Nur
Saada
Jurusan Teknik Mesin,
Politeknik Negeri Semarang
Jl.
Prof.H.Sudarto, SH, Tembalang,Kotak Pos 6199/SMS Semarang 50061
ABSTRACT
A lot of people
nowadays try to enter some business mainly as entrepreneur, wheatear it is
micro non in middle scale business either . the air to choose it because of
them own motivation forwards the national economic condition cannot create the
job seeker who need to earn then living better. Some of them choose the job
alternatively as an entrepreneur, they need to force their living for doing
that business but some of the also failed their business. By looking of the
experience for being failed, they have to develop their motivation and high
reason to increase the income more and more.
Key words :
business, entrepreneur.
PENDAHULUAN
Dalam
kehidupan sehari-hari, masih banyak orang menafsirkan dan memandang bahwa
kewirausahaan identik dengan yang dimiliki dan dilakukan oleh usahawan atau
wiraswasta. Pandangan tersebut kurang tepat karena jiwa dan sikap kewirausahaan
tidak hanya dimiliki oleh usahawan, namun juga oleh setiap orang yang berpikir
kreatif dan bertindak inovatif, misalnya petani, karyawan, pegawai pemerintah,
guru, mahasiswa, pimpinan proyek, dan lain sebagainya. Memang pada awalnya
kewirausahaan dijumpai dalam dunia bisnis, akan tetapi akhir-akhir ini
berkembang dalam berbagai aspek kehidupan.
Kewirausahaan
(entrepreneurship), inti dan
hakekatnya adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat,
dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui pemikiran
kreatif dan tindakan inovatif demi terciptanya peluang. Banyak orang, baik
pengusaha maupun yang bukan pengusaha, meraih sukses karena memiliki kemampuan
kreatif dan inovatif. Proses kreatif dan inovatif tersebut biasanya diawali
dengan munculnya ide-ide dan pemikiran-pemikiran untuk menciptakan sesuatu yang
baru dan berbeda.
Kreativitas
(creativity) adalah kemampuan
mengembangkan ide dan cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan menemukan
peluang (thinking new things).
Sedangkan inovasi (innovation) adalah
kemampuan menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan masalah dan menemukan
peluang (doing new things). Sesuatu
yang baru dan berbeda yang diciptakan wirausaha selain berbentuk hasil seperti
barang dan jasa, juga bisa berbentuk proses seperti ide, metode, dan cara. Hal
yang baru dan berbeda yang diciptakan melalui proses berpikir kreatif dan
bertindak inovatif merupakan nilai tambah akan menjadi keunggulan. Keunggulan
inilah yang menjadi daya saing yang diciptakan oleh para wirausaha.
Nilai
tambah yang tercipta adalah sumber peluang untuk sukses bagi wirausaha.
Kreativitas akan muncul apabila wirausaha melihat sesuatu yang telah dianggap
lama, dan berpikir sesuatu yang baru dan berbeda. Dengan demikian, sukses
kewirausahaan akan tercapai apabila seseorang berpikir dan melakukan sesuatu
yang baru atau sesuatu yang lama dengan cara-cara baru.
KAJIAN PUSTAKA
Fungsi Dan Peran
Wirausaha
Fungsi
dan peran wirausaha dapat dilihat melalui dua pendekatan, yaitu secara mikro
dan makro. Secara mikro, wirausaha memiliki dua peran, yaitu sebagai penemu (innovator) dan perencana (planner). Sebagai penemu, wirausaha
menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru, seperti produk, teknologi, cara,
ide, organisasi, dan sebagainya. Sebagai perencana, wirausaha berperan
merancang tindakan dan usaha baru, merencanakan strategi usaha baru,
merencanakan ide-ide dan peluang untuk meraih sukses, menciptakan organisasi
untuk menjalankan usaha yang baru, dan lain-lain. Secara makro, peran wirausaha
adalah menciptakan kemakmuran, mendapatkan penghasilan, dan membuka peluang
lapangan kerja yang berfungsi sebagai mesin pertumbuhan ekonomi. (Suryana, 2011
: 4).
Ide
dan peluang kewirausahaan dapat ditemukan apabila wirauasaha bersedia melakukan
evaluasi terhadap peluang secara terus-menerus melalui proses penciptaan
sesuatu yang baru dan berbeda, mengamati peluang, menganalisis proses secara
mendalam, dan memperhitungkan risiko yang mungkin terjadi. Untuk memperoleh
peluang, wirausaha harus memiliki berbagai kemampuan dan pengetahuan, seperti
kemampuan menghasilkan produk atau jasa, menghasilkan nilai tambah, merintis
usaha, melakukan proses atau teknik untuk mengembangkan usaha.
Proses
Kewirausahaan
Proses
kewirausahaan diawali dengan adanya suatu tantangan. Dari tantangan tersebut
timbul gagasan, kemauan, dan dorongan untuk berinisiatif, yang tidak lain
adalah berpikir kreatif dan bertindak inovatif, sehingga tantangan awal tadi
teratasi dan terpecahkan. Tidak adanya tantangan tidak akan kreatif, dan tidak
kreatif tidak akan ada tantangan. Semua tantangan pasti memiliki risiko, yaitu
kemungkinan berhasil atau gagal. Oleh karena itu, pelaku wirausaha adalah orang
yang berani menghadapi risiko dan menyukai tantangan. Ide kreatif dan inovatif
wirausaha tidak sedikit yang diawali dengan proses imitasi (peniruan) dan
duplikasi, kemudian meningkat menjadi proses pengembangan, dan berujung pada
proses penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda (inovasi). Tahap proses
penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda itulah yang disebut tahap
kewirausahaan. Tahap inovasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang
berasal dari pribadi maupun lingkungan. Faktor pribadi yang memicu
kewirausahaan adalah motif berprestasi, komitmen, nilai-nlai pribadi,
pendidikan, dan pengalaman. Sedangkan faktor pemicu yang berasal dari
lingkungan pada masa inovasi adalah peluang, model peran dan aktivitas.
Modal
Kewirausahaan
Dalam
kewirausahaan, modal tidak selalu identik dengan modal yang berwujud (tangible) seperti uang dan barang,
tetapi juga modal yang tidak berwujud (intangible)
seperti modal intelektual, modal sosial, modal moral, dan modal mental yang
dilandasi agama. Secara garis besar, modal kewirausahaan dapat dibagi ke dalam
empat jenis, yaitu modal intelektual, modal sosial dan moral, modal mental,
serta modal material.
a.
Modal
intelektual, dapat diwujudkan dalam bentuk ide-ide sebagai modal utama yang
disertai pengetahuan, keterampilan, komitmen, dan tanggung jawab sebagai modal
tambahan. Meskipun seorang wirauasaha memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi,
apabila tidak disertai komitmen yang tinggi, maka ia tidak akan dapat
menggunakan modal intelektualnya (Intellectual
Capital = Competency x Commitment). Sedangkan Competency = Capability x Authorithy, artinya wirausaha yang
kompeten adalah wirausaha yang memiliki kemampuan dan wewenang sendiri dalam
mengelola usahanya secara mandiri. Wirausaha selalu bebas menentukan usahanya,
tidak tergantung pada orang lain. Selanjutnya, Capability = Skill x Knowledge, artinya kapabilitas wirausaha
sangat ditentukan oleh keterampilan dan pengetahuan. Keterampilan dan
pengetahuan ini perlu juga dilengkapi dengan sikap serta motivasi untuk selalu
berprestasi membentuk kepribadian yang berjiwa kewirausahaan. Dalam
kewirausahaan, adanya kompetensi inti diharapkan akan tumbuh perkembangan kreativitas
dan inovasi dalam rangka menciptakan nilai tambah untuk meraih keunggulan
dengan berfokus pada pengembangan dan keunikan. (Suryana, 2011 : 6).
b.
Modal
Sosial dan Moral, Modal ini diwujudkan dalam bentuk kejujuran dan kepercayaan,
sehingga dapat terbentuk citra. Seorang wirausaha yang baik, biasanya memiliki etika
wirausaha seperti; kejujuran, memiliki integritas, menepati janji, kesetiaan,
kewajaran, suka membantu orang lain, menghormati orang lain, warga Negara yang
baik dan taat hukum, mengejar keunggulan, dan bertanggungjawab. Dalam konteks
ekonomi maupun sosial, kejujuran,integritas, dan ketepatan janji merupakan
modal sosial yang dapat menumbuhkan kepercayaan dari waktu ke waktu.
c.
Modal
Mental, adalah modal guna kesiapan mental berdasarkan landasan agama,
diwujudkan dalam bentuk keberanian untuk menghadapi risiko dan tantangan.
d.
Modal
material, adalah modal dalam bentuk uang atau barang. Modal ini terbentuk
apabila seseorang memiliki jenis-jenis modal di atas.
Jiwa
Kewirausahaan
Seseorang
yang telah memutuskan untuk menjadi pelaku usaha meskipun dalam skala kecil
dapat disebut sebagai wirausahawan. Sebagai seorang pelaku usaha atau
wirausahawan, maka ia perlu mengembangkan jiwa kewirausahaan. Dalam kehidupan
sehari-hari, sering kita menyaksikan seorang wirausahawan terjadi dengan
sendirinya dan kemudian sukses. Untuk yang demikian ini bisa disebut mereka
memiliki bakat. Namun kita juga sering menyaksikan, seseorang yang beberapa
tahun lalu ikut membantu orang lain menjalankan usaha dagang di sudut jalan,
sekarang telah membuka sendiri usaha dagangnya dan sukses. Contoh tersebut,
merupakan kehidupan nyata dunia usaha yang terbentuk dari kebiasaan, kata
pepatah, alah bisa karena biasa. Bagaimanakah hal tersebut bisa terjadi, dan
andaikata kita yang masuk kedalam dunia wirausaha, mungkinkah akan memperoleh
keberhasilan atau justru menemui kegagalan. Banyak tokoh besar yang meraih
kesuksesan dari kegagalan mereka. Contohnya, Soichiro Honda yang tidak diterima
sebagai teknisi di Toyota Motor Corporation. Namun, pada akhirnya ia berhasil
mendirikan perusahaan yang menjadi salah satu pesaing raksasa otomotif Jepang
tersebut. Tiga kali Steven Spielberg ditolak saat mendaftarkan diri di sekolah
film, tetapi pada akhirnya ia mampu menjadi seorang sutradara kawakan
Hollywood. (Kompas, Rabu 26 Juni 2013).
Mengembangkan
Jiwa Kewirausahaan
Kewirausahaan,
adalah kemampuan yang didalamnya mengandung unsur-unsur bakat (talents), ilmu pengetahuan dan
keterampilan. Didalam dunia nyata kita banyak menjumpai seseorang yang memiliki
sebuah usaha yang sangat maju, sementara diketahui bahwa latar belakang
pendidikan yang bersangkutan tidak terlalu berarti. Kondisi seperti ini dapat
dikatakan bahwa seseorang tersebut memiliki bakat sejak lahir. Apabila orang
semacam ini sambil menjalankan usahanya terus meningkatkan kemampuannya,
pengetahuan dan keterampilan dalam kompetensi bidang usaha, maka dapat
dipastikan usahanya akan semakin berkembang. (Mulyadi Nitisusastro, 2010 : 34).
Kepribadian yang
produktif
Seorang
wirausaha adalah orang yang memiliki kepribadian yang produktif. Produktif
adalah kegiatan yang menimbulkan atau meningkatkan kegunaan (utility). Kita mengenal beberapa macam utility, yaitu :
a.
Kegunaan
tempat (utiltity of Place)
b.
Kegunaan
waktu (utility of Time)
c.
Kegunaan
bentuk (utlity of Form)
d.
Kegunaan
kepemilikan (Utility of Ownership/Possesion),
dan sebagainya.
( Buchari Alma, 2001 : 55).
Jadi
segala bentuk kegiatan yang meningkatkan kegunaan adalah produktif, misalnya
tempat atau lahan kosong dijadikan tempat parkir, perubahan nilai uang atau harga
barang karena berjalannya waktu, bahan kain dijadikan pakaian, jasa pemindahan
hak milik, dan lain-lain. Gilmore,
menyatakan bahwa pribadi yang produktif (productive
person) ialah individu yang menghasilkan kontribusi bermanfaat bagi
lingkungannya. Seorang wirausaha jelas selalu member kontribusi positif bagi
lingkungannya, antara lain menampung tenaga kerja, memberi sumbangan sosial,
menjaga kebersihan, bergaul dengan sesama, dan sebagainya.
Menjalankan
Usaha
Dalam
menjalankan usaha, ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memulai atau
memasuki dunia usaha, yaitu:
1.
Merintis
usaha baru, yaitu membentuk dan membuka usaha baru dengan menggunakan modal,
ide, organisasi, dan manajemen yang dirancang sendiri. Ada tiga bentuk usaha
baru yang dapat dirintis: a. Perusahaan
milik sendiri (sole proprietorship),
yaitu bentuk usaha yang dimiliki dan dikelola sendiri oleh seseorang, b.
Persekutuan (partnership), yaitu
kerja sama (asosiasi) antara dua orang atau lebih, c. Perusahaan berbadan hokum
dengan modal berupa saham.
2.
Membeli
perusahaan orang lain (buying), yaitu
dengan membeli perusahaan yang telah didirikan atau dirintis dan diorganisir
oleh orang lain dengan nama (good will)
dan organisasi usaha yang sudah ada.
3.
Kerja
sama manajemen (franchising), yaitu
kerja sama antara wirausaha (franchisee)
dengan perusahaan besar (franchisor /
parent company) dalam mengadakan persetujuan jual-beli hak monopoli untuk
menyelenggarakan usaha (waralaba). Kerja sama ini biasanya dengan dukungan awal
seperti pemilihan tempat, rencana bangunan, pembelian peralatan, pola arus
kerja, pemilihan karyawan, pembukuan, pencatatan dan akuntansi, konsultasi,
penetapan standar, promosi, pengendalian mutu, riset, nasihat hukum,
sumber-sumber permodalan.
Dalam
merintis dan menjalankan dunia usaha, seseorang harus memiliki jiwa wirausaha.
Wirausaha adalah orang yang mengorganisir, mengelola, dan memiliki keberanian
menghadapi risiko. Sebagai pengelola dan pemilik usaha atau pelaksana usaha
kecil, harus memiliki kecakapan untuk bekerja, mengorganisir, kreatif, dan
menyukai adanya tantangan. (Suryana, 2011 : 100).
Menurut
Lambing, ada dua pendekatan utama yang digunakan wirausaha untuk mencari
peluang dengan mendirikan usaha baru: Pertama, pendekatan inside-out atau disebut
dengan idea generation, yaitu pendekatan berdasarkan gagasan sebagai
kunci yang menentukan keberhasilan usaha. Mereka melihat keterampilan sendiri,
kemampuan, latar belakang, dan sebagainya yang menentukan jenis usaha yang akan
dirintis. Kedua, pendekatan outside-in yang disebut juga opportunity
recognition, yaitu pendekatan yang menekankan pada basis ide, bahwa
perusahaan akan berhasil apabila menanggapi atau menciptakan kebutuhan di
pasar. Opportunity recognition tidak
lain adalah pengamatan lingkungan, yaitu sebagai cara pengembangan yang akan
ditransfer menjadi peluang-peluang ekonomi.
Keunggulan
dari pendatang baru di pasar adalah dapat mengidentifikasi “kebutuhan
pelanggan” dan “kemampuan pesaing”. Berdasarkan pendekatan inside-out tersebut,
untuk memulai menjalankan usaha, seorang calon wirausaha harus memiliki
kompetensi. Menurut Norman Scarborough, kompetensi usaha yang diperlukan
adalah:
a.
Kemampuan
teknik, yaitu kemampuan tentang bagaimana memproduksi barang dan jasa serta cara
menyajikannya.
b.
Kemampuan
pemasaran, yaitu kemampuan tentang bagaimana menemukan pasar dan pelanggan,
serta harga yang tepat.
c.
Kemampuan
financial, yaitu kemampuan tentang bagaimana memperoleh sumber-sumber dana dan
cara menggunakannya.
d.
Kemampuan
berhubungan, yaitu kemampuan tentang bagaimana cara mencari, memelihara,
menjalin dan mengembangkan relasi, serta kemampuan berkomunikasi dan negosiasi.
Dalam
memasuki arena bisnis atau memulai menjalankan usaha baru, seorang wirausaha
dituntut tidak hanya memiliki kemampuan, tetapi juga adanya ide dan kemauan.
Perlu digaris bawahi, bahwa ide dan kemauan tersebut harus diwujudkan dalam
bentuk produk dan jasa yang laku di pasar. Setelah ide dan kemauan, langkah
berikutnya adalah mencari sumber dana dan fasilitas, baik barang, uang, maupun
orang.
Dalam
merintis untuk menjalankan usaha baru, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan:
a.
Bidang
dan jenis usaha yang akan dijalankan.
b.
Bentuk
usaha dan kepemilikan yang akan dipilih.
c.
Tempat
usaha yang akan dipilih.
d.
Organisasi
usaha yang akan digunakan.
e.
Jaminan
usaha yang mungkin diperoleh.
f.
Lingkungan
usaha yang akan berpengaruh.
KESIMPULAN
Berdasarkan
kajian dalam mengembangkan jiwa kewirausahaan sebagai dasar menjalankan usaha,
maka dapat disimpulkan bahwa :
a.
Kewirausahaan
adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber
daya untuk mencari peluang menuju sukses.
b.
Jiwa
kewirausahaan dapat dikembangkan melalui proses kreatif dan inovatif bagi orang-orang yang berkemampuan menciptakan sesuatu
yang baru dan berbeda, serta menyukai tantangan.
c.
Untuk
menjalankan usaha selalu diawali dengan ide dan kemauan yang harus diwujudkan
dalam bentuk produk atau jasa yang mempunyai nilai jual dan laku di pasar.
DAFTAR PUSTAKA
Buchari
Alma. 2001. Kewirausahaan, Penuntun
Perkuliahan untuk Perguruan Tinggi. Bandung: CV Alfabeta.
Indriyo
Gitosudarmo. 1998. Pengantar Bisnis.
Cetakan Ketiga. Yogyakarta : BPEE.
Mulyadi
Nitisusastro. 2010. Kewirausahaan Dan
Manajemen Usaha Kecil. Bandung : Alfabeta.
Suryana. 2011. Kewirausahaan, Pedoman Praktis: Kiat dan
Proses Menuju Sukses. Edisi 3. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.