A. Zaenuddin
Jurusan Administrasi Niaga, Politeknik Negeri Semarang
Jl. Prof.H.Sudarto, SH, Tembalang,Kotak Pos 6199/SMS Semarang 50061
ABSTRACT
Aims of these research in finding
empirically are : 1) To analyze of factors in control environment at State Polytechnic
Semarang. 2) to analyze values of control environment factor at State Polytechnic
Semarang in terms of structural level and education background of employee. 3)
to analyze effect of control environment factors toward internal control system
at State Polytechnic Semarang.
These research used thirty respondents
Director, Vice Director, Heads and secretaries of course program. Heads of
AUKK, AAK, heads and sekretary of UPT, and head of financial division. Tool of
analysis used to prove
hipotesis are compare means,
one way anova, two way anova and multiple regression.
Variable
of internal control environment used in these research are philosophy,
structure, human resources, attention, accuracy of control in revering on Rachmat (2006), whereas external variable eksternal unaccurate, external control
environment are based on controlling employee. Average of each variables had
value scale of 3, except external variable had average 2.928.
F test value of all control environment variable were significant, so that there was no different of
control environment based on educational degree . F test value of control environment variable such as integcom,
philosophy, structure, human resources, attention,
external control were significant, so thre were not different of control
environment based on structural position with educational background.
Conclusion of these research are : 1) variable of integcom, structur and
external control had significant effect toward internal control system, however
2) human resources and attention variable had not affected toward internal
control system.
Keyword : Control environment, external control.
PENDAHULUAN
Sistem Pengendalian intern merupakan elemen dalam pengelolaan suatu
organisasi dan merupakan dasar bagi kegiatan operasional organisasi yang aman,
sehat dan dapat berkembang secara wajar. Sistem pengendalian intern dapat
membantu pengurus dan pengelola menjaga aset, menjamin tersajinya pelaporan
keuangan, manajerial yang akurat dan dapat dihandalkan, meningkatkan kepatuhan
terhadap ketentuan dan peraturan perundang-undangan serta mengurangi risiko
terjadinya penyimpangan dan pelanggaran.
Terselenggaranya sistem pengendalian intern yang handal dan efektif menjadi
tanggungjawab dari pengelola dan pejabat eksekutif. Implementasi sistem
pengendalian sering menemukan masalah antara lain: kurangnya mekanisme
pengawasan tercermin dari ketidakjelasan akuntabilitas dari pengelola dan
kegagalan dalam mengembangkan kesadaran dan budaya pengendalian, kurangnya
manajemen menerapkan sanksi bagi yang melanggar ketentuan, kebijakan dan
prosedur yang ditetapkan.
Menurut Murtanto (2005) pengendalian internal dapat membantu entitas
mencapai target kinerja dan profitabilitasnya, dan mencegah hilangnya sumber
yang dimiliki. Ini dapat membantu menjamin pelaporan keuangan yang handal. Hal
ini dapat juga membantu menjamin bahwa perusahaan mematuhi hokum dan regulasi,
menghindari rusaknya reputasi dan akibat lain. Pada pokoknya, pengendalian
internal dapat membantu entitas pergi kemanapun yang ingin dituju dan mencegah
kelemahan dan hambatan sepanjang proses tersebut.
Salah satu komponen terpenting dalam ruang lingkup sistem pengendalian
intern dan merupakan fondasi bagi komponen pengendalian intern lainnya adalah
lingkungan pengendalian (control
environment), yang mencerminkan
keseluruhan komitmen, perilaku, kepedulian dan langkah-langhak pengelola
(manajemen) dalam melaksanakan kegiatan pengendalian operasional perusahaan.
Menurut Murtanto (2005) pengendalian internal terdiri dari lima komponen
yang saling berkaitan. Kelima komponen tersebut diturunkan dari cara manajemen
mengelola bisnis dan dipadukan dengan proses manajemen. Walaupun komponen
tersebut berlaku pada semua entitas, perusahaan besar dan menengah mungkin
mengimplementasikannya secara berbeda dari perusahaan yang lebih besar.
Pengendaliannya mungkin kurang formal dan terstruktur, namun perusahaan kecil
masih dapat memiliki pengendalian internal yang handal. Kelima komponen
tersebut adalah lingkungan pengendalian (control
environment) , penilaian risiko (risk
assessment), aktivitas pengendalian (control
activity), informasi dan komunikasi (information
and communication) dan pemantauan (monitoring).
Komponen lingkungan pengendalian (control
environment) merupakan fondasi atau dasar bagi pembentukan komponen
pengendalian intern lainnya. Karena menurut Bridge, M. dan Moss, I dalam
Murtanto (2005) “It permeates all other controls because it sets the tone at the top”.
Selanjutnya menurut Murtanto (2005) lingkungan pengendalian menunjukkan
atmosfir atau suasana (sets the tone)
dalam suatu organisasi yang mempengaruhi kesadaran pengendalian (control consciousness) dari orang-orang
dalam organisasi tersebut. Lingkungan
pengendalian ini merupakan fondasi bagi komponen lainnya dan sangat dipengaruhi
oleh suasana yang diciptkan dari atas atau tone
at the top, sehingga kehandalan sistem pengendalian intern sangat
tergantung dari kehandalan unsur-unsur lingkungan pengendalian. Lingkungan
pengendalian mempunyai struktur yang mengakar mempengaruhi sebagian besar
kegiatan proses bisnis meliputi unsur-unsur integritas manajemen dan
nilai-nilai etika, gaya operasi dan filosofi manajemen, pendelegasian wewenan
dan tanggungjawab (Ramos, 2004). Selanjutnya menurut Guy et. al (2002)
menjelaskan bahwa lingkungan pengendalian merupakan pondasi kedisiplinan dan
struktur dari semua komponen pengendalian internal lainnya. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kehandalan sistem pengendalian intern sdangat dipengaruhi
oleh unsur-unsur lingkungan pengendalian.
Politeknik Negeri Semarang
sebagai perguruan tinggi negeri yang menggunakan anggaran dari masyarakat dan
pemerintah pusat dituntut untuk melaksanakan sistem pengendalian intern secara
handal dan efektif terhadap pelaksanaan kegiatan/operasional yang menggunakan
anggaran. Pada tahun 2008 pimpinan
Polines telah membentuk dan mengangkat lima orang stafnya untuk menjadi satuan
tugas (Satgas) Sistem Pengendalian Intern.
Pimpinan Polines memiliki komitmen untuk melindungi stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku, serta nilai-nilai etika yang berlaku umum pada
organisasi publik.
Oleh karena itu pada penilitian ini, akan dilakukan pengujian terhadap
kehandalan sistem pengendalian intern di Polines. Selain itu, pada penelitian
ini akan diuji kehandalan unsur-unsur lingkungan pengendalian berdasarkan level
jabatan dan tingkat pendidikan, serta pengujian atas kehandalan unsur-unsur
lingkungan pengendalian berdasarkan interaksi level jabatan dan tingkat
pendidikan pegawai.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka perumusan penelitian ini adalah:
1. Apakah
unsur-unsur lingkungan pengendalian di Polines telah handal.
2. Apakah
penilaian unsur-unsur lingkungan pengendalian di Polines dipengaruhi oleh level
jabatan dan tingkat pendidikan pegawai Polines.
3. Apakah
unsur-unsur lingkungan pengendalian berpengaruh secara signifikan untuk menciptakan
sistem pengendalian intern yang handal di Polines.
Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi, menganalisis dan
memperoleh bukti empiris mengenai kehandalan unsur-unsur lingkungan
pengendalian (control environment) di
Polines.
2. Mengidentifikasi, menganalisis dan
memperoleh bukti empiris mengenai penilaian
unsur-unsur lingkungan pengendalian (control
environment) di Polines berdasarkan level jabatan dan tingkat pendidikan
pegawai/responden
3. Mengidentifikasi, menganalisis dan
memperoleh bukti empiris pengaruh unsur-unsur lingkungan pengendalian (control environment) terhadap sistem
pengendalian di Polines
Manfaat Penelitian
1. Diharapkan dapat memberikan kontribusi
pada Pimpinan Polines dalam memegang
komitmen pengendalian finansial sesuai dengan anggaran yang ditetapkan dengan
mempertimbangkan unsur-unsur pengendalian.
2. Diharapkan dapat memberikan kontribusi
pada Satuan Tugas Monev (monitoring dan evaluasi) dan Satuan Tugas SPI ( Sistem
Pengendalian Intern) Polines dalam penyusunan dan pelaksanaan sistem pengendalian
intern di Polines guna meningkatkan kualitas dan meningkatkan kinerja finansial
di Polines.
Telaah Teori Dan Pengembangan
Hipotesis
Pengertian Pengendalian Intern (Internal
Control)
Pengendalian intern yang didefinisikan oleh AICPA (Sawyer et al,
2005) adalah: suatu proses yang dipengaruhi oleh aktivitas dewan komisaris,
manajemen atau pegawai lainnya yang dirancang untuk memberikan kenyakinan yang
wajar mengenai pencapaian tujuan pada hal-hal berikut: 1) kehandalan pelaporan
keuangan, 2) efektivitas dan efisiensi operasi dan 3) ketaatan terhadap hokum
dan peraturan yang berlaku. Sedangkan definisi pengendalian menurut COSO (1992)
adalah: “Internal control is a process,
effected by an entity’s board of directors, management and other personal, designed
to provide reasionable assurance regarding the achievement of objective in the
following categories: 1) effectiveness and efficiency of operations, 2)
reliability of financial reporting, 3) compliance with applicable laws and
regulations.”
Pengertian Good Corporate
Governance (GCG)
Menurut Organization for Economic Cooperation and
Development (Aldrige & Sutojo, 2005) corporate governance adalah sistem yang dipergunakan untuk
mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan. Corporate governance mengatur pembagian tugas, hak dan kewajiban
mereka yang berkepentingan terhadap kehidupan perusahaan, termasuk para
pemegang saham, dewan pengurus, para manajer, dan semua anggota stakeholders non pemegang saham.
Salah satu
penerapan prinsip good corporate governance adalah pengungkapan
informasi perusahaan secara transparan menjadi salah satu sarana untuk
menerapkan sistem pengendalian intern perusahaan. Dengan sistem pengendalian
intern yang efektif perusahaan dapat terhindar dari malapetaka kerugian besar,
karena hal-hal yang sebelumnya tidak pernah disangka bakal terjadi (Aldrige
& Sutojo, 2005). Tanpa sistem pengendalian intern yang efektif kendala atau
risiko yang dapat menyebabkan kerugian besar dapat berlangsung lama tanpa
terdeteksi pemilik perusahaan.
Komponen Pengendalian Intern
SAS
mendefinisikan lima komponen pengendalian intern yang saling berkaitan pada
pernyataan COSO (Sawyer et al, 2005) yaitu: 1) lingkungan pengendalian, 2)
penentuan risiko, 3) aktivitas pengendalian, 4) informasi dan komunikasi, 5)
pengawasan. Terdapat hubungan langsung antara tujuan, yang merupakan hal yang
diperjuangkan untuk dicapai perusahaan dan komponen-komponen tersebut yang
mencerminkan hal-hal yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Menurut Guy et al
(2002) menjelaskan bahwa pengendalian intern terdiri dari lima komponen yaitu
lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, pemrosesan
informasi dan komunikasi, serta pemantauan (monitoring).
Lingkungan Pengendalian (Control
Environment)
Menurut Guy et al
(2002) menjelaskan lingkungan pengendalian menentukan kualitas entitas dengan
mempengaruhi kesadaran akan pengendalian dari orang-orang sekitarnya.
Lingkungan pengendalian merefleksikan keseluruhan sikap, kesadaran, dan
tindakan manajemen, karyawan, serta pihak-pihak lainnya mengenai pentingnya
pengendalian tersebut dan penekanan yang diberikannya dalam sebuah entitas. Hal ini merupakan pondasi kedisiplinan dan
struktur dari semua komponen pengendalian internal lainnya. Lingkungan
pengendalian terdiri dari tujuh faktor
Guy et al (2002) yaitu: 1) integritas dan nilai-nilai etika, 2) komitmen
terhadap kompetensi, 3) partisipasi dewan direksi dan komite audit, 4) gaya
operasi dan filosofi manajemen, 5) struktur organisasi, 6) pendelegasian
wewenang dan tanggungjawab dan 7) kebijakan dan praktek sumber daya manusia dan
aplikasinya.
Analisis Lingkungan Pengendalian
Menurut Mike
Bridge dan Ian Moss ( 2003) “ It
permeates all other controls because it sets the tone at the top”.
Sehingga evaluasi atas lingkungan
pengendalian cenderung dilakukan tersendiri disbanding komponen lainnya. Dennis
Applegate dan Ted Wills (1999) menganalisis sistem pengendalian intern
berdasarkan prinsip-prinsip COSO (1992)
yang terdiri dari struktur organisasi, pendelegasian wewenang dan
tanggungjawab, kebijakan dan praktek-praktek SDM, etika komitmen terhadap
kompetensi dan gaya operasional manajemen.
Hipotesis Penelitian
Komponen
lingkungan pengendalian adalah merupakan fondasi bagi komponen lainnya
(penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi,
monitoring) yang menyediakan disiplin dan struktur. Sehingga komponen lingkungan pengendalian
merupakan dasar bagi pembentukan komponen pengendalian intern lainnya.
Untuk melihat kondisi lingkungan pengendalian dalam sistem pengendalian intern Polines
telah handal dan efektif, maka perlu dilakukan uji hipotesis terhadap
unsur-unsur pengendalian yaitu: integritas dan nilai-nilai etika, komitmen
terhadap kompetensi, filosofi manajemen dan gaya operasi, struktur organisasi,
pembagian wewenang dan tanggungjawab, kebijakan dan praktek SDM, atensi dan
arahan dari pimpinan.
Unsur-unsur Lingkungan pengendalian adalah handal
Faktor yang mempengaruhi kehandalan lingkungan
pengendalian dalam organisasi sesuai COSO (1992): integritas dan nilai-nilai
etika, komitmen terhadap kompetensi, filosofi manajemen dan gaya operasi,
struktur organisasi, pembagian wewenang dan tanggungjawab, kebijakan dan
praktek SDM, atensi dan arahan dari pimpinan. Untuk menguji unsur-unsur lingkungan
pengendalian di Polines telah handal maka hipotesis sebagai berikut:
H1 : Unsur-unsur lingkungan pengendalian di
Polines adalah handal
H1 a:
Lingkungan pengendalian untuk unsur integritas dan nilai-nilai etika serta
komitmen terhadap kompetensi Polines adalah handal
Unsur filosofi manajemen dan gaya kepemimpinan
Filosofi manajemen dan gaya kepemimpinan
ditunjukkan dari sikap manajemen yang agresif atau konservatif dalam mensikapi
tingkat risiko, mekanisme pergantian manajer, frekuensi, sifat dan pola pergantiannya,
interaksi antar pimpinan, perhatian dan sikap terhadap pemrosesan data dan
sistem informasi, pemilihan kebijakan akuntansi, pelaporan keuangan dan
pengamanan asset. Untuk menguji filosofi
manajemen dan gaya kepemimpinan di Polines telah handal maka rumusan hipotesis:
H1 :
Lingkungan pengendalian untuk unsur filosofi manajemen dan gaya kepemimpinan
Polines adalah handal
Unsur struktur organisasi
Unsur struktur
organisasi ditunjukkan dari adanya rumusan yang jelas area kunci kewenangan dan
tanggungjawab serta garis pelaporan yang tepat . Untuk menguji struktur
organisasi di Polines telah handal maka rumusan hipotesis:
H1 c: Lingkungan
pengendalian untuk unsur struktur organisasi Polines adalah handal
:
H1 d: Lingkungan
pengendalian untuk unsur kebijakan dan praktek MSDM Polines adalah handal
Unsur atensi dan arahan manajemen
Untuk menguji
unsur atensi dan arahan manajemen di Polines telah handal maka rumusan
hipotesis:
H1 e: Lingkungan pengendalian untuk unsur atensi dan arahan
manajemen Polines adalah handal
1. Faktor eksternal yang mempengaruhi
operasional Polines dan penerapan manajemen risiko
H1 f: Lingkungan pengendalian untuk unsur faktor
ekternal yang mempengaruhi operasional dan penerapan manajemen risiko Polines adalah handal
Penilaian Kehandalan Unsur-unsur Lingkungan Pengendalian berdasarkan
Jabatan Responden
Peneliti menduga
bahwa penilaian kehandalan unsur-unsur lingkungan pengendalian ada hubungannya
dengan jabatan responden sebagai penilai. Untuk menguji dugaan tersebut
peneliti mengajukan hipotesis:
H 2 : Penilaian kehandalan unsur-unsur lingkungan
pengendalian adalah berbeda berdasarkan jabatan responden
Penilaian Kehandalan Unsur-unsur Lingkungan Pengendalian Berdasarkan
Tingkat Pendidikan
Peneliti menduga
bahwa penilaian kehandalan unsur-unsur lingkungan pengendalian ada hubungannya
dengan pendidikan responden sebagai penilai. Untuk menguji dugaan tersebut
peneliti mengajukan hipotesis:
H 3 : Penilaian kehandalan unsur-unsur lingkungan
pengendalian adalah berbeda berdasarkan pendidikan responden
Penilaian Kehandalan Unsur-unsur Lingkungan
Pengendalian Berdasarkan Interaksi antara Jabatan dan Tingkat Pendidikan
Responden
Jabatan dan
pendidikan adalah dua hal penting yang sangat mungkin mempengaruhi sudut
pandang seseorang dalam menentukan jawaban dari sebua pertanyaan. Interaksi
dari keduanya sangat mungkin berpengaruh. Oleh karena itu peneliti menduga
bahwa penilaian kehandalan unsur-unsur lingkungan pengendalian ada hubunganya
dengan interaksi antara jabatan dan pendidikan responden sebagai penilai. Untuk
menguji dugaan tersebut peneliti mengajukan hipotesis:
H 4 : Penilaian kehandalan unsur-unsur lingkungan pengendalian
adalah berbeda berdasarkan interaksi antara jabatan dan tingkat pendidikan
responden
Unsur-unsur Lingkungan Pengendalian
Berpengaruh Signifikan terhadap Kehandalan Sistem Pengendalian Intern
Secara teori, unsur-unsur lingkungan pengendalian
sangat berpengaruh terhadap kehandalan sistem pengendalian intern. Untuk
mengetahui unsur-unsur yang paling berpengaruh secara nyata berdasarkan hasil
jawaban kuesioner, peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H 5 : Penilaian
kehandalan unsur-unsur lingkungan pengendalian berpengaruh secara signifikan
terhadap kehandalan sistem pengendalian intern
Metode Penelitian
Penelitian ini
dilakukan untuk melihat apakah kondisi lingkungan pengendalian (control environment) dalam sistem
pengendalian intern Polines telah handal dan penerapan sistem pengendalian
intern terhadap kegiatan usaha dan operasional pada setiap jenjang organisasi
telah dipahami oleh seluruh pejabat Polines, serta pelaksanaan sistem
pengendalian intern telah dilakukan secara handal sesuai dengan ketentuan dan
peraturan perundangan yang berlaku.
Populasi Penelitian
Dalam penelitian
ini, metode yang digunakan adalah sensus yaitu seluruh pejabat di
Polines antara lain: Direktur, Pembantu Direktur, Ketua Jurusan, Sekretaris
Jurusan, Kabag AUKK, AAK, Kepala UPT, Sekretaris UPT, dan Kasubag.
Prosedur Pengumpulan Data
Metode
pengumpulan data dengan menggunakan teknik observasi, kuesioner dan studi
pustaka.
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel-variabel dari unsur-unsur control environment adalah :
1. Intergritas dan nilai-nilai etika serta
komitmen terhadap kompetensi (INTEGKOM). Untuk menguji hipotesis H1 a skor
INTEGKOM terdiri dari 12 pertanyaan
2. Filosofi manajemen dan gaya kepemimpinan
(FILOSOFI). Untuk menguji hipotesis H1 b skor FILOSOFI terdiri dari 14
pertanyaan yang dihitung untuk dijadikan variable FILOSOFI
3. Struktur organisasi (STRUKTUR), Untuk
menguji hipotesis H1 c skor STRUKTUR terdiri dari 6 pertanyaan yang dihitung
untuk dijadikan variable STRUKTUR dengan rumus STRUKTUR = mean
4. Kebijakan dan Praktek Manajemen sumber
daya manusia (SDM). Untuk menguji hipotesis H1 d skor SDM terdiri dari 12
pertanyaan yang dihitung untuk dijadikan variabel SDM dengan rumus SDM = mean (pertanyaan 1 sampai 12).
5. Atensi dan arahan manajemen (ATENSI).
Untuk menguji hipotesis H1 e skor ATENSI terdiri dari 5 pertanyaan yang
dihitung untuk dijadikan variabel ATENSI dengan rumus ATENSI = mean (pertanyaan 1 sampai 5).
6. Faktor-faktor eksternal yang
mempengaruhi operasional dan penerapan manajemen risiko (EKSTERNAL). Untuk
menguji hipotesis H1 f skor EKSTERNAL terdiri dari 6 pertanyaan yang dihitung
untuk dijadikan variable EKSTERNAL dengan rumus EKSTERNAL = mean (pertanyaan 1 sampai 6).
7. Variabel jabatan dan pendidikan
responden digunakan sebagai variable pembeda. Untuk menguji hipotesis kedua,
tiga dan empat yaitu adanya perbedaan penilaian unsur-unsur lingkungan
pengendalian berdasarkan jabatan, pendidikan dan interaksi antara jabatan dan
pendidikan.
8. Variabel sistem pengendalian
intern (CONTROL). Untuk menguji hipotesis kelima skor CONTROL merupakan skor
dari 3 pertanyaan dengan rumus CONTROL = mean
(pertanyaan 1 sampai dengan 3). Seluruh pertanyaan menggunakan skala Likert 1 sampai 5, dimana 5
menyatakan sangat setuju dan 1 sangat tidak setuju.
Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis
Peneliti
menggunakan kuesioner yang diadopsi dari
COSO (1992). Validitas dan reliabilitas dari instrument pertanyaan akan
diuji. Menurut ghozali (2005) uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau
valid tidak suatu kuesioner. Pengujian valid atau tidaknya masing-masing butir
pertanyaan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Metode alpha digunakan untuk mencari reliabilitas
instrumen yang skornya merupakan rentangan antara beberapa nilai misal skala 0
sampai 10 atau antara 1 sampai 5. instrumen dikatakan reliabel jika koefisien Alpha Cronbach lebih besar dari 0,6
(Nunnaly dalam Ghozali, 2005).
Teknik
analisis data akan menggunakan uji statistik parametrik yaitu, one way ANOVA, Two way ANOVA dan
Regresi Berganda.
1. Untuk
menguji hipotesis H1 a, b, c, d, e dan f dilakukan Ho : mean = 3 atau mean >
3, Ho diterima atau tidak ditolak yang berarti unsur-unsur lingkungan
pengendalian telah handal
2.
Untuk menguji hipotesis H2, dan H3 dengan menggunakan
uji one way ANOVA dimana menggunakan
variabel jabatan dan pendidikan sebagai faktor pembeda
3.
Untuk menguji hipotesis H4, dengan menggunakan uji Two way ANOVA dimana merupakan perluasan
dari uji one way ANOVA dimana
variabel yang dianggap sebagai pembeda yaitu jabatan dan pendidikan diuji
sekaligus dan dapat diketahui pengaruh interaksi antara keduanya.
4.
Untuk menguji hipotesis H5, dengan menggunakan analisis
regresi linier berganda dimana variabel terikat adalah sistem pengendalian
intern dan varibel bebasnya adalah unsur-unsur lingkungan pengendalian.
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini pemiliki
pendidikan terbesar tamat Sarjana yaitu untuk keseluruhan responden sebanyak 17
orang (56,7 persen), tamat Diploma sebanyak 2 orang (6,7 persen), dan yang
tamat Pasca Sarjana sebanyak 11 orang (36,7 persen). Skala teoritis
masing-masing pertanyaan integkom 12 – 60, filosofi 14 – 70, struktur 6 – 30,
sumber daya manusia 12 – 60, atensi 5 – 25, eksternal 6 – 30, control 3 – 15
dan skala aktual jawaban responden masing-masing integkom 12 – 58, filosofi 26
– 61, struktur 10 – 30, sumber daya manusia 16 – 58, atensi 12 – 23, eksternal
11 – 26, control 5 – 15.
Pada uji konsistensi internal koefisien Cronbach's
Alpha menunjukkan tidak ada koefisien yang kurang dari nilai batas minimal
0,60 (Hair et.al. 1998). Selanjutnya
pada pengujian validitas dengan analisis faktor yang dimaksudkan untuk memastikan
bahwa masing masing pertanyaan akan terklarifikasi pada variabel-variabel yang
telah ditentukan (construct validity)
(Kerlinger, 1964; Chenhall dan Morris, 1986). Uji analisis faktor ini dilakukan
terhadap nilai setiap variabel dengan Varimax Rotation, nilai Kaiser’s
MSA yang disyaratkan agar data yang terkumpul dapat tepat dilakukan
analisis faktor adalah di atas 0,50 dan hal ini juga akan menunjukkan contruct
validity dari masing-masing variabel (Kaiser dan Rce 1974). Hasil pengujian
analisis faktor menunjukkan nilai di atas 0,50, artinya validitas pada
masing-masing variabel yaitu integkom, filosofi, struktur, sumber daya manusia,
atensi , eksternal, control cukup valid. Sedangkan tingkat signifikansinya menunjukkan signifikan pada tingkat 0,01
(Hair et al 1998).
Uji hipotesis 1
Berdasarkan hasil pengujian terlihat bahwa variabel
lingkungan pengendalian yaitu integkom, filosofi, struktur, sumber daya manusia, atensi, control adalah handal, sesuai hasil penelitian dari Rachmat
(2006), kecuali variabel eksternal yang belum handal, adapun yang dimaksud
lingkungan pengendalian eksternal ini pengendalian dari karyawan, dari
eksternal Polines. Hal itu dapat dilihat dari nilai skor rata-rata
masing-masing variabel mempunyai nilai lebih besar atau sama dengan 3, kecuali
variabel eksternal yang mempunyai nilai kurang dari 3, yaitu sebesar 2.928.
Polines menjelaskan bahwa lingkungan pengendalian mencerminkan keseluruhan
komitmen, perilaku, kepedulian dan langkah-langkah Direktur, Pembantu Direktur
dan Satgas SPI dalam melaksanakan kegiatan pengendalian Polines.
Uji hipotesis 2
Nilai F hitung untuk semua variabel lingkungan
pengendalian integkom,
filosofi, struktur, sumber daya manusia, atensi, eksternal mempunyai nilai
signifikansi yang lebih besar dari 0.05. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat perbedaan lingkungan pengendalian berdasar tingkat pendidikan
responden. Pengetahuan dan ketrampilan tergatung dari hasil pendidikan,
pelatihan dan pengalaman, menurut Krishna Panji (2005) menegaskan bahwa manajemen
harus mengidentifikasi pengetahuan, ketrampilan/keahlian untuk berbagai
pekerjaan dan menyediakan pelatihan serta penilaian kinerja.
Uji
Hipotesis 3
Nilai F hitung untuk semua variabel lingkungan
pengendalian integkom,
filosofi, struktur, sumber daya manusia, atensi, eksternal mempunyai nilai signifikansi yang lebih besar
dari 0.05. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan lingkungan
pengendalian berdasar jabatan responden. Sesuai dengan hasil temuan dari
Rachmat (2006) unsur-unsur pengendalian tidak ada perbedaan berdasar jabatan
responden.
Uji
Hipotesis 4
Nilai F hitung untuk semua variabel lingkungan
pengendalian integkom,
filosofi, struktur, sumber daya manusia, atensi, eksternal mempunyai nilai signifikansi yang lebih besar
dari 0.05. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan lingkungan
pengendalian berdasar interaksi jabatan responden dengan tingkat pendidikan.
Jabatan dan tingkat pendidikan sangat mungkin mempengaruhi sudut pandang
seseorang dalam menentukan jawaban pertanyaan, hal ini terbukti bahwa penilaian
kehandalan unsur-unsur pengendalian ada hubungannya dengan interaksi jabatan
dan pendidikan responden di Politeknik Negeri menjelaskan Semarang sebagai
penilai. Menurut Guy et al (2002) menjelaskan lingkungan pengendalian
menentukan kualitas entitas dengan mempengaruhi kesadaran akan pengendalian.
Uji
Hipotesis 5
Dari hasil pengujian pengaruh unsur lingkungan
pengendalian intern terhadap sistem pengendalian intern terlihat bahwa variabel
integkom, filosofi, struktur dan eksternal mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap sistem pengendalian intern (sig < 0.05). Adapun variabel SDM dan
atensi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap sistem pengendalian
intern (sig < 0.05). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian menurut
Guy et al (2002), Rachmat (2006) lingkungan pengendalian terdiri tujuh faktor
berpengaruh terhadap sistem pengendalian. Hasil penelitian ini ada satu
variabel membedakan yaitu variabel SDM
di Polines tidak mempunyai pengaruh terhadap sistem pengendalian intern.
Lingkungan pengendalian mempunyai struktur yang mengakar mempengaruhi sebagian
besar kegiatan proses bisnis meliputi unsur-unsur integritas manajemen dan
nilai-nilai etika, gaya operasi dan filosofi manajemen, pendelegasian wewenang dan
tanggungjawab (Ramos, 2004).
PENUTUP
Kesimpulan
Variabel lingkungan pengendalian yaitu variabel integritas nilai-nilai
etika dan komitmen terhadap
kompetensi (integkom), variabel filosofi manajemen dan gaya kepemimpinan
(filosofi), struktur organisasi, kebijakan dan praktek manajemen sumber daya
manusia (SDM), atensi dan arahan manajmen (atensi), variabel sistem
pengendalian (control) di Polines adalah handal,
sesuai hasil penelitian dari Rachmat (2006), kecuali variabel eksternal yang
belum handal.
Nilai F hitung untuk semua variabel lingkungan
pengendalian integkom,
filosofi, struktur, sumber daya manusia, atensi, eksternal mempunyai nilai
signifikansi yang lebih besar dari 0.05. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat perbedaan lingkungan pengendalian integkom, filosofi, struktur,
sumber daya manusia, atensi, eksternal
berdasar tingkat pendidikan responden. nilai F hitung untuk semua variabel lingkungan
pengendalian mempunyai nilai signifikansi yang lebih besar dari 0.05. Jadi
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan lingkungan pengendalian
berdasar jabatan responden Sesuai dengan hasil temuan dari Rachmat (2006)
unsur-unsur pengendalian tidak ada perbedaan berdasar jabatan responden.
Nilai F hitung untuk semua variabel lingkungan
pengendalian integkom,
filosofi, struktur, sumber daya manusia, atensi, eksternal mempunyai nilai signifikansi yang lebih besar
dari 0.05. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan lingkungan
pengendalian berdasar interaksi jabatan responden dengan tingkat pendidikan,
sesuai dengan hasil temuan dari Rachmat (2006) dan Menurut Guy et al (2002)
menjelaskan lingkungan pengendalian menentukan kualitas entitas dengan
mempengaruhi kesadaran akan pengendalian. Unsur-unsur lingkungan
pengendalian intern terhadap sistem pengendalian intern terlihat bahwa variabel
integkom, filosofi, struktur dan eksternal mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap sistem pengendalian intern (sig < 0.05). Adapun variabel SDM dan
atensi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap sistem pengendalian
intern (sig < 0.05). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian menurut
Guy et al (2002), Rachmat (2006) lingkungan pengendalian terdiri tujuh faktor
berpengaruh terhadap sistem pengendalian
Keterbatasan
Penelitian ini
tidak lepas dari beberapa keterbatasan yang mungkin dapat mengganggu hasil
penelitian. Adapun keterbatasan-keterbatasan tersebut sebagai berikut:
1. Penggunaan instrumen yang digunakan berupa
persepsi responden, hal ini akan menimbulkan masalah jika persepsi tersebut
berbeda dengan keadaan senyatannya.
2. Variabel eksternal yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah eksternal dari responden sehingga menimbulkan banyak
persepsi yang berbeda.
3.
Obyek
wilayah penelitian ini hanya di Politeknik Negeri Semarang oleh karena itu
hasil penelitian ini tidak bisa digeneralisasi yang lebih luas.
Saran
Penelitian
ini mempunyai implikasi yang luas untuk berbagai pihak yang terkait dengan
sistem pengendalian intern sehingga perlu mempertimbangkan variabel – variabel
pengendalian yaitu integkom, filosofi, struktur, sumber daya manusia, atensi,
eksternal. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa penelitian ini
mengandung keterbatasan-keterbatasan. Namun demikian hasil penelitian ini
setidaknya dapat memberikan penjelasan tentang pelaksanaan pengendalian intern
yang sudah dilakasnakan oleh Politeknik Negeri Semaran. Penelitian lanjutan
diharapkan bisa memperluas responden sehingga hasilnya dapat menggeneralisasi
dari hasil penelitiannya. Dengan dilaksanakan penelitian ini dan penelitian
lanjutan diharapkan akan memberikan sumbangan pengembangan sistem pengendalian
intern atau unsur-unsur pengendalian intern.
DAFTAR PUSTAKA
Aldridge, E. John and
Sutojo, Siswanto. 2005. “Good corporate
Governance (Tata Kelola Perusahaan). PT. Damar Mulia Pustaka. Jakarta.
Applegate, Dennis. Wills, Ted. 1999. “Struggling to incorporate the COSO recommendation into your audit
process here’s one audit shop’s winning strategy. The Boung Company”. Published
by the Institute of Internal Auditors. http://www.coso.org/audit shop.htm
Dirjosuparto, Sukiswo. 2005. “Budaya Perusahaan”. Makalah disampaikan
dalam pendidikan SESPIBANK XL. LPPI. Jakarta
Ghozali, Imam. 2005. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program
SPSS”. Penerbit UNDIP. Semarang
Guy et al. 2002. Auditing Jilid 1 5th edition. Erlangga.
Jakarta
Institute Pendidikan & Pelatihan Audit dan Manajemen. 2003.
“Bahan-bahan Materi Pendidikan dan Pelatihan COSO”. Modul Pendidikan dan
Pelatihan Audit Intern. Jakarta
Institute Pendidikan & Pelatihan Audit dan Manajemen. 2003. “Internal Control System”. Modul
Pendidikan dan Pelatihan Audit Intern. Jakarta
Murtanto, 2005. “Sistem Pengendalian Internal untuk Bisnis”. Hecca Publishing. Jakarta
---------, 2005. “Alat
Evaluasi Pengendalian Internal untuk Bisnis”. Hecca Publishing. Jakarta
Ramos, Michael. 2004. “Evaluate The Control Environment”. http://www.aicpa.org/PUBS/jofa/may2004/ramos.htm
Rachmat, Sanyoto, 2006.
Analisis Kondisi Lingkungan Pengendalian dalam Sistem Pengendalian Intern di
Bank BTN. Maksi. UNDIP
Sawyer et at. 2005. Sawyer’s Internal Auditing Buku 1. 5th
edition. Salemba Empat. Jakarta
Sugiyono, 2006. “Metode Penelitian Bisnis”. Alfabeta, CV. Bandung
The Institute of Internal Auditors, 1992. “Internal Control-Intergarted Framework
Executive Summary”. http://www.coso.org/publications/executive
summary integrated framework.htm