Laman

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KELUARGA PETERNAK SAPI PERAH DENGAN MEMBUAT PRODUK-PRODUK BERBAHAN BAKU SUSU


Petrus Maharsi
Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Semarang
Jl. Prof.H.Sudarto, SH, Tembalang, Kotak Pos 6199/SMS Semarang 50061


ABSTRACT
Purpose of the community service activity is an increase in socio-technological knowledge in the application of technology implementation team manufacture products made ​​from raw milk and the development of marketing management, as well as improving the competence of female family dairy farmers in diversification, increased family income dairy farmers. Problem-solving methods used are education and practice with the material making techniques and packaging products made ​​from fresh milk and marketing management. Community service activities shows the results, in accordance with the method is expected that results from the manufacture of dairy products showed that the participants can understand and practice the manufacture of dairy products well, discuss various problems and the manufacture and marketing of dairy products as well as suggestions / feedback from the instructor can be understood and accepted manufacturing practices and extension dairy products pemasaaran carried out simultaneously showed effective results.

Key words: diversification, dairy products, fresh milk

PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini pembangunan sektor pertanian di Indonesia, khususnya sub sektor peternakan menjadi semakin penting. Pembangunan sub sektor peternakan ditujukan untuk dapat mencapai beberapa sasaran utama, yaitu meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas lapangan kerja, menunjang program perbaikan kualitas  tanah (konservasi tanah), menghemat devisa negara dengan mengurangi impor susu, meningkatkan produktivitas dan memperbaiki kualitas kesehatan masyarakat.
Usaha persusuan sapi perah di Indonesia merupakan bisnis yang sangat potensial dan  mempunyai prospek yang sangat baik bagi peternak. Pada tahun 2006, produksi susu nasional hanya sebesar  489.000 ton per tahun dari total permintaannya yang mencapai 2.100.000  ton per tahun, atau hanya memenuhi 23 % dari permintaan nasional. Pada tahun 2007, produksi susu nasional naik sedikit menjadi 26 % dari total permintaan. Pada tahun 2009,  produksi susu nasional naik lagi menjadi 33 % dari permintaan susu nasional.  
Data tersebut menunjukkan bahwa ada kecenderungan meningkatnya produksi susu nasional, meskipun belum signifikan dan masih sangat kecil dibandingkan dengan permintaannya. Keadaan tersebut juga menunjukkan bahwa ada peluang bisnis yang sangat besar dan potensial dalam bisnis persusuan sapi perah. Rendahnya produksi susu segar di Indonesia itu merupakan akibat dari rendahnya produktivitas sapi perah, disamping populasi sapi perah di Indonesia yang memang sangat kurang memadai.
Kabupaten Semarang dengan ibukotanya Ungaran, memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat menunjang kelangsungan hidup dan pertumbuhan bisnis pariwisata. Beberapa obyek wisata yang terdapat di desa Keji : Hills Joglo Villa, The Fountain Water Park, Kencana Agrowisata Resort, Desa Wisata, dan Camping Hill Efrata. Banyaknya obyek wisata di desa Keji, tersebut menunjukkan banyaknya peluang bisnis dan tingginya permintaan akan barang-barang konsumsi dan investasi.
Desa Keji yang berada di perbukitan pegunungan Ungaran pada ketinggian sekitar 500 meter diatas permukaan laut, terdiri dari tiga dusun yaitu dusun Keji, dusun Suruhan dan dusun Setoyo. Jumlah penduduk desa Keji ada sekitar 1.240 orang, yang sebagian besar merupakan petani dan peternak.  Jenis ternak yang banyak dipelihara di desa Keji adalah sapi perah, sapi potong, kerbau, kambing, ayam dan bebek.
Jumlah peternak sapi perah di desa Keji ada sekitar 50 (lima puluh) orang/keluarga, dengan jumlah ternak sebanyak 110 (seratus sepuluh) ekor sapi. Dari jumlah sapi perah tersebut, yang bisa menghasilkan susu (sapi indukan) paling sedikit ada sekitar 60 % atau 66 ekor. Kalau produksi rata-rata sapi perah per hari adalah sekitar 10 liter, maka produksi per bulan sekitar 19.800 liter dan per tahun sekitar 237.600 liter.
Kalau harga jual susu di koperasi Unit Desa (KUD) sebesar Rp 3.000,- per liter, maka penghasilan kotor rata-rata seorang peternak sapi perah di desa Keji adalah sekitar Rp 1.188.000,- per bulan. Setelah dikurangi berbagai biaya pemeliharaan, transportasi dan lain-lain yang mencapai minimal 50 %, maka penghasilan bersih rata-rata seorang peternak sapi perah adalah Rp 594.000,- per bulan, suatu jumlah penghasilan yang sebenarnya sangat kecil.
Sebenarnya susu sapi segar bisa diolah menjadi berbagai macam produk seperti sabun, permen, tahu, kerupuk dan lain-lain. Produk-produk tersebut mempunyai harga yang lebih tinggi daripada susu segar, sehingga akan lebih menguntungkan.
Sekarang ini ada sekitar 15 orang dari keluarga peternak sapi perah ( istri dan atau anak-anak perempuannya ) yang telah membentuk sebuah kelompok yang disebut dengan Kelompok Wanita Tani Bina Karya, yang secara rutin mengadakan pertemuan bulanan.
Sejak tahun 2010 sampai dengan saat ini, desa Keji telah dijadikan desa binaan oleh tim pengabdian kepada masyarakat jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Semarang, yang diketuai oleh Petrus Maharsi, SE, MM. Kegiatan-kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang telah dilakukan di desa Keji adalah :
1. Penerapan Manajemen Pemasaran dan Keuangan Dalam Upaya Pemberdayaan Kelompok Koperasi Petani di Ungaran Barat Kabupaten Semarang, tahun 2010.
2. Pemberdayaan Perempuan Pelaku Usaha Mikro Melalui Penerapan Manajemen Pemasaran dan Keuangan di Ungaran Barat Kabupaten Semarang, tahun 2011.
3. Penerapan Mesin Pencacah Rumput Untuk Meningkatkan Kuantitas dan Kualitas Pakan Ternak Sapi Perah di Desa Keji Ungaran Barat, bulan Juli tahun 2012.
4. Pemberdayaan Perempuan Keluaga Peternak Sapi Perah di Desa Keji Ungaran Barat, bulan September tahun 2012.
Berdasarkan kegiatan pengabdian masyarakat yang terakhir itulah artikel ini ditulis dengan judul Pemberdayaan Perempuan Keluarga Peternak Sapi Perah dengan Membuat Produk-Produk Berbahan Susu,  agar bisa dipublikasikan dan lebih bermanfaat bagi masyarakat luas.

PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi di lapangan, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang dihadapi mitra antara lain :
1.    Sebagian besar perempuan ( istri dan anak-anak perempuan)  dari keluarga peternak sapi perah belum berperan secara maksimal dalam perekonomian keluarganya.
2.    Penghasilan rata-rata peternak sapi perah di desa Keji relatif sangat rendah, yaitu sekitar Rp 600.000,- per bulan. Hal ini sebagai akibat dari rendahnya harga susu sapi segar, yaitu hanya sekitar Rp 2.000 per liter. 
3.    Sebenarnya susu sapi segar bisa diolah menjadi berbagai macam produk seperti sabun, permen, tahu, kerupuk dan lain-lain. Produk-produk tersebut mempunyai harga yang jauh lebih tinggi daripada susu segar, sehingga akan lebih menguntungkan.
4.    Kalau satu liter susu segar tersebut diolah menjadi produk seperti sabun mandi misalnya, bisa menghasilkan 20 unit. Kalau pencetakan dan pengemasan sabun tersebut dilakukan dengan baik dan nampak menarik, maka harga sabun dari bahan susu tersebut bisa mencapai sekitar  Rp 5.000,- .per unit. Sehingga dari satu liter susu seharga Rp 2.000,- bisa menjadi 20 unit sabun seharga Rp 100.000,- , atau ada kenaikan nilai tambah sebesar Rp 88.000,- per liter.
5.    Masyarakat desa Keji, khususnya peternak sapi perah,  belum menerapkan teknologi yang tepat untuk mengolah susu menjadi produk-produk yang mempunyai nilai tambah yang lebih tinggi, seperti sabun, kerupuk, snack, permen dan lain-lain.

TINJAUAN PUSTAKA
Kendala yang dihadapi dalam pengembangan usaha sapi perah diantaranya adalah ketidakberdayaan peternak untuk mengembangkan usahanya, karena rendahnya pendapatan. Penghasilan yang mereka peroleh selama ini hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga tidak mampu mengembangkan usaha ternak sapi perahnya. Penelitian yang dilakukan Sugiarti (1999), di kabupaten Bandung (Pengalengan, Lembang) dan Bogor (Cisarua) menunjukkan bahwa penghasilan rata-rata usaha sapi perah sebesar Rp 633.900,- per bulan dengan rata-rata jumlah pemilikan induk sepanjang tahun tiga ekor.
Sementara penelitian yang dilakukan Kusnadi (2004), di Cirebon dengan rta-rata pemeliharaan dua ekor sapi perah induk, pendapatan rata-rata mencapai Rp 796.500,- per bulan. Rata-rata pendapatan yang lebih tinggi pada usaha sapi perah di Cirebon dibandingkan dengan di kabupaten bandung disebabkan oleh harga penjualan susu peternak di Cirebon lebih tinggi dibandingkan dengan di kabupaten Bandung.
Di desa Keji (2012), penghasilan dari usaha ternak sapi perah juga relatif rendah, yaitu sekitar Rp 1.188.000,- per bulan kotor atau sekitar Rp 594.000,- per bulan bersih. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan pendapatan keluarga peternak sapi perah di desa Keji adalah dengan melakukan diversifikasi usaha, yaitu  dengan mengolah susu segar menjadi produk-produk yang nilai tambahnya lebih tinggi, seperti sabun mandi, tahu, snack, permen, ice cream dan lain-lain.
Seperti disinggung dimuka, kalau satu liter susu segar tersebut diolah menjadi produk seperti sabun mandi misalnya, bisa menghasilkan 20 unit. Kalau pencetakan dan pengemasan sabun tersebut dilakukan dengan baik dan nampak menarik, maka harga sabun dari bahan susu tersebut bisa mencapai sekitar  Rp 5.000,- .per unit. Sehingga dari satu liter susu seharga Rp 2.000,- bisa menjadi 20 unit sabun seharga Rp 100.000,-
Kalau produksi susu per keluarga per hari rata-rata 10 liter, dan 50 % nya bisa diolah menjadi sabun mandi dan laku dijual, maka akan ada penghasilan kotor sekitar : 30 x 5 x Rp 100.000,- = Rp 15.000.000,- per bulan. Kalau total biaya produksi sabun mandi sekitar 50 %, maka ada keuntungan neto sekitar Rp 7.500.000,- per bulan. Suatu peningkatan penghasilan yang sangat besar bagi masyarakat desa Keji. 

HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara komprehensif, hasil luaran dari kegiatan pengabdian masyaarakt ini adalah :
1.    Peningkatan wawasan sosial-teknologi tim pelaksana pengabdian kepada masyarakat
a.         Penerapan teknologi pembuatan produk-produk berbahan baku susu sapi, sesuai dengan kebutuhan masyarakat
b.        Pengembangan manajemen pemasaran produk-produk berbahan baku susu sapi.
2.    Peningkatan kompetensi perempuan keluarga peternak sapi perah dalam diversifikasi usaha.
3.    Peningkatan penghasilan keluarga peternak sapi perah :
a.         Pengembangan lini produk yang dihasilkan
b.         Peningkatan nilai jual produk
c.         Peningkatan penghasilan

Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat yang berjudul Pemberdayaan Perempuan Keluarga Peternak Sapi Perah di Desa Keji tersebut telah terbukti memberikan manfaat bagi sasaran, yaitu:
1.    Memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan peralatan untuk mengolah susu sapi asalan menjadi berbagai jenis produk, seperti sabun mandi, snack, permen, dan lain-lain, yang lebih tinggi harga jualnya daripada susu asalan.
2.    Memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan untuk melakukan diversifikasi usaha yang efektif dan menguntungkan.
3.    Memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan untuk mengakses pasar sasaran yang lebih menguntungkan. 
4.    Memperoleh keuntungan neto dari penjualan sabun mandi yang lebih besar, yaitu sekitar Rp 7.500.000,- per bulan
Mekanisme peningkatan penghasilan keluarga peternak sapi dari diversifikasi usaha dengan membuat produk-produk berbahan baku susu ini dapat dilihat pada gambar 1. Sedangkan  gambar 2 menunjukkan proses pembuatan sabun, dan gambar 3 menunjukkan produk jadi sabun mandi.




Dari gambar 1 dapat dibuat pembahasan sebagai berikut :
1.         Selama ini warga desa Keji menghadapi beberapa kelemahan/masalah, yaitu :
a.    Pendapatan peternak sapi perah relatif sangat rendah
b.   Harga jual susu relatif sangat rendah, yaitu sekitar Rp 2.000,- per liter
c.    Sebagian besar perempuan ( istri dan anak-anak perempuan)  dari keluarga peternak sapi perah belum berperan secara maksimal dalam perekonomian keluarganya.
2.         Sedangkan peluang yang tersedia di desa Keji adalah :
a.    Sebagian besar warga perempuan belum melakukan diversifikasi usaha.
b.   Sebagian besar warga perempuan belum menerapkan teknologi yang tepat untuk mengolah susu menjadi produk-produk yang mempunyai nilai tambah yang lebih tinggi, seperti sabun, kerupuk, snack, permen dan lain-lain.
3.         Berdasarkan faktor-faktor kelemahan dan peluang tersebut, maka dapat dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a.    Penerapan teknologi tepat guna   untuk menghasilkan produk-produk berbahan susu yang lebih tinggi harga jualnya.
b.   Penerapan manajemen pemasaran untuk mengakses pasar yang lebih menguntungkan.
4.         Dari kegiatan-kegiatan tersebut, diharapkan akan menghasilkan :
a.    Peningkatan kompetensi warga perempuan desa Keji untuk melakukan diversifikasi usaha
b.   Peningkatan ketrampilan warga perempuan deas Keji untuk menghasilkan produk-produk berbahan susu sapi.
c.    Peningkatan kemampuan waraga desa Keji untuk mengakses pasar yang lebih menguntungkan.
5.         Hasil akhir dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah : Peningkatan pendapatan keluarga peternak sapi perah, yaitu memperoleh keuntungan neto dari penjualan sabun mandi yang lebih besar, yaitu sekitar Rp 7.500.000,- per bulan per keluarga.


Gambar 2. Proses Pembuatan Sabun
Gambar 3. Produk Jadi Sabun Mandi

PENUTUP
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:
1.    Ibu-ibu dan remaja perempuan yang tergabung dalam kelompok Wanita Tani Bina Karya telah mampu melakukan diversifikasi usaha dengan membuat produk-produk berbahan baku susu sapi, seperti sabun mandi, makanan ringan, permen, es krim dan lain-lain, yang nilai jualnya lebih tinggi dan lebih menguntungkan.
2.    Diversifikasi usaha dari keluarga peternak sapi dengan membuat produk-produk berbahan baku susu tersebut telah memberikan manfaat yang signifikan dalam meningkatkan penghasilan keluarga peternak sapi perah di Desa Keji.




DAFTAR PUSTAKA
Agus Nurudin, http://www.digilibui.ac.id, 11/12/2007, Analisa Sumber-sumber Pertumbuhan Susu Segar Peternakan Sapi Perah di Indonesia.
Anonimous, 2002. Buku Petunjuk Teknologi Sapi Perah di Indonesia. Pakan dan Tatalaksana Sapi Perah. JICA-Dairy Technology Improvement Project.
Anonimous, 2006. Statistik Peternakan 2006. Direktorat Jenderal Peternakan 2006.
---------------, Kabupaten Semarang Dalam Angka, BPS Jawa Tengah, 2009.
Kusbadi, U., Soeharto PR dan M. Sabrani, 1983, Efisiensi Usaha Peternakan Sapi Perah yang Tergabung Dalam Koperasi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Prosiding Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar. Puslitbang Peternakan.Bogor.
Pranowoblog, 27/8/2009, Prospek Pengembangan Sapi Perah di Jawa Tengah.
Maharsi Petrus, 2010, Model Pengembangan Ekonomi Kabupaten Semarang Berbasis Wilayah Andalan, Penelitian Tidak Dipublikasikan, Politeknik Negeri Semarang.
Saptahidayat. N, 2005, Manajemen Pakan Sapi Perah, Edisi Pebruari 2005, Poultry Indonesia.
Sidik. R, 2003, Estimasi Kebutuhan Net Energi Laktasi Sapi Perah Produktif yang Diberi Pakan Komplit Vetunair, Media Kedokteran Hewan, Volume 19 No. 3 Universitas Airlangga Surabaya.
Suhendar Yan, Dadang WI., http://agrina-online.com, 11/12/2007, Haruskah Terus Impor Susu dan Daging Sapi?,