabaikan budaya Market. Hal ini
dimaksudkan agar secara internal terjadi relasi yang baik dalam interpersonal
relationship tanpa harus mengorbankan pelayanan dan perkembangan eksternal
Polines; (2) Disarankan ada “penggiringan” secara tegas ke arah budaya
organisasi yang mampu mewujudkan slogan Polines “Committed to Quality”
DAFTAR
PUSTAKA
Armstrong,
Michael. 2005. Human Resources management
Practice, Kogan Page Limited, London
Chatab,
Nevisond. 2007. Profil Budaya Organisasi,
Alfabeta, Bandung
Darsono,
2006, Budaya Organisasi, Diadit
Media, Jakarta.
Drucker,
Peter F, 1973, Management : Task,
Responsibilities and Practices, McGrawHill, US
Luthan,
Fred. 2007, Perilaku Organisasi, PT
Prenhalindo, Jakarta
Moeljono,
Djokosantosa (Ed.), 2007, Corporate
Culture, Challenge to Excellence, COCLD & Red Piramid , Jakarta
Porter,
Michael E. 1998, Competitive Advantage
Among Nations, London, Longman.
Osborne,
David, Peter Plastrick, 2001, Memangkas
Birokrasi : Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirasuaha, CV Teruna Grafica,
Jakarta
Robin,
Stephen P. 2001, Perilaku Organisasi,
PT Prenhalindo, Jakarta
Schein,
Edgar H, 2004, Organizational Culture and
Leadership, Jossey Bass, San Fransisco
Nugroho SBM, 2004, Model Basis
Untuk Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinamika Pembangunan Vol.1 No.1/Juli
2004 : 23-30,FE Undip, Semarang.
Robinson,
Tarigan, 2005. Ekonomi Regional Teori
dan Aplikasi. Penerbit : Bukit Aksara. Jakarta.
Sukirno, Sadono. 1976, Beberapa
Aspek Dalam Persoalan Pembangunan Daerah, LPFE-UI, Jakarta.
-------------------, 2000, Makroekonomi
Modern, Grafindo Persada, Jakarta.
Todaro, Michael P., dan Smith,
Stephen C., 2003, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Penerbit
Erlangga, Jakarta. Terjemahan : Haris Munandar.