Harold Hursepuny
Jurusan Administrasi Niaga, Politeknik Negeri Ambon
Jl. Ir. M Putuhena, Wailela Rumah Tiga, Ambon 97234
ABSTRACT
The objection of these research were : 1) to knew the length of
customers demanding services on flexi home in 5 years ahead; also 2) to knew
the length of optimal ordered quantity level, on the customer demanding in 5
years ahead.
This research were a field research, which uses quantitative
descriptive model, that been held from field research data as the primary data,
on questionnaire and interview techniques also be supported by secondary
data. Data analyzing used the Least
Square projection method, to know the trend of demand customer; and Economic
Order Quantity to know the trend of the economic order quantity.
The results giving suggestion that the trend of demanding was arising,
where on 2009 were 5.526 units; on 2010 were 5.533 units; on 2011 were 5.541 units;
on 2012 were 5.548 units; and on 2013 were 5.556 units; and arising the EOQ at
the level of 497 units on 2009; 498 units on 2010; on 2011 were 498 units; on
2012 were 498 units; and on 2013 were 499 units. Also the level of Reorder Point which: 45 units
on 2009; on 2010 were 45 units; on 2011 were 46 units; on 2012 were 46 units
and in 2013 were 46 units.
Key words: Optimal Inventory Level Analysis, Flexi Home Product, PT TELKOM INDONESIA
Tbk, Kandatel Maluku Telkom Flexi
Division
PENDAHULUAN
PT. TELKOM INDONESIA Tbk telah
meluncurkan sebuah produk unggulan, yakni: TELKOM Flexi yang adalah jasa
teleponi dasar dengan sambungan berupa fixed
wireless access, yang merupakan bagian dari jaringan tetap lokal
TELKOM. Produk ini memberikan layanan
komunikasi, berupa : layanan voice,
SMS, data internet dan berbagai fitur, yang memberikan kemudahan dan kenyamanan
kepada customer. Layanan ini mampu menjangkau seluruh wilayah
Indonesia dengan tarif yang sangat terjangkau, terkhusus produk Flexi Home
sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan kepemilikan jasa sambungan telepon
rumah.
Flexi home merupakan pelanggan
TELKOM Flexi yang bersifat menetap (fixed), diprioritaskan untuk pelanggan yang
belum terlayani fasilitas telepon dengan jaringan kabel. Menggunakan jenis terminal FWT (Fixed Wireless Terminal) dengan sistem
pasca bayar dan menggunakan ESN / Electronic
Serial Number (SIMCARD yang tidak
dapat diisi ulang). Layanan maupun fitur pelanggan Flexi Home
adalah sama dengan layanan maupun fitur yang ditawarkan untuk pelanggan TELKOM
Flexi lainnya, yakni : Flexi Trendy dan Flexi Classy.
Dalam perkembangannya selama
kurun waktu 5 tahun terakhir ini, produk flexi home telah mampu menempatkan
dirinya di hati para pelanggannya, terbukti dengan adanya perkembangan jumlah
penjualan yang mampu diraihnya.
Dari data yang diperoleh, menampakkan
bahwa penjualan yang terjadi mengalami fluktuasi, dimana pada tahun 2004 mampu
menjual sebanyak 5.525 unit, di tahun 2005 menurun sebesar 4,52 % atau turun
menjadi sebanyak 5.275 unit, di tahun 2006 meningkat sebesar 9,01 % atau naik
menjadi sebanyak 5.750 unit, pada tahun 2007 menurun sebesar 3,83 % atau turun
menjadi sebanyak 5.530 unit, dan pada tahun 2008 menurun kembali sebesar 1,72 %
atau turun menjadi hanya sebanyak 5.435 unit; sedangkan pemesanan
(pengadaan/pembelian) dari Divre VII di Makassar bernilai tetap sebanyak 5.600
unit, akibat adanya suatu pola penjatahan (kuota) yang ditetapkan.
Pada gilirannya, hal tersebut memperlihatkan
terjadinya kecenderungan penumpukan persediaan yang akan meningkatkan beban
biaya yang dikorbankan dalam penyimpanan produk, dan sekaligus akan
mempengaruhi besarnya perolehan pendapatan perusahaan. Sebagaimana dikemukakan oleh Prof. Rolph E.
Andersen, Drexel University, USA (penulis buku Professional Sales Management), sebagaimana dikutip oleh Siswanto
S. (2003 : 61), yang menyatakan bahwa proyeksi jumlah penjualan produk
merupakan tumpuan rencana stratejik, baik bagi perusahaan besar, menengah
maupun kecil. Menurutnya, proyeksi
jumlah penjualan merupakan salah satu pegangan untuk merencanakan berbagai
kegiatan manajemen perusahaan yang lain.
Dan juga, titik berangkat penyusunan rencana dan strategi
pemasaran.
Berdasarkan hasil wawancara
dengan pihak manajemen, ternyata bahwa penetapan rencana nilai penjualan yang
terjadi, pada satu sisi disebabkan oleh pola perencanaan penjualan, yang selama
ini diserahkan pada institusi/lembaga survey, yang menggunakan metode survey demand, namun tidaklah
mendasarkan surveinya pada kondisi riil di lapangan. Di sisi lain, pola perilaku pelanggan yang
berubah dari jenis produk tidak mobile ke produk yang mobile sepenuhnya.
Berdasarkan latar belakang yang telah
dipaparkan di atas, maka masalah utama yang dikembangkan sebagai pedoman kajian
penelitian ini, adalah : Seberapa besarkah demand pelangan layanan flexi home
dalam masa 5 tahun yang akan datang, serta seberapa besarkah tingkat kuantitas
pemesanan yang ekonomis, dalam memenuhi demand pelanggan dalam masa 5 tahun
yang akan datang.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan
penelitian lapangan (field research),
dengan menggunakan metode analisis deskriptif, dengan mengacu pada pengumpulan
data penelitian lapangan, kuesioner, wawancara dan didukung pula oleh data
sekunder. Penelitian berlangsung selama
2 bulan, yakni pada bulan Nopember dan Desember 2009. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan,
adalah : Pengamatan langsung yang dilakukan oleh peneliti terhadap objek
penelitian, dengan metode pengumpulan data melalui tanya jawab langsung dengan
pihak pimpinan perusahaan dan para staf karyawan serta pelanggan yang ditemui
pada objek penelitian, serta data-data yang telah ada, yang ada dalam
perusahaan.
Dalam memecahkan masalah yang
dihadapi dalam penulisan ini, maka digunakan metode analisis :
1)
Analisis Kualitatif, dengan pendekatan Deskriptif
Analitik, yakni suatu analisis data kualitatif yang telah diperoleh melalui
observasi, wawancara dan dokumentasi.
2)
Analisis Kuantitatif, dengan pendekatan analisis
matematis, berupa : Analisis Least Square
, dan Analisis Economic Order Quantity
, serta titik pemesanan kembali (reorder point).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Ramalan Penjualan
Peramalan (forecasting) merupakan istilah yang popular, atas kegiatan yang
berhubungan dengan meramalkan atau memproyeksikan hal-hal yang terjadi di masa
lampau ke masa depan. Dalam forecasting demand produk flexi home,
berdasarkan data penjualan yang ada menampakkan tendensi keseluruhan yang
bersifat naik (berkembang) atau turun (berkontraksi), selama jangka waktu yang
lama (Richardus D, 2003 : 342).
Sebagaimana data yang diperoleh,
penjualan yang terjadi mengalami fluktuasi, dimana pada tahun 2004 mampu
terjual sebanyak 5.525 unit, di tahun 2005 menurun sebesar 4,52 % atau turun
menjadi sebanyak 5.275 unit, di tahun 2006 meningkat sebesar 9,01 % atau naik
menjadi sebanyak 5.750 unit, pada tahun 2007 menurun sebesar 3,83 % atau turun
menjadi sebanyak 5.530 unit, dan pada tahun 2008 menurun kembali sebesar 1,72 %
atau turun menjadi hanya sebanyak 5.435 unit.
Sehingga, jelas terlihat, bahwa selama kurun waktu tahun 2004 sampai
dengan 2008, perusahaan cenderung mengalami penurunan penjualan sebesar 0,27 %
per tahunnya.
Dikarenakan adanya tendensi
kecenderungan/trend, sehingga penulis menggunakan teknik peramalan analisis
serial waktu (time-series analysis),
dengan metode persegi terkecil (least
square).
Dari data yang ada, selanjutnya
dengan mengadopsi dua persamaan matematis pemecahan regresi linier (Richardus E. I. : 2003). Sehingga fungsi garis kecenderungan/trend
menjadi :
y = 5480,5 + 7,5b
Dari data di atas, nampaklah
bahwa pada tahun 2009 besarnya ramalan penjualan yang akan terjadi sebesar
5.526 unit telepon wireless flexi home. Ramalan
besarnya penjualan produk flexi home di tahun 2010 meningkat sebesar 0,13 %,
bila dibandingkan dengan pada tahun 2009, atau naik menjadi sebesar 5.533 unit. Ramalan besarnya penjualan yang dapat terjadi
pada tahun 2011 atas produk flexi home meningkat sebesar 0,14 % dari tahun 2010
atau naik menjadi sebesar 5.541 unit. Besarnya
ramalan penjualan pada tahun 2012
kembali meningkat sebesar 0,13 % dari tahun 2011 atau naik menjadi
sebesar 5.548 unit. Dan ramalan besarnya penjualan produk tahun 2013
meningkat lagi sebesar 0,14 %, bila dibandingkan dengan tahun 2012 atau naik menjadi sebesar 5.556 unit.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah penulis lakukan, dengan mewawancarai
baik pimpinan dan karyawan PT. Telkom Kandatel Maluku, maupun
konsumen/pelanggan, maka kecenderungan perubahan faktor internal yang terjadi,
seperti: perubahan kebijakan efisiensi dimana harga/tarif diturunkan. Sedangkan faktor eksternal, seperti :
peraturan pemerintah di bidang jasa telekomunikasi, perubahan ekonomi makro
(kondisi perekonomian dunia dan di Indonesia yang menuju pada era perdagangan
bebas), perubahan selera masyarakat (kecenderungan masyarakat untuk lebih
menggunakan telepon bergerak/mobile),
situasi keamanan (terjadinya pencurian telepon genggam yang semakin marak
dewasa ini), dan sebagainya. Jadi pada
kenyataannya, nilai-nilai ramalan tersebut hanya merupakan sekedar pedoman,
yang masih perlu dikaji berdasarkan perubahan-perubahan faktor internal dan
eksternal yang dapat mempengaruhi volume penjualan.
Analisis Tingkat Kuantitas Pesanan Ekonomis
Konsep perhitungan nilai
persediaan dengan pendekatan tingkat kuantitas pesanan ekonomis (economic order quantity), didasarkan
pada suatu pemikiran logis, bahwa: makin sering pengisian kembali persediaan
itu dilakukan, persediaan rata-rata akan semakin kecil, dan ini mengakibatkan
biaya dalam bentuk biaya penyediaan barang akan semakin kecil juga. Tetapi, di lain pihak, makin sering pengisian
kembali persediaan itu dilakukan, maka biaya pemesanan akan semakin besar pula
(Richardus D., 2003 : 54).
Atas ramalan penjualan untuk
tahun 2009, sebesar 5.526 unit, besarnya nilai kuantitas pemesanan yang
ekonomis pada tahun 2009, adalah : 497 unit.
Untuk ramalan penjualan pada tahun 2010, sebesar 5.533 unit terjadi
kenaikan sebesar 0,2 %, bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya atau naik
menjadi sebanyak 498 unit. Pada tahun
2011, atas ramalan penjualan sebesar 5.541 unit, tidak terjadi kenaikan
dan/atau penurunan, bila dibandingkan dengan tahun 2010 atau tetap sebanyak 498
unit. Di tahun 2012 dengan ramalan
penjualan sebesar 5.548 unit, tidak juga terjadi kenaikan dan/atau penurunan,
bila diperbandingkan dengan tahun 2011 atau masih tetap sebanyak 498 unit. Untuk tahun 2013, atas ramalan penjualan
sebesar 5.556 unit, terjadi kenaikan sebesar 0,2 % atas nilai EOQ tahun 2012
atau naik menjadi sebanyak 499 unit.
Sehingga, dapat dikatakan bahwa
rata-rata nilai kuantitas pesanan yang ekonomis selama kurun waktu tahun 2009
sampai tahun 2013, dimana dengan adanya pembebanan biaya pemesanan seharga Rp.
7.366,- dan biaya penyjmpanan sebesar Rp. 329,-, perusahaan memesan sebesar 498
unit, pada setiap kali pesanan.
Demi untuk lebih menegaskan hasil
EOQ di atas, perlu pula diperhitungkan nilai Titik Pemesanan Kembali (re order point), dengan rumusan sebagaimana dikemukakan oleh
Bernard W. T. (2001 : 77), maka untuk
tahun 2009, atas ramalan penjualan sebesar 5.526 unit, dengan jumlah hari kerja
selama satu tahun adalah 365 hari dan tenggang waktu pemesanan selama 3
hari, besarnya nilai titik pemesanan
kembali adalah sebesar 45 unit. Atau
dengan kata lain, pada saat persediaan mencapai nilai sebesar 45 unit,
perusahaan harus melakukan pemesanan kembali sebesar 497 unit.
Pada tahun 2010, dengan ramalan penjualan sebesar 5.533 unit, serta
jumlah hari kerja selama satu tahun adalah 365 hari dan tenggang waktu
pemesanan selama 3 hari, besarnya nilai titik pemesanan kembali, adalah tetap
sebesar 45 unit bila dibandingkan dengan pada tahun 2009. Atau dalam artian, bahwa bilamana persediaan
sudah mencapai titik 45 unit, pihak perusahaan harus melakukan kembali
pemesanan sebesar 498 unit. Di tahun 2011, atas ramalan penjualan sebesar
5.541 unit, dengan jumlah hari kerja selama satu tahun adalah 365 hari dan
tenggang waktu pemesanan selama 3 hari, besarnya titik pemesanan kembali,
meningkat sebesar 2,22 % bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya atau naik
menjadi sebanyak 46 unit. Dengan
demikian, pada saat nilai persediaan berjumlah 46 unit, pihak perusahaan harus
kembali melakukan pemesanan sebanyak 498
unit. Untuk tahun 2012, dengan
ramalan penjualan sebesar 5.548 unit,
serta jumlah hari kerja selama satu tahun adalah 365 hari dan tenggang waktu
pemesanan selama 3 hari, besarnya nilai titik pemesanan kembali, adalah tetap
sebesar 46 unit, bila dibandingkan dengan tahun 2011. Atau dengan kata lain, bahwa pada saat nilai
persediaan sebesar 46 unit, pihak perusahaan harus melakukan kembali pemesanan
sebanyak 498 unit. Pada tahun 2013 atas ramalan penjualan
sebesar 5.556 unit, dengan jumlah hari kerja selama satu tahun adalah 365 hari
serta tenggang waktu pemesanan selama 3 hari, besarnya nilai titik pemesanan
kembali, tetap sebesar 46 unit bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Atau dengan kata lain, pada saat nilai
persediaan berjumlah 46 unit, pihak perusahaan harus kembali melakukan
pemesanan produk sebesar 499 unit.
Sehingga, dapat dikatakan bahwa
rata-rata nilai titik pemesanan kembali selama kurun waktu tahun 2009 sampai
dengan tahun 2013 adalah 46 unit. Dalam artian bahwa, pada saat nilai
persediaan di gudang perusahaan telah mencapai
nilai sebesar 46 unit, maka pihak perusahaan sudah harus melakukan pemesanan
produk kembali sebesar 498 unit.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis yang
telah dikemukakan pada bagian terdahulu, terdapat beberapa hal penting yang
dapat dijadikan kesimpulan penulisan ini, yaitu :
1)
Pola perencanaan penjualan, selama ini diserahkan pada
institusi/lembaga survey, dengan pendekatan survey
demand, tidaklah mendasarkan perencanaannya pada kondisi riil. Yang pada gilirannya, mengakibatkan
terjadinya penumpukan persediaan dalam artian unit, maupun dana investasi yang
tertanam didalamnya.
2)
Ramalan penjualan untuk tahun 2009 – 2013, dengan
menggunakan pendekatan Least Square, menampakkan bahwa besarnya penjualan yang
dapat terjadi adalah : pada tahun 2009 sebesar 5.526 unit; di tahun 2010
sebesar 5.533 unit; tahun 2011 sebesar 5.541 unit; di tahun 2012 sebesar 5.548
unit; dan tahun 2013 sebesar 5.556 unit.
3)
Kuantitas tingkat pemesanan kembali selama kurun waktu
2009 – 2012, adalah sebesar : 497 unit pada tahun 2009; 498 unit di tahun 2010;
pada tahun 2011 sebesar 498 unit; untuk tahun 2012 sebesar 498 unit; dan pada
tahun 2013 sebesar 499 unit.
4)
Dan tingkat Reorder Point sebesar : 45 unit di tahun
2009; pada tahun 2010 sebesar 45 unit; untuk tahun 2011 sebesar 46 unit; di
tahun 2012 sebesar 46 unit dan pada tahun 2013 sebesar 46 unit.
DAFTAR PUSTAKA
Chase Richard B., Nicholas J. A., 1985. Production and Operations Management, 4 th Edition. Homewood
Illinois
David R. F., 2000. Concepts in Strategic Management, 8 th
Edition, Prentice Hall College
Handoko, Hani T., 1997. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi.
BPFE, Yogyakarta
Husnan S., Enny P.,
2002. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi Ketiga. UPP – AMP YKPN,
Yogyakarta
Indrajit R. E., Richardus
D., 2003. Manajemen Persediaan, Cetakan Pertama. PT. Grasindo, Jakarta
Krajewski J., 1996. Operations
Management, 4 th Edition. Addison-Wesley Pub.,Co
Pangestu S., 2000. Manajemen
Operasi, BPFE, Yogyakarta
Setyawan A. B., 2009. Bahan Ajar M.O., Univ. Guna Dharma, Jakarta
Subagyo Pangestu, 2000. Dasar-dasar Operations Research, BPFE.
Yogyakarta
Sutojo S., 2003. Manajemen Penjualan Yang Efektif, PT.
Damar Mulia Pustaka, Jakarta
Swastha B., Ibnu S. E., 1995. Pengantar Bisnis Modern. Edisi Ketiga,
Liberty. Yogyakarta
Taylor III B. W., 2001. Introduction
to Management Science, 2nd Edition. Terjemahan Chairul D.D.
& Vira S. Penerbit Salemba Empat,
Jakarta
Yamit, Zulian, 2005. Manajemen Persediaan, Edisi Pertama,
Cetakan Ketiga. Ekonisia, FE-UII,
Yogyakarta
Cargal J. M., 2009. The EOQ Inventory Formula. (online), http://www.inventoryops.com, diakses
pada tanggal 23 Nopember 2009
Gaspersz V. 2009. Analisis EOQ,
(online), http://www.scribd.com, diakses
pada tanggal 25 Nopember 2009
Miller S. J., 2009. The Method of Least Squares, (online). http://www.williams.edu, diakses pada
tanggal 25 Nopember 2009
Piasecki Dave, 2009. Optimizing Economic Order Quantity,
(online), http://inventoryops.com,
diakses pada tanggal 22 Nopember 2009