Laman

EKSISTENSI HUMAS PERGURUAN TINGGI DALAM UPAYA MEMBANGUN CITRA INSTITUSI


Inayah
Jurusan Administrasi Niaga, Politeknik Negeri Semarang
Jl. Prof Sudarto, S.H., Tembalang, Kotak Pos 619/SMS Semarang 50061



ABSTRACT
The existence and role of higher education in Indonesia is far left behind by those in the equal level of education in developed nations and those in companies in Indonesia. Higher education image constitutes an important matter and consideration for customers before making decision to enter selected university. Therefore, public relation implementation should be integrated. By the implementation, it is hoped that the function and role og higher education public relation can improve the image of the institution. The existence reflected by the function and role of higher education public relation indicates the success of public relation in building institution image.

Key word: existence of public relation, higher education image, role, function.

PENDAHULUAN
Memasuki era   globalisasi,   pendidikan    tinggi    Indonesia    menghadapi    tantangan    untuk meningkatkan kualitas sumberdaya yang dimiliki sehingga mampu menghasilkan output berkualitas  yang  berdaya  saing  tinggi.  Tuntutan  peningkatan  kualitas  ini  disamping datang  dari  civitas  akademika  sebagai  bagian  organisasi  (publik  internal),  juga  datang dari masyarakat (publik eksternal). Dari publik sebagai ”klien", datang tuntutan untuk meningkatkan  kualitas  pengajaran  yang  dapat  menghasilkan  lulusan  berkualitas  yang mampu menghadapi persaingan. Sedangkan dari publik sebagai "mitra", datang  tuntunan  untuk  peningkatan  kualitas  hasil  penelitian  dan  kualitas  pangabdian pada masyarakat yang mampu menjawab permasalahan dan tantangan pembangunan.
Pelaksanaan tugas, fungsi dan tanggung jawab lembaga perguruan  tinggi  membutuhkan  interaksi  dengan  publik  sebagai  klien  dan  mitra, sehingga perguruan  tinggi  perlu melakukan  pembenahan   internal  antara  lain  melalui  peningkatan  komunikasi  antar civitas akademika untuk menghasilkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan pendidikan tinggi. Serta peran pendidikan tinggi  semakin penting  dan  strategis  dalam  menjawab  permasalahan  dan  tuntutan   yang  timbul  di masyarakat.
Perguruan   tinggi   sebagai   pusat   pendidikan   tinggi,   agen   alih   teknologi   dan inovasi,   dalam   perkembangan   kiprahnya   di   tingkat   masyarakat   dituntut   untuk menghasilkan  produk-produk  berkualitas,  baik  dalam  hal  lulusan,  sistem  pendidikan yang dikembangkan maupun tingkat kontribusinya pada pembangunan dalam arti luas. Dalam  memenuhi  kiprah  tersebut,  perguruan  tinggi  memerlukan  dukungan  perangkat kerja  tertentu   yang  dikenal  sebagai  Hubungan Masyarakat (Humas)  untuk  mengenalkan  atau  menunjukkan kemampuannya  sebagai  suatu  lembaga  pendidikan  tinggi  yang  memiliki  tradisi  kuat dalam  bidang  ilmu,  pengetahuan  dan  seni  (Ipteks)  tertentu,  yaitu  mengangkat  isu-isu relevan yang dimunculkan, program unggulan dan dukungan yang dimilikinya (Hubeis, M., 1998).
Menurut Nasution (2006) keberadaan dan peran humas perguruan tinggi di tanah air sampai saat ini masih tertinggal dengan humas perguruan tinggi di negara-negara maju, dan dengan humas di perusahaan di tanah air. Peran humas perguruan tinggi masih dipersepsikan pimpinan sebagai bagian yang menangani dokumentasi, menfoto, mengkliping, dan menyampaikan berita kepada pers. Hal ini disebabkan karena:
a.       Rendahnya pemahaman pimpinan terhadap fungsi dan peran humas, sehingga humas di perguruan tinggi kurang diberdayakan pimpinan. Hal itu menyebabkan posisi humas perguruan tinggi tidak berada pada tempat yang strategis.
b.      Humas masih dikategorikan sebagai bagian yang tidak terlalu penting terhadap perkembangan organisasi.
c.       Kurang pemahaman tentang humas di perguruan tinggi secara lembaga maupun posisional.
d.      Penempatan staf humas tidak dibarengi dengan kemampuan pemahaman dan keterampilan kehumasan.
e.       Anggaran (dana) untuk kegiatan dan program kerja humas yang tidak memadai.
Fungsi humas sering tidak dianggap signifikan dalam suatu perguruan tinggi, kadang-kadang perguruan tinggi harus membayar biaya yang mahal, karena meremehkan fungsi humas. Sering humas perguruan tinggi tidak dilibatkan dalam menerima informasi dan proses pengambilan keputusan, dan diakui sebenarnya disinilah kesalahan bermula dalam memahami fungsi humas perguruan tinggi.
Peran humas hanya masalah praktis operasional keseharian dan telah membuat dunia humas perguruan tinggi tumbuh pada arah yang keliru. Hal ini menjadikan penilaian dan apresiasi terhadap humas perguruan tinggi terkooptasi pada tataran praktis operasional keseharian antara lain: kegiatan protokoler, fotografi, melayani wartawan, dokumentasi, mengirim pers redaksi dan hal-hal yang berkaitan dengan itu.
Citra sebuah perguruan tinggi menjadi satu hal yang penting dan menjadi satu pertimbangan konsumen ketika mereka memutuskan perguruan tinggi mana yang akan mereka pilih. Disinilah implementasi humas perlu ditelaah secara terpadu, sehingga diharapkan fungsi dan peran humas di perguruan tinggi  dapat meningkatkan citra dari perguruan tinggi yang bersangkutan.

PEMBAHASAN
Fungsi Dan Peran Humas Perguruan Tinggi
Humas pada prinsipnya sebagai suatu fungsi manajemen, komunikasi dua arah antara organisasi dengan publik secara timbal balik dalam menumbuhkan good will (kemauan baik), understanding (saling pengertian), simpati, dukungan, dan kerjasama baik internal maupun eksternal dari lembaga. Edwin Emery (Rahmadi, 1994) menyebut fungsi humas sebagai upaya terencana dan terorganisasi dari sebuah lembaga untuk menciptakan hubungan–hubungan yang saling bermanfaat dengan berbagai publiknya. Sedangkan yang menjadi sasaran akhir humas adalah: pertama, untuk memperoleh dan menumbuhkan good will (kemauan baik), understanding (saling pengertian), simpati dan dukungan terhadap organisasi yang diwakilinya; kedua, menetralisasikan sikap dan pendapat yang tidak menguntungkan organisasi.
Fungsi humas tidak dapat dipisahkan dari kegiatan manajemen lembaga perguruan tinggi karena secara struktural humas merupakan bagian dari perguruan tinggi. Fungsi humas perguruan tinggi harus mampu mengidentifikasi dan memetakan sasaran dan stakeholder pendidikan, meliputi mahasiswa, dosen, staf administrasi, alumni, masyarakat, pemerintah, media pers, dan orang tua mahasiswa.
Disamping itu, menurut Nasution (2006) fungsi penting lainnya yang harus dilakukan humas perguruan tinggi ada dua hal, yakni :
a.    Fungsi membangun (konstruktif), dalam hal ini perguruan tinggi dapat membagi pada aspek keilmuan sebagai alat memecahkan masalah yang dapat diterima masyarakat, dan kebijakan perguruan tinggi bisa diterima segenap civitas akademika.
b.    Fungsi korektif, dimana humas harus mampu menetralisir setiap opini negatif yang berkembang di masyarakat internal maupun eksternal. Fungsi korektif ini berusaha agar perguruan tinggi tidak melakukan sesuatu yang bisa merugikan organisasi. Selain itu juga memberikan input yang diperlukan dalam mengambil kebijakan.
Dozier dan Broom (dalam Ruslan, 2008), menyebutkan empat kategori peran humas, yaitu:
a.    Penasehat ahli (expert prescriber)
Seorang praktisi humas yang berpengalaman dan memiliki tingkat kemampuan yang tinggi dapat membantu mencarikan solusi dari masalah hubungan dengan publiknya (public relationship).
b.   Fasilitator komunikasi (communication facilitator)
Dalam hal ini, praktisi humas bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal untuk mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publiknya. Dipihak lain, dia juga dituntut mampu menjelaskan kembali keinginan, kebijakan dan harapan organisasi kepada publiknya, sehingga dengan komunikasi timbal balik tersebut dapat tercipta saling pengertian, mempercayai, menghargai, mendukung dan toleransi yang baik dari kedua belah pihak.
c.    Fasilitator pemecahan masalah (problem solving proses facilitator)
Peranan praktisi humas dalam proses pemecahan persoalan sebagai bagian dari tim manajemen. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pimpinan lembaga sebagai penasehat (adviser) hingga mengambil tindakan eksekusi (keputusan) dalam mengatasi persoalan atau krisis yang dihadapi secara rasional dan profesional.
d.   Teknisi komunikasi (communication technician)
Sistem komunikasi dalam organisasi tergantung dari masing-masing bagian atau tingkatan (level), yaitu secara teknis komunikasi baik arus maupun media komunikasi yang dipergunakan ditingkat pimpinan dengan bawahan akan berbeda dari bawahan ke tingkat atasan.
Menurut Nasution (2006), ada tiga alasan yang mendasari pentingnya peran humas di perguruan tinggi:
a.       Pengelolaan perguruan tinggi, khususnya perguruan tinggi negeri, pada masa sekarang dan mendatang semakin otonom, sehingga pimpinan sering menghasilkan kebijakan yang terkait dengan perguruan tingginya. Karena itu, dibutuhkan suatu bagian dalam hal ini bagian humas yang secara terus-menerus dan terencana mensosialisasikan, memberikan informasi kebijakan tersebut kepada masyarakat di dalam perguruan tinggi (mahasiswa, dosen, karyawan) dan masyarakat di luar perguruan tinggi (orang tua mahasiswa, alumni, lembaga/instansi lain).
b.      Persaingan yang sehat dan dinamis antar sesama perguruan tinggi di dalam negeri dan internasional dalam merebut minat calon mahasiswa, orang tua calom mahasiswa, dan masyarakat luas, membuat pimpinan perguruan tinggi dituntut menyiapkan suatu bagian dalam hal ini humas untuk mengelola informasi yang jelas dan memberikan kesan citra positif.
c.       Perkembangan media massa cetak dan elektronik di daerah semakin meningkat, misalnya surat kabar, radio swasta, dan televisi lokal di daerah, yang sudah pasti selalu mencari informasi yang aktual di perguruan tinggi. Oleh sebab itu dibutuhkan bagian dalam hal ini bagian humas untuk membina hubungan yang harmonis dengan pihak pers tersebut. Tujuannya agar informasi atau berita-berita yang positif dan membangun tentang perguruan tingginya selalu menjadi bahan informasi pers tersebut.
Sedangkan menurut Djanaid (2005) peran humas perguruan tinggi merupakan kunci bagi suatu lembaga perguruan tinggi, yaitu :
a.       Humas membantu mencari solusi terhadap masalah antara perguruan tinggi dengan masyarakat.
b.      Humas bertindak sebagai mediator untuk membantu pimpinan perguruan tinggi mendengarkan saran, kritikan, dan harapan masyarakat. Dan sebaliknya humas juga harus mampu menjelaskan informasi dan kebijakan dari pimpinan perguruan tinggi.
c.       Humas membantu mengatasi permasalahan yang terjadi pada perguruan tinggi dengan memberikan masukan pada pimpinan.

Kedudukan Humas Yang Ideal
Besar atau kecilnya eksistensi humas pada suatu lembaga tergantung pada posisi dalam struktur organisasi lembaga. Posisi dalam struktur organisasi yang tinggi dalam lembaga akan menunjukkan pada otoritas atau kewenangannya dalam lembaga tersebut. Di lembaga perguruan tinggi posisi humas kebanyakan hanya pada posisi sebagai Sub Bagian dari Bagian tertentu, akibatnya orientasi kerja humas sangat sempit dan bahkan jauh dari eksistensi humas.
Pada prinsipnya, secara struktural, fungsi humas dalam lembaga merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kelembagaan atau organisasi. Humas terkait langsung pimpinan lembaga. Fungsi kehumasan dapat berhasil secara optimal apabila berada langsung di bawah pimpinan atau mempunyai hubungan langsung dengan pimpinan tertinggi (pengambil keputusan) pada lembaga yang bersangkutan.
Untuk mengokohkan dan memantapkan fungsi kehumasan agar mengenai sasaran organisasi/lembaga, maka aktivitas utama humas secara operasional seharusnya berada pada posisi yang sedekat mungkin dengan pimpinan puncak (top management). Manfaat yang dapat dicapai dari kedekatan tersebut adalah:
a.       Memberikan pengetahuan yang jelas dan rinci mengenai suatu sistem terpadu, pola perencanaan, kebijakan, keputusan yang diambil, visi dan arah tujuan organisasi bersangkutan. Hal ini perlu agar tidak terjadi kesalahan dalam penyampaian pesan dan informasi dari lembaga kepada publiknya.
Komunikator dan mediator humas harus mengetahui sejauh mana batas-batas pesan atau informasi yang dapat dipublikasikan, atau pesan yang tidak bisa diungkapkan secara terbuka kepada publiknya, khususnya kepada kalangan media massa.
b.      Aktivitas humas dalam mewakili tersebut dapat dipertegas berkenaan dengan batas-batas wewenang dan tanggung jawab dalam memberikan keterangan. Kemudian kegiatan humas akan selalu mengetahui secara jelas segi pelaksanaan dari keputusan atau kebijakan pimpinan organisasi tersebut.
c.       Mengetahui secara langsung dengan tepat tentang “latar belakang” suatu proses perencanaan, kebijakan, arah dan hingga tujuan organisasi yang hendak dicapai, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
d.      Dengan berhubungan secara langsung dan segera dengan pimpinan puncak, tanpa melalui perantara pejabat/departemen lain, maka fungsi kehumasan berlangsung secara optimal, antisipatif dan dapat melaksanakan berbagai macam perencanaan. Peranan komunikasi atau dengan kewenangan yang ada akan mampu mengatasi berbagai masalah yang mungkin akan timbul tanpa diduga sebelumnya.
e.       Sebagai suatu akibat yang ditimbulkan dari keputusan yang diambil dan kebijakan yang telah dijalankan oleh lembaga/organisasi, maka pihak humas berperan melakukan tindakan mulai dari memonitor, merekam, menganalisis, menelaah hingga mengevaluasi setiap reaksi (feed back), khususnya dalam upaya penilaian sikap tindak serta mengetahui persepsi masyarakat (public acceptance or non public acceptance).
f.       Dapat secara langsung memberikan sumbang saran, ide, dan rencana atau program kerja kehumasan dalam rangka untuk memperbaiki, atau mempertahankan nama baik, kepercayaan dan citra lembaga terhadap publiknya. Termasuk upaya untuk menjembatani atau menyerasikan antara kebijakan/keputusan organisasi/lembaga dengan kepentingan, dan keinginan sekaligus upaya memperoleh dukungan dan partisipasi dari masyarakat.
Sebagian besar perguruan tinggi memposisikan struktur humas pada struktur yang paling bawah, yakni pada sub bagian sehingga pada kedudukan ini membuat strategi dan aktivitas humas selalu mendapat hambatan khususnya pada birokrasi dalam menerima dan menyampaikan informasi, saran, dan pendapat dari hasil survey opini publik yang terjadi terhadap lembaga tersebut. Padahal apabila fungsi dan peran humas benar-benar diberdayakan sebagaimana konsep dan teori-teori ilmiah yang dipelajari di perguruan tinggi maka hasilnya akan lain. Pada prinsipnya fungsi humas secara struktural dalam organisasi merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kelembagaan atau organisasi. Dalam hal ini humas adalah pihak yang menjadi penghubung semua kepentingan yang ada di lembaga perguruan tinggi.

Eksistensi Humas Dalam Membangun Citra Perguruan Tinggi
Citra adalah bagaimana pihak lain memandang sebuah institusi, seseorang, suatu komite atau suatu aktivitas.  Setiap perusahaan mempunyai citra sejumlah banyak orang yang memandangnya. Begitu pula dengan perguruan tinggi memiliki berbagai citra institusi yang datang dari civitas akademika, pemerintah, banker, staf dan karyawan dan masyarakat sekitar yang mempunyai pandangan terhadap institusi.  Tugas humas perguruan tinggi dalam rangka membentuk citra institusi adalah dengan mengidentifikasi citra seperti apa yang ingin dibentuk di mata publik. Proses pembentukan citra ini pada akhirnya akan menghasilkan sikap, pendapat, tanggapan atau perilaku tertentu terhadap perguruan tinggi tersebut.
Eksistensi humas pada suatu lembaga tercermin pada fungsi dan peran yang diembannya. Eksistensi humas pada setiap lembaga akan senantiasa berbeda tergantung dari besar atau kecilnya lembaga tersebut, akan tetapi untuk melihat eksistensi humas cukup pada fungsi dan difungsikan untuk apa humas pada lembaga tersebut.
Humas perguruan tinggi merupakan ujung tombak dari komunikasi timbal balik antara lembaga dengan publiknya, yang bertujuan untuk menciptakan saling pengertian dan dukungan bagi tercapainya suatu tujuan tertentu, kebijakan, pelayanan jasa, dan sebagainya demi kemajuan dan reputasi positif perguruan tinggi. Kondisi ini menuntut peningkatan fungsi dan peran humas perguruan tinggi, dari peran sebagai unit yang membagikan brosur atau membuat kliping, ditingkatkan menjadi mediator untuk membantu pimpinan mendengarkan kritik, saran dan harapan masyarakat.
Humas memiliki peran sebagai juru bicara pimpinan yang mampu menjelaskan informasi dan kebijakan dari pimpinan perguruan tinggi. Juru bicara yang bertindak sebagai komunikator, berfungsi menyediakan sumber informasi, selanjutnya menyaring dan mengevaluasi informasi yang tersedia dan mengolahnya ke dalam suatu bentuk yang cocok bagi penerima informasi, seperti tulisan, laporan, pidato, peragaan dan lain-lain, sehingga mudah dipahami. Dengan demikian humas dapat mempengaruhi publik, untuk mengubah sikap sesuai pesan yang dikemukakan, sehingga publik mengikutinya atau mengubah sikap dan perilakunya. Selain itu humas juga membantu mancari solusi terhadap masalah antar perguruan tinggi dengan mengidentifikasi, menganalisis suatu opini atau berbagai persoalan di perguruan tinggi maupun di masyarakat.
Humas harus pandai memilih dan mengemas informasi yang ada sehingga bernilai di mata publik. Humas dituntut untuk mampu merancang program-program komunikasi dan menggunakan berbagai media dan sarana yang dipilih sesuai dengan tujuan komunikasi dan sasaran khalayaknya. Humas juga harus mampu melakukan evaluasi pemberitaan yang berpengaruh pada pencintraan serta memiliki keahlian dalam manajemen isu. Humas perguruan tinggi harus memiliki pemahaman yang jelas terhadap persoalan kehumasan yang dihadapi oleh lembaganya, sehingga misi humas perguruan tinggi untuk membangun image positif dapat terwujud.

KESIMPULAN
Eksistensi yang tercermin dari berfungsi dan berperan humas perguruan tinggi merupakan keberhasilan humas dalam upaya membangun citra institusi dengan cara mengelola informasi secara profesional, efisien dan efektif kepada masyarakat baik pada publik internal (mahasiswa, dosen, dan karyawan) maupun pada publik eksternal (orang tua mahasiswa, masyarakat, dan dunia usaha).

DAFTAR PUSTAKA
Djanaid, D. 2005.Peran Humas dalam Mengembangkan Perguruan Tinggi. Makalah disampaikan pada pertemuan berkala Forum Humas Perguruan Tinggi Malang Raya.
Hubeis, M. 1998. Pengembangan Public Relations Efektif di Perguruan Tinggi. Bulletin IPB Edisi Agustus 1998. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Nasution, Z. 2006. Manajemen Humas di Lembaga Pendidikan. Malang: UMM Pers.
Rachmadi, F, 1994. Public Relations dalam Teori dan Praktek, Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan Lembaga Pemerintah, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ruslan, R, 2008. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi, Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.