Laman

EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI PEMASARAN PERBANKAN SYARIAH DI KOTA SEMARANG


Novie Sexiowatie
Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Semarang
Jl. Prof.H.Sudarto, SH, Tembalang, Kotak Pos 6199/SMS Semarang 50061


ABSTRACT
               The research is aimed to analyze the impact of marketing communication objective, communication contain, media characteristic and time exposure toward the effective of marketing communication. For this reason, the sample is based on purposive method and the sum of sample is 40 respondent. The research uses two methods of data analysis, those are correlation and value perception which are used to analyze primary data.
               The result of correlation analysis shows that exposure time has no impact significantly on the effective of marketing communication. Those this variable is not included in value perception analysis. The result of value perception analysis shows that there are two variables (communication contain and media characteristic) have significantly impact of the effective of marketing communication.
The research recommends to maintain communication contain and media characteristic indicators. Time exposure do not significantly influence the marketing communication , that become the limitation of this research. Those the further research is suggested to replace the indicators of time exposure with indicators which are more qualitative such as program attention, the kind of television media dan the audience involvement (Ephron, 1998)

Key words : marketing communication objective, communication contain, media characteristic, time exposure, and the effective of marketing communication

PENDAHULUAN
Perbankan dengan sistim syari’ah tidak dapat lagi ditolak keberadaannya, bahkan dapat dikatakan menjadi impian bagi bank konvensional untuk melakukan kegiatan operasionalnya dengan sistim syari’ah. Pada saat ini dapat dikatakan mulai bermunculan bank dengan sistim syari’ah baik yang murni syari’ah ataupun semi syari’ah.  Hasil penelitian Utami dkk (2004), menunjukkan bahwa di Jawa Tengah  meskipun perkembangan bank syari’ah kurang signifikan namun posisinya pada sisi progresif artinya peluang yang ada untuk bank syari’ah memiliki nilai yang lebih besar dari ancaman. Hal ini berarti tersedia peluang yang besar bagi bank syari’ah untuk dapat dieksploitasi. Eksploitasi peluang hanya dapat dilakukan apabila bank syari’ah mampu menunjukkan keunggulan bersaing yang dimilikinya. Disadari ataupun tidak salah satu keunggulan bersaing bank syari’ah adalah karena dalam operasionalnya berdasar pada hukum islam. Dengan kata lain bank syari’ah dapat tampil beda dengan menawarkan “bebas dosa riba’, dimana tawaran ini tidak terdapat pada bank konvensional.
Sesungguhnya kata kunci “ bebas dosa riba” ini dapat digunakan oleh bank syari’ah untuk mengalahkan bank konvensional, namun tampaknya senjata ini belum digunakan secara optimal. Hal ini terbukti dari hasil penelitian Utami dkk yang menemukan potensi bank syari’ah yang rendah dan dapat dikategorikan kurang signifikan. Dengan kata lain potensi yang rendah menyebabkan sebaran bank syari’ah di Jawa Tengah baik secara demografis maupun geografis belum terlalu luas cakupannya. Salah satu cara untuk meningkatkan potensi ini adalah dengan menanamkan kata kunci atau janji ini dibenak nasabah atau calon nasabah. Penanaman produk ataupun perusahaan dapat dilakukan melalui strategi positioning atau upaya memposisikan produk dibenak nasabah. Positioning ini akan berhasil dengan baik apabila bank syari’ah mampu mengkomunikasikan baik produk maupun perusahaannya melalui media komunikasi pemasaran secara efektif.
Komunikasi pemasaran saat ini menjadi syarat mutlak bagi perusahaan untuk dapat mengembangkan bisnisnya, tak terkecuali bank syari’ah. Menurut Pollay dan Mittal (1993) komunikasi pemasaran adalah sebuah fenomena sosial yang penting, dimana komunikasi pemasaran dipercaya dapat menstimulasi konsumsi dan aktifitas ekonomi, model gaya hidup serta sebuah orientasi nilai yang tertentu. Pelanggan dihadapkan dengan komunikasi pemasaran sehari-hari terutama iklan yang terus menerus di dalam berbagai media, akibatnya setiap orang mempunyai opini tentang variasi aspek-aspek dari komunikasi pemasaran, dimulai dari nilai hiburan dan kekaguman terhadap komunikasi pemasaran sampai sinisme dan menganggap komunikasi pemasaran adalah sesuatu yang tidak berguna.
Persepsi masyarakat tentang komunikasi pemasaran sering terpecah menjadi dua , mendukung dan sekaligus mengkritik. Menurut Andrews (1989), kritik yang paling tajam adalah menyatakan bahwa komunikasi pemasaran telah memanipulasi perilaku pelanggan seperti mendorong pelanggan untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan keinginannya sendiri. Selain itu komunikasi pemasaran juga mencemoohkan kecerdasan para pelanggan dan telah mendorong harga-harga  menjadi lebih tinggi daripada yang seharusnya.
Namun Andrews juga berpendapat bahwa komunikasi pemasaran yang efektif akan memunculkan sisi positif dari komunikasi pemasaran tersebut. Sebagai misal komunikasi pemasaran dapat memberikan kontribusi secara ekonomis dan sosial, karena komunikasi pemasaran dapat dipandang sebagai sarana untuk meningkatkan  standar hidup dan dapat pula mendorong munculnya produk-produk yang berguna bagi masyarakat. Sependapat dengan Andrews tentang sisi positifnya Holbrook (1987) menyatakan bahwa komunikasi pemasaran memiliki sisi positif yang memberikan rasa kegembiraan, cinta dan hal-hal lain yang mendorong timbulnya perasaan yang positif. Sedangkan Russel dan Lane (1996), menyatakan bahwa komunikasi pemasaran dapat meningkatkan kemampuan pelanggan untuk menentukan kinerja dari barang dan jasa yang mereka beli.
Dilihat dari sisi positifnya, dapat dikatakan bahwa peran komunikasi pemasaran dalam dunia bisnis sekarang ini tidak kecil, apalagi dengan persaingan bisnis yang semakin ketat. Karena komunikasi pemasaran dapat memberi informasi yang dibutuhkan pelanggan untuk membuat suatu pilihan tentang barang atau jasa yang ingin dibeli. Namun untuk mencapai sisi positif dari komunikasi pemasaran ini, dibutuhkan satu syarat yaitu bahwa komunikasi pemasaran yang dilakukan harus efektif, dimana efektivitas ini sangat tergantung pada penggunaan media komunikasi pemasaran, seperti media cetak (surat kabar dan majalah) maupun media elektronik (radio dan televisi).
Televisi sebagai media komunikasi pemasaran memiliki beberapa keuntungan antara lain mempunyai kesempatan untuk demonstrasi produk, memiliki potensi untuk menggunakan efek-efek khusus, kaya akan variasi, serta mampu menimbulkan empati para penontonnya. Didukung dengan kemajuan teknologi, media televisi menjadi semakin canggih, variatif, kreatif sehingga mampu menjadi hiburan bagi penontonnya. Disamping itu  media televisi adalah media yang dapat menjangkau pelanggan secara luas dan ada kecenderungan menghibur (Mittal,1994)
Hasil penelitian Mittal (1994) mengenai penilaian masyarakat terhadap televisi sebagai media komunikasi pemasaran, menyatakan gambaran yang negatif mengenai sikap pelanggan terhadap komunikasi pemasaran melalui media televisi, bahkan media televisi yang melakukan komunikasi pemasaran dinilai lebih negatif daripada komunikasi pemasaran dalam media lain  karena kehadirannya yang menyela suatu acara televisi. Akibatnya timbul berbagai sikap pelanggan dalam upaya menghindari komunikasi pemasaran yang muncul di televisi, seperti memindahkan saluran televisi, meninggalkan ruangan atau melakukan suatu pekerjaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penggunaan televisi sebagai media komunikasi pemasaran seringkali tidak efektif. Pertanyaannya adalah “mengapa banyak perusahaan yang lebih memilih televisi sebagai media komunikasi pemasarannya ?”, seperti penggunaan televisi sebagai media komunikasi pemasaran oleh banyak perusahaan termasuk bank di Kota Semarang.
Perkembangan media komunikasi pemasaran di Kota Semarang sangat pesat dan meningkat sesuai dengan trend linier positif (Kota Semarang dalam Angka, 2006). Media komunikasi pemasaran yang sering digunakan adalah koran, majalah, radio, televisi, outdoors, dan internet. Pengeluaran komunikasi pemasaran di media televisi telah tumbuh sekitar 40% per tahun, pertumbuhan ini di atas pertumbuhan volume penjualan industri baik barang maupun jasa pada periode yang sama.. Hal ini berarti media komunikasi pemasaran khususnya televisi telah berfungsi sebagai ujung tombak perusahaan dengan menembus pasar yang semakin ketat. Hanya saja penggunaan televisi sebagai media komunikasi pemasaran ini, di kota Semarang kurang diteliti efektivitasnya.
Sebut saja komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh BSM (Bank Syari’ah Mandiri) dan Bank Muamalat melalui media televisi, belum mampu mendorong pertumbuhan penjualan yang mereka miliki. Dimana pertumbuhan penjualan ini merupakan salah satu tolok ukur efektivitas komunikasi pemasaran. Sehingga terdapat dugaan bahwa komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh bank syari’ah di Kota Semarang melalui media televisi kurang efektif. Dugaan ini harus dibuktikan kebenarannya, mengingat pasar perbankan adalah pasar yang ketat, sehingga hanya terdapat dua pilihan bagi bank syari’ah,  melakukan komunikasi pemasaran yang efektif melalui media yang ada ataukah keluar dari pasar.
Dugaan kurang efektifnya penggunaan televisi sebagai media komunikasi pemasaran bank syari’ah di Kota Semarang ini, dapat dibuktikan kebenarannya melalui penelitian di bidang tersebut. Permasalahannya adalah tidak banyak penelitian yang berkaitan dengan pengukuran efektivitas komunikasi pemasaran perbankan syari’ah melalui media televisi khususnya di Kota Semarang. Tampaknya hal ini menjadi semacam disguised blessing bagi Polines khususnya program studi D4 Syariah untuk mengkaji bidang ini dalam upaya mencapai pemahaman gerak kerja maupun strategi perbankan syari’ah dalam memasarkan produknya.
Untuk itu akan sangat menarik untuk melakukan penelitian tentang efektivitas komunikasi pemasaran perbankan syari’ah melalui media televisi, yang melengkapi dan meinteraksikan penelitian – penelitian terdahulu tentang komunikasi pemasaran. Oleh sebab itu penelitian yang direncanakan ini akan meneliti efektivitas komunikasi pemasaran perbankan syari’ah melalui media televisi dengan mempertimbangkan faktor – faktor pengaruhnya yaitu :
1)      Tujuan komunikasi pemasaran.Tujuan komunikasi pemasaran terdiri dari tiga dimensi yaitu; menginformasikan, membujuk dan memaksa pelanggan untuk melakukan pembelian
2)      Isi berita. Isi berita ini terdiri dari 3 dimensi yaitu: manfaat personal, yaitu manfaat yang dirasakan oleh pelanggan terhadap komunikasi pemasaran yang dilakukan; kesan produk, yaitu kesan terhadap produk yang muncul melalui komunikasi pemasaran; dan hedonic, yaitu kesenangan pelanggan terhadap komunikasi pemasaran yang dilakukan.
3)      Waktu penayangan. Waktu komunikasi pemasaran yang dipilih terdiri dari dua dimensi yaitu: prime time dan non prime time
4)      Apresiasi terhadap media. Apresiasi terhadap media ini memiliki empat dimensi yaitu :keterlibatan emosi pemirsa, frekuensi penayangan. sikap pemirsa, dan preferensi.
Pertanyaan – pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1)            Bagaimanakah pengaruh tujuan komunikasi pemasaran terhadap efektivitas komunikasi pemasaran.
2)            Bagaimanakah pengaruh isi berita terhadap efektivitas komunikasi pemasaran.
3)            Bagaimanakah pengaruh waktu penayangan terhadap efektivitas komunikasi pemasaran.
4)            Bagaimanakah pengaruh apresisasi media terhadap efektivitas komunikasi pemasaran.
Sesuai dengan pertanyaan penelitian diatas maka proposisi yang diajukan adalah :
1)            Tujuan komunikasi pemasaran berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas komunikasi pemasaran.
2)            Isi berita berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas komunikasi pemasaran.
3)            Waktu penayangan berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas komunikasi pemasaran.
4)            Apresiasi terhadap media berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas komunikasi pemasaran.
Proposisi disini bukan merupakan hipotesis yang akan diuji kebenarannya melainkan akan diuji kuat tidaknya pengaruh antara variabel yang mempengaruhi dan variabel yang dipengaruhi.

KAJIAN PUSTAKA
Konsep Dasar Komunikasi Pemasaran.
Komunikasi Pemasaran menstimuli konsumsi dan aktifitas ekonomi, model-model gaya hidup dan nilai-nilai orientasi tertentu (Pollay dan Mittal, 1993). Komunikasi Pemasaran yang efektif harus berhasil pada dua tingkat : mengkomunikasikan dan melaksanakan tujuan pemasaran. Namun demikian , keberhasilan pada suatu tahap seringkali merupakan kegagalan  pada tahap yang lain. Sebagai contoh orang dapat menikmati dan mengingat suatu komunikasi pemasaran tertentu karena bersifat humor, tetapi tidak dapat mengenali merek dari produk yang dikomunikasikan. Komunikasi pemasaran yang baik adalah komunikasi pemasaran yang ingin didengar oleh pelanggan, bukan oleh pengkomunikasi pemasaran itu sendiri (Marconi, 1991). Ketidakpercayaan pelanggan terhadap komunikasi pemasaran adalah suatu hal yang penting karena ketidakpercayaan akan menghalangi kredibilitas komunikasi pemasaran dan mengurangi efisiensi penempatan produk di pasar (Pollay dan Mittal, 1993)
Peranan komunikasi pemasaran sangat banyak. Komunikasi pemasaran dapat dirancang untuk menimbulkan  keinginan orang untuk mengkonsumsi lebih sedikit atau yang disebut demarketing (Russel dan Lane, 1996). Peranan ekonomi utama komunikasi pemasaran adalah memberikan informasi sehingga para pelanggan dapat mendasarkan keputusan - keputusan pembeliannya. Perusahaan-perusahaan memandang komunikasi pemasaran sebagai bagian dari investasi mereka dalam bauran pemasaran yang diharapkan  akan menuntun peningkatan penjualan dan keuntungan.

Tujuan dan Efektivitas Komunikasi Pemasaran
Tujuan komunikasi pemasaran terdiri dari tiga hal penting yang tidak terpisahkan satu dengan lainya karena tergantung dari daur hidup produk yaitu menginformasikan (tahap perkenalan) ; membujuk (tahap pertumbuhan dan awal kedewasaaan); memaksa (tahap akhir kedewasaan).. Setiap tujuan yang berbeda menggunakan media yang berbeda. Banyak dari diskusi-diskusi komunikasi pemasaran yang  menghasilkan aturan-aturan yang berfungsi sebagai sumber informasi (Norris 1984 dalam Pollay dan Mittal, 1993). Informasi ini diargumentasikan sebagai suatu pemberitahuan kepada pemirsa tentang adanya suatu produk dan juga pemberitahuan  dimana produk tersebut dapat dibeli (lebih jelasnya untuk membuat  kesesuaian antara apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh pelanggan serta apa yang ditawarkan oleh produsen). Jadi komunikasi pemasaran memberitahukan tentang produk baru, menjelaskan kegunaan baru suatu produk, memberitahukan  perubahan harga pada pasar, menjelaskan bagaimana bekerjanya suatu produk, menjelaskan jasa-jasa yang tersedia, memperbaiki kesan yang keliru, mengurangi rasa takut pelanggan dan membangun citra perusahaan (Kotler dan  Armstrong, 1996). Informasi produk diukur dengan “komunikasi Pemasaran merupakan sumber informasi tentang penjualan setempat ”, “komunikasi Pemasaran menceritakan tentang merek yan memiliki atribut yang sedang dicari” , dan “komunikasi Pemasaran membantu mengetahui produk-produk terbaru yang tersedia di pasar”. Dengan demikian proposisi yang diambil adalah:
“Tujuan komunikasi pemasaran berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi pemasaran”

Isi Berita dan Efektivitas Komunikasi Pemasaran
Berita yang ingin disampaikan kepada pelanggan dapat dilihat dari karakteristik beritanya, apakah bersifat manfaat personal, kesan produk ataukah hedonic.
1)      Manfaat personal. Menurut Reid dan Sole (1982) dan Sandage dan Leckenby (1980) dalam Pollay dan Mittal (1993) ada sebuah dasar bahwa faktor-faktor eksplisit manfaat personal merupakan  refleksi persepsi pemirsa dari komunikasi pemasaran. Secara spesifik faktor manfaat personal akan menggambarkan refleksi dari persepsi pemirsa terhadap komunikasi pemasaran, yang akan menggambarkan beberapa perbedaan penting antara para pemirsa tentang kepercayaan dan sikap terhadap komunikasi pemasaran produk yang ditayangkan. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa manfaat personal memiliki pengaruh terhadap efektivitas komunikasi pemasaran.
2)      Kesan produk. Kebanyakan komunikasi pemasaran, menjadi penyedia gaya hidup yang imaginer dan mengkomunikasikan tujuan secara spesifik sebuah kesan merek atau individu, yang menggambarkan  tipe atau idealisme pengguna, berkaitan dengan status atau prestis atau reaksi sosial dari pembelian, kepemilikan dan manfaat. Beberapa pelanggan membayar harga premium untuk menarik perhatian dengan merek dan menggunakan atribut logo, slogan dan disain perusahaan lain. Disini komunikasi pemasaran membantu mempelajari tentang fashion dan pembelian yang mengesankan orang lain, memberitahukan  tentang gaya hidup orang-orang dalam pembelian dan penggunaan, dan membantu mengetahui produk manakah yang akan atau tidak akan merefleksikan diri. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin baik kesan produk semakin efektif komunikasi pemasaran yang dilakukan.
3)      Hedonic. Pengalaman dari komunikasi pemasaran dapat menjadi suatu kesenangan dalam menjelaskan atau dalam merelokasi. Komunikasi pemasaran dapat menjadi sesuatu yang indah untuk dilihat, sentuhan sentimentilnya, kelucuan yang digambarkan dalam  kejadian, atau dari musiknya, langkah-langkah dan sikap. Menurut Bauer dan Greyser (1998) ada keterkaitan hubungan antara sikap pelanggan terhadap komunikasi pemasaran dan alasan-alasan entertaiment seperti kenikmatan dan kesenangan serta informasi. Disini komunikasi pemasaran  berfungsi menyenangkan dan menghibur; kadang-kadang komunikasi pemasaran  lebih menyenangkan daripada media lain; dan kadang-kadang  akan sangat menyenangkan ketika melihat atau mendengar atau membaca komunikasi pemasaran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin semakin senang pelanggan terhadap komunikasi yang disampaikan semakin efektif komunikasi pemasaran
Sehingga proposisi yang diambil adalah :
“ Berita yang disampaikan berpengaruh terhadap komunikasi pemasaran”

Waktu Penayangan Dan Efektivitas Komunikasi Pemasaran.
Faktor waktu dan tempat dimana keputusan pembelian dibuat, berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi pemasaran yang akan dilakukan. Menurut Ephron  (1998) efektifitas komunikasi pemasaran yang digunakan dipengaruhi oleh faktor – faktor kualitatif seperti perhatian terhadap program – program yang terdapat pada media kapan ditayangkan dan di tempat mana sehingga terdapat keterlibatan pemirsa Dengan kata lain penggunaan media dalam komunikasi pemasaran akan berhasil dengan baik apabila pesan yang disampaikan oleh media dan jadwal atau waktu penayangan sesuai dengan minat pemirsa. Sehingga proposisi yang diambil adalah:
“ Waktu penayangan berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi pemasaran.”

Karakteristik Media Dan Efektivitas Komunikasi Pemasaran.
Pemilihan media komunikasi pemasaran seringkali berdasarkan pada karakteristik media seperti fleksibilitas, keawetan, dsb yang menimbulkan apresiasi pelanggan atau calon pelanggan terhadap media tersebut. Dengan meningkatnya tekanan terhadap anggaran komunikasi pemasaran, pengkomunikasi pemasaran harus dapat menemukan cara untuk memperbaiki efisiensi dalam merencanakan media (White dan Miles, 1996). Menurut Tavassoli et al (1995) ada hubungan antara keterkaitan program dan efektivitas media komunikasi pemasaran. Oleh sebab itu dalam perencanaan komunikasi pemasarannya harus memfokuskan pada seleksi program-program media yang lebih disukai oleh pemirsa dan juga program-program yang mempunyai rating yang tinggi dalam suatu media. Sebuah studi  pada tahun 1993 yang dilakukan oleh Carat Research UK Ltd. menemukan bahwa komunikasi Pemasaran 70 % lebih efektif ketika dilihat oleh orang yang menikmati program atau saat komunikasi Pemasaran ditayangkan pada program yang menghibur dan disukai oleh para pemirsa. Jadi pentingnya memonitor apresiasi program untuk mengukur program yang disukai atau program yang menarik. Ada cara pengukuran apresiasi pemirsa yang lain yaitu menggunakan pengukuran subyektif dari apresiasi komunikasi pemasaran yang meliputi kesenangan, ketertarikan, isi informasi, keterlibatan emosi pemirsa (Carrie, 1997. Dasar pengukuran apresiasi program mempunyai kesamaan  dengan pengukuran pada umumnya, yaitu berdasarkan tayangan komunikasi pemasaran apakah semakin tinggi frekuensinya, frekuensi tayangan rata-rata, memiliki keunggulan dibandingkan dengan tayangan-tayangan yang ada, dan jumlah tayangan melebihi permintaan tayangan. Broadcaster publik membuat pengukuran apresiasi sendiri dalam mengukur ukuran pemirsa dengan  mengukur sikap pemirsa, preferensi dan tingkat keterlibatan dengan program (Windle dan Landy, 1996). Dengan demikian dapat diambil proposisi :
“Karakteristik media berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi pemasaran”

Pengembangan Model Penelitian

Pengembangan model penelitian ini merupakan alur pikir dari peneliti di dalam melaksanakan penelitian nantinya. Model Penelitian ini akan menjadi dasar dari pelaksanaan penelitian, yang berasal dari kajian – kajian teoritis yang terdapat di kajian pustaka dan pola pikir kritis peneliti. Model penelitian ini adalah sebagaimana tersaji pada Gambar 1.



 








                                                                                                          






Gambar 1. Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian


METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer. Data primer yaitu data yang berasal langsung dari sumber data yang dikumpulkan secara khusus dan berhubungan langsung dengan permasalahan yang diteliti (Emory & Cooper, 1991). Data primer diminta karena kedekatannya dengan kebenaran dan pengendalian pada kesalahan. Perhatian ini mengingatkan peneliti untuk berhati-hati dalam mendisain prosedur pengumpulan data dan menarik generalisasi atas hasil-hasilnya. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung dari penyebaran daftar pertanyaan atau kuesioner kepada responden yang terpilih untuk penelitian ini. Kuesioner yang diajukan disusun berdasarkan variabel yang telah ditentukan dengan menyediakan beberapa alternatif jawaban. Data primer yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data-data pendapat pribadi individu responden yang berkaitan dengan media komunikasi yang paling efektif untuk bank berbasis syari’ah.

 

Populasi dan Sampel

Populasi adalah kumpulan individu atau obyek penelitian yang memiliki kualitas-kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan.(Suharsimi Arikunto,1998). Berdasarkan kualitas dan ciri tersebut, populasi dapat dipahami sebagai sekelompok individu atau obyek pengamatan yang minimal memiliki satu persamaan karakteristik. Populasi dalam penelitian ini adalah pemirsa iklan bank syariah  di Kota Semarang.
Metode sampling yang digunakan yaitu dengan menggunakan purposive sampling. Menurut Suharsimi Arikunto (1998) purposive sampling atau sampel bertujuan merupakan cara pengambilan sampel yang didasarkan atas adanya tujuan tertentu. pertimbangan peneliti maka sampel dapat mewakili populasi dengan cukup baik. Dalam penelitian ini, karakteristik yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah: Nasabah bank syari’ah di Kota Semarang, yang telah melihat komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh bank syari’ah melalui media televise lebih dari 2 kali.
Jumlah sample yang direncanakan untuk diambil yang diajukan adalah bahwa untuk masing – masing bank syari’ah adalah 10 orang pelanggan. Karena di kota Semarang terdapat empat bank syari’ah yaitu BSM, BNI Syari’ah, BRI Syaria’ah Bank Muamalat dimana masing – masing, maka jumlah sample yang diambil sebanyak 40 orang.. Dimana jumlah ini melebihi 30 orang yaitu jumlah yang dianggap mewakili distribusi normal sehingga dapat dianggap valid.
Namun di dalam kenyataannya ternyata hanya bank Muamalat yang melakukan iklan di media televise dengan program Shar€. Oleh sebab itu responden yang diambil adalah yang telah melihat iklan Shar€ lebih dari 2 kali, dengan jumlah yang sama yaitu sebanyak 40 orang. Akibatnya waktu yang digunakan dalam pengumpulan data menjadi lebih lama dari yang direncanakan karena ternyata tidak banyak pemirsa TV yang memperhatikan iklan bank syari’ah.

 

Metode Pengumpulan Data.

Data primer dikumpulkan dengan menggunakan metode angket yaitu dengan memberikan daftar pertanyaan atau kuesioner kepada calon responden yang memenuhi kriteria sebagai responden. Metode angket dalam bentuknya mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri (self-reports) atau setidaknya pada pengetahuan atau keyakinan pribadi dari responden. Adapun anggapan yang dipegang dalam menggunakan metode ini adalah bahwa subyek penelitian merupakan orang yang paling tahu tentang dirinya dan pernyataan subyek yang diberikan adalah benar dan dapat dipercaya.

 

Metode Analisis Data

Analisis Korelasi
Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya. Dalam hal ini variabel efektivitas komunikasi pemasaran sebagai variabel terpengaruh sedangkan tujuan komunikasi pemasaran, isi berita, waktu penayangan, dan apresiasi terhadap media.. Langkah – langkah dalam analisis ini adalah sebagai berikut :
·         Tentukan variabel terpengaruh yaitu : efektivitas media komunikasi pemasaran
·         Tentukan variabel yang mempengaruhi yaitu : tujuan komunikasi pemasaran, isi berita, waktu penayangan, dan apresiasi terhadap media
·         Hitung tingkat korelasinya dengan rumus :

                 nSXY - SXSY
r  =  ------------------------------------------
    Ö{(nSX2)-(SX)2}{(nSY2)-( SY)2}

Tingkat korelasi berkisar antara 0 s/d 1, semakin tinggi tingkat korelasi atau mendekati 1 semakin besar pengaruhnya demikian sebaliknya

Analisis efektivitas komunikasi pemasaran dengan pendekatan Persepsi Nilai
Setelah diketahui bahwa semua variabel memiliki pengaruh terhadap efektivitas komunikasi pemasaran maka langkah selanjutnya adalah menguji efektivitas komunikasi pemasaran berdasarkan variabel – variabel pengaruh yang telah diuji pengaruhnya. Langkah – langkah yang dilakukan dalam uji ini adalah :.
·         Tentukan faktor – faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi pemasaran bagi bank berbasis syari’ah.
·         Tentukan tingkat kepentingan untuk setiap factor dengan menggunakan skala likert 1 – 5
·         Tentukan bobot untuk setiap faktor yang berdasar pada tingkat kepentingan
·         Tentukan kinerja untuk media televisi dengn memberikan skala 1 – 5 untuk setiap faktor.
·         Tentukan persepsi nilai dengan menjumlahkan kinerja setelah dikali bobot untuk setiap faktor.
·         Tentukan rating skala persepsi nilai dengan rumus = (maksimum nilai  - minimum nilai)/jenjang nilai
·         Petakan persepsi nilai kedalam rating skala persepsi nilai.

PEMBAHASAN
Hasil Analisis Deskriptif
Responden penelitian ini adalah semua pemirsa di Kota Semarang yang pernah melihat iklan Shar-€ lebih dari 2 kali. Pemirsa yang dipilih sebanyak 40 orang pemirsa. Dalam kaitan ini pertanyaan penelitian dibagi kedalam dua klasifikasi yaitu tingkat kepentingan dan nilai iklan. Setiap klasifikasi ditentukan indeksnya untuk melihat indikator yang dipakai dengan penelitian sesuai dengan persepsi responden. Skala indeks diklasifikasikan berdasarkan five boxes method, dengan rumus rentang skala sebagai berikut : (maks – min)/jumlah jenjang Hasilnya dapat digambarkan di bawah ini:
Tujuan komunikasi pemasaran hanya indikator tujuan memaksa yang memiliki nilai sedang, hal ini berarti bahwa ke tiga indikator dianggap responden dapat mewakili atau menjadi tolok ukur tujuan komunikasi pemasaran.
Isi berita memiliki tiga indikator yang  ke tiganya memiliki indeks tinggi, hal ini berarati bahwa responden menyetujui ke tiga indikator ini sebagai tolok ukur isi berita apabila dilihat dari tingkat kepentingan isi berita.
Hanya indikator durasi penayangan yang cukup yang menjadi perhatian responden dalam melihat iklan. Sedangkan indikator kesesuaian program memiliki indeks sedang, dan prime time memiliki indeks rendah. Meskipun prime time memiliki indeks rendah namun bukan beratti bahwa prime time tidak dapat menjadi pertimbangan responden dalam melihat iklan. Hal ini disebabkan telah banyak penelitian keberhasilan iklan yang disebabkan oleh waktu penayangan pada prime time. Oleh sebab itu indikator prime time tetap akan dimasukkan sebagai salah satu indikator dalam penelitian ini hanya saja perlu digarisbawahi dalam keterbatasan penelitian yang digunakan sebagai variabel indikator  yang tidak disarankan untuk penelitian mendatang.
Indeks untuk ke tiga indikator karakteristik media menunjukkan tingkat yang tinggi hal ini berarti indikator tersebut dapat dijadikan pembentuk variabel karakteristik media.
Sama halnya dengan indikator karateristik media ke tiga indikator iklan juga menunjukkan tingkat indeks yang tinggi.

Nilai
Dari ke tiga indikator yang terdapat pada tujuan komunikasi pemasaran yang dilihat dari nilai iklan hanya indikator informasi iklan yang menjadi perhatian responden dalam melihat iklan. Sedangkan indikator membujuk memiliki indeks sedang, dan memaksa memiliki indeks rendah. Meskipun ‘memaksa” memiliki indeks rendah namun bukan beratti bahwa indikator “memaksa” tidak dapat menjadi pertimbangan responden dalam melihat iklan. Hal ini disebabkan bahwa sekarang telah banyak iklan yang berhasil dengan memakai indikator “memaksa”. Oleh sebab itu indikator “memaksa” tetap akan dimasukkan sebagai salah satu indikator dalam penelitian ini hanya saja perlu digarisbawahi dalam keterbatasan penelitian yang digunakan sebagai variabel indikator yang kurang disarankan untuk penelitian mendatang.
Isi berita memiliki tiga indikator yang  ke tiganya memiliki indeks tinggi, hal ini berarati bahwa responden menyetujui ke tiga indikator ini sebagai tolok ukur isi berita apabila dilihat dari nilai iklan dari sisi isi berita.
Dari ke tiga indikator yang terdapat pada waktu penayangan terdapat dua indikator yaitu kesesuaian program dan kecukupan durasi yang dipertimbangkan responden dalam menilai iklan. Sedangkan indikator prime time memiliki indeks rendah. Meskipun ‘prime time” memiliki indeks rendah namun bukan beratti bahwa indikator “prime time” tidak dapat menjadi pertimbangan responden dalam melihat iklan. Hal ini disebabkan telah banyak penelitian keberhasilan iklan yang disebabkan oleh waktu penayangan pada prime time. Oleh sebab itu indikator prime time tetap akan dimasukkan sebagai salah satu indikator dalam penelitian ini hanya saja perlu digarisbawahi dalam keterbatasan penelitian yang digunakan sebagai variabel indikator  yang tidak disarankan untuk penelitian mendatang.
Sama dengan isi berita, ke tiga indikator karakateristik media  memiliki tiga indikator yang  ke tiganya memiliki indeks tinggi, hal ini berarati bahwa responden menyetujui ke tiga indikator ini sebagai tolok ukur karakteristik media apabila dilihat dari nilai iklan dari sisi karateristik media.
Tidak berbeda dengan isi berita dan karakteristik media, ke tiga indikator efektivitas iklan menunjukkan tingkat indeks yang tinggi, hal ini berarti bahwa ke tiga indikator dapat dijadikan pembentuk dari efektivitas iklan.
Hasil perhitungan indeks tingkat kepentingan dan nilai iklan dapat dapat dikatakan bahwa waktu penayangan memiliki indeks terendah (3,35) dibandingkan tiga variabel pengaruh efektivitas iklan lainnya.yaitu isi berita (4,39), karakteristik media (4,25) dan tujuan iklan (3,75). Sehingga terdapat dugaan bahwa waktu penayangan bisa jadi dianggap oleh pemirsa tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas iklan. Jawaban atas dugaan ini dapat dilihat dari hasil analisis korelasi.

Hasil Analisis Korelasi
Analisis korelasi dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows 10.1. Hasil selengkapnya dari hasil analisis ini dapat dilihat pada halaman berikut ini. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa waktu penayangan tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap efektivitas iklan Shar-€. Hal ini berarti waktu penayangan tidak akan dimasukkan ke dalam pengujian persepsi nilai efektivitas iklan Shar-€..

Hasil Analisis Persepsi Nilai Efektivitas Iklan Shar-€
Analisis persepsi nilai ini dilakukan dengan tiga tahap.
1)      Tahap pertama, dilakukan analisis persepsi nilai terhadap efektivitas iklan, untuk mengetahui apakah iklan Shar-€ yang dinilai efektif atau tidak menurut persepsi responden berdasarkan indikator – indikator yang telah ditetapkan.
2)      Tahap ke dua, dilakukan analisis persepsi nilai terhadap variabel – variabel pengaruh efektivitas iklan yang meliputi tujuan komunikasi pemasaran, isi berita, waktu penayangan dan karakteristik media. Tujuan analisis ini untuk mengetahui variabel mana yang memiliki persepsi nilai tertinggi.
3)      Tahap ke tiga. Setelah variabel yang memiliki persepsi nilai tertinggi dapat diketahui maka dilakukan analisis setiap indikator dari variabel – variabel tersebut. Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui indikator – indikator mana saja yang memiliki persepsi nilai tinggi artinya mampu membangun efektivitas iklan.
Sebelum ke tiga tahapan tersebut dilakukan lebih dahulu ditentukan rentang skala persepsi nilai sebagai berikut : (maks – min)/jenjang skala = (5-1)/5 = 0,8
Langkah pertama dalam analisis efektivitas iklan adalah melihat weight score dari efektivitas iklan yang memiliki tiga indikator yaitu mudah diingat, menanamkan citra dan mudah dipahami Langkah ini dilakukan untuk melakukan deteksi awal apakah iklan Shar-€ dianggap efektif oleh pemirsa.
Persepsi nilai terhadap efektivitas iklan menunjukkan nilai yang tinggi. Hal ini berarti bahwa iklan Shar-€ efektif untuk mempengaruhi persepsi pemirsa diukur dari kemampuannya dalam menanamkan citra, mudah dipahami dan mudah diingat.
Langkah ke dua adalah melihat efektivitas iklan Shar-€ dari variabel – variabel pengaruhnya yang meliputi tujuan komunikasi pemasaran, isi berita, waktu penayangan dan karakteristik media. Dari hasil perhtingan weight score menunjukkan bahwa ke empat variabel ini mampu mempengaruhi persepsi efektivitas iklan Shar-€ karena nilainya menunjukkan posisi tinggi, dimulai dari isi berita, karakteristik media, dan tujuan komunikasi pemasaran. Hasilnya dapat dilihat pada table di bawah ini.
Langkah ke tiga adalah mengukur setiap indikator dari masing – masing variabel untuk menjelaskan pengaruh masing – masing indikator terhadap efektivitas iklan Shar-€, berdasarkan variabel yang memiliki pengaruh tertinggi sampai yang terendah.
Isi berita iklan Shar-€ dinilai efektif dilihat, hanya saja terdapat satu indikator isi berita yang harus diperhatikan yaitu hedonic karena tingkat kepentingan hedonic lebih tinggi dibandingkan dengan nilainya. Meskipun demikian baik tingkat kepentingan dan nilai memiliki nilai yang tinggi atau > 4 sehingga dapat dikatakan bahwa hedonic dapat dinilai efektif.
Sama dengan isi berita, semua indikator karakteristik media iklan Shar-€ dinilai efektif atau dapat dikatakan bahwa karakteristik media mampu mampu membuat iklan Shar-€ memiliki kemampuan menanamkan citra, mudah dipahami dan mudah diingat oleh pemirsa iklan. Hanya saja indikator gerakan, gambar dan suarat serta frekuensi penayangan perlu menjadi perhatian kareana tingkat kepentingannya lebih tinggi disbanding nilainya.
Tujuan iklan Shar-€ dinilai belum efektif karena nilai setiap indikatornya lebih rendah diabndingkan tingkat kepentingannya atau dapat dikatakan belum memenuhi keinginan pemirsa. Dengan kata lain iklan Shar-€ belum mampu menginformasikan, membujuk dan memaksa pemirsa untuk memiliki persepsi baik tentang produk Shar-€.
Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa indikator yang harus diperhatikan untuk meningkatkan efektivitas iklan Shar-€ yaitu bahwa iklan Shar-€ sudah menarik hati pemirsa dari sisi isi berita dan apresiasi atau karakteristik media yang digunakan, namun iklan Shar-€ belum mampu memenuhi tujuan iklan khususnya dalam hal memaksa dan membujuk pemirsa untuk menyukai produk Shar-€. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa efektivitas iklan Shar-€, sangat ditentukan oleh indikator – indikator isi berita seperti manfaat personal, kesan produk dan hedonic; serta indikator – indikator dari karakteristik media iklan yang digunakan oleh iklan Shar-€, yaitu gambar, suara dan gerakan , frekeuensi penayangan dan cakupan audiens.

PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah :
1)      Efektivitas iklan Shar-€ dipengaruhi oleh empat variabel yaitu tujuan iklan (menginformasikan, membujuk dan memaksa), isi berita (manfaat personal, kesan produk, dan hedonic)  waktu penayangan (prime time, kesesuaian dengan program dan kecukupan durasi), dan karakteristik media ( gerakan, gambar dan suara; frekeuensi penayangan dan cakupan audiens).
2)      Hasil analisis indeks menunjukkan bahwa ke lima variabel yang diteliti (efektivitas iklan, tujuan iklan, isi berita, waktu penayangan dan karakteristik media) menunjukkan tingkat indeks yang tinggi. Hanya saja waktu penayangan memiliki angka indeks terendah, sehingga muncul dugaan bahwa waktu penayangan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas iklan.
3)      Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa waktu penayangan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas iklan Shar-€, sehingga waktu penayangan tidak akan diikutsertakan dalam analisis persepsi nilai efektivitas iklan Shar-€.
4)      Hasil analisis persepsi nilai menunjukkan bahwa efektivitas iklan Shar-€, ditentukan oleh isi berita dan karakateristik media. Oleh sebab itu keberhasilan iklan Shar-€, sangat ditentukan oleh indikator – indikator isi berita yang terdiri dari manfaat personal, kesan produk dan hedonic, serta indikator – indikator dari karakteristik media yang meliputi gerakan, gambar dan suara, frekeuensi penayangan dan cakupan audiens.

Implikasi Kebijakan.
Implikasi kebijakan yang disarankan dalam penelitian ini dapat dilihat pada uraian Tabel 1.


Variabel/Indikator
Penting
Nilai
Implikasi
ISI BERITA
4.39
4.17

Manfaat Personal
4.63
4.15
Nilai < kepentingan, Shar-€ harus lebih memerinci manfaat personal dari produknya
Kesan Produk
4.25
4.35
Nilai > kepentingan, komunikasi ini dipertahankan
Hedonic
4.30
4.00
Nilai < kepentingan, Shar-€ sebaiknya iklan berdasar humor tentang kenikmatan hidup
KARAKTERISTIK MEDIA
4.25
4.16

Gerakan, gambar dan suara
4.48
4.23
Nilai < kepentingan, perpaduan gerakan, gambar dan suara diperbaiki yang menuju ke nuansa islami
Frekkuensi penayangan
3.95
3.85
Nilai < kepentingan, frekeuensi penayangannya sebaiknya ditambah
Cakupan audiens
4.33
4.40
Nilai > kepentingan, cakupan audiens sudah memadai sebaiknya dipertahankan

Tabel 1. Implikasi Kebijakan


Untuk tujuan iklan Shar-€ khususnya yang membujuk dan memaksa yang dirasa kurang efektif sebaiknya diklarifikasi kembali fokusnya apakah hanya sekedar menginformasikan, ataukah sudah pada tahapan memaksa. Apabila fokusnya jelas maka penyampaian komunikasinyapun lebih mudah untuk dipahami.

KETERBATASAN PENELITIAN
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah terdapatnya variabel yang tidak lolos uji melalui analisis korelalsi yaitu waktu penayangan, sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat kemungkinan dasar teori yang digunakan untuk menentukan indikator – indikator waktu penayangan belum memadai. Atau terdapat kemungkinan indikator waktu penayangan tidak sesuai dengan apa yang dipersepsikan oleh pemirsa selama ini.

AGENDA PENELITIAN MENDATANG
Untuk penelitian mendatang sebaiknya mengganti indikator – indikator waktu penayangan dengan indikator – indikator yang lebih bersifat kualitatif perhatian terhadap program, jenis media televise dan keterlibatan pemirsa (Ephron, 1998)

DAFTAR PUSTAKA
Aaker David A., Douglas M Stayman,1992,  “Measuring Audience Perceptions of Commercials and Relating Them to Ad Impact”, Journal od advertising Research, 30,4,7-17.
Andrews, J. C., 1989,”The Dimensionality of Beliefs Toward Advertising in General”, Journal of Advertising, 18,1,26-35
Alwitt, Linda F., dan Paul R. Prabhakar, 1992, “Funcional and Belief Dimentions of Attitudes to Television Advertising”, Journal of Advertising Research, 32,5,30-42.
Arbucke, J.L., 1997, Amos Users’Guide Version 3.6, Chicago : Smallwaters Corporation.
Bacon, L. D., 1997, Using Amos for Structural Equation Modeling in Market Research: Lynd Bacon & Associates, SPSS Inc.
Barwise, T. P., 1986,“Repeat Viewing of Prime Time TV Series”, Journal of Advertising Research, 26,4, 9-14.
_____, A.S.C. Ehrenberg, 1987, “The Liking and Viewing of Regular TV Series”, Journal of Consumer Research, 14,1, 63-70
Carrie, D.G., 1997, “Pattern of Audiens Appreciation Ratings for Television Programmes”, Unpublished doctoral dissertation, London Business School, University of London.
Cooper, D.R. dan Emory C.W.,1995, Metode penelitian Bisnis, Jilid 1, Edisi kelima, Penerbit Erlangga.
Danaher, Peter J. dan Lawrie, Jenifer M. Lawrie, 1998, “Behavioral Measures of Television Audience Apreciation”, Journal of Advertising Research, January-February, 54-65.
_____, 1995, “What Happen to Television Ratings During Commercial Breaks ? “, Journal of Advertising Research, 35,1, 37-47.
Davis, B. dan Frech, W.A., 1989, “Exploring Advertising Usage Segments Among The Aged”, Journal of Advertising Research, February-march, 22-29.
Ephorn, Erwin, 1998,  “The Myth of King Super Midas” , In Esomar/Arf Worldwide Electronic and Broadcaster Audience Symposium, Vienna.
Gunter B., dan M. Wober, 1992, The reactive Viewer, London: John Libbey & Company