PENINGKATAN
KINERJA PRODUK MELALUI PEMBERDAYAAN DAYA
INOVASI
(Studi Kasus Pada UKM Batik
Tulis Ekspor Surakarta)
Utami Tri Sulistyorini
Jurusan Akuntansi,
Politeknik Negeri Semarang
Jl. Prof.H.Sudarto, SH,
Tembalang. Kotak Pos 6199/SMS Semarang 50061
ABSTRACT
This research is based on
the questions that can not be answered in the first research, those are : (1)
How the SME’s Surakarta batik export empower process innovativeness to increase
product’s performance; (2) How the SME’s Surakarta batik export empower
behavior innovativeness to increase product’s performance; and (3) How the
SME’s Surakarta batik export empower behavior innovativeness to increase
product’s performance. To answer these questions, this research used
qualitative research design with case study approach. This approach is chosen
because, this research is aimed to answer the question, how innovativeness is
empowered by SME”s Surakarta batik export to increase the product performance.
The result of this research
show as follow :
Behavior innovativeness is
empowered by SME’s Surakarta batik export through, benevolence based trust and
competence based trust. These trust is really effective to increase the
product’s performance.
Product
innovativeness is empowered effectively by SME’s Surakarta batik export,
through the development of ; the leader’s trust toward the supordinates’expertise;
the leader’s trust toward the subordinate’s vision forward; and the leader’s
trust toward the subordinates’ technology competencies.
Process innovativeness
is empowered effectively by SME’s Surakarta batik export , through the
development of ; the leader’s trust toward the subordinates’ technology
competencies; the leader’s trust toward the subordinates’ capabilities to learn
and develop continuesly; the leader’s trust toward the subordinate’s kindness;
the leader’s trust toward the subordinates’s fulfillment of their promes;
the leader’s trust toward the supordinates’expertise; the leader’s trust toward
; and the
leader’s trust toward the subordinate’s vision forward.
Keywords
: trust, process innovativeness, behavior innovativeness, product
innovativeness, product performance.
PENDAHULUAN
Seperti halnya penelitian
tahun pertama, penelitian tahun ke dua ini juga didasarkan pada akar
permasalahan UKM batik ekspor
Surakarta turunnya nilai ekspor UKM batik ekspor Surakarta yang disebabkan
rendahnya daya inovasi yang mereka miliki. Hal ini bisa dililhat dari hasil pra
survey terhadap 10 UKM batik ekspor
Surakarta, Disperindag dan data BPS.
Hasil pra survey di lapangan
terhadap 10 orang pengusaha batik ekspor di Kampung Laweyan Surakarta, pada
saat diajukan pertanyaan kepada mereka, apa yang menyebabkan penurunan volume
ekspor mereka, jawabannya adalah penurunan pesanan dari luar negeri. Kesimpulan
sementara hasil pra survey ini adalah
bahwa volume ekspor UKM batik ekspor Surakarta tergantung pada pesanan, bukan
tergantung pada daya inovasi mereka untuk menciptakan produk baru yang unik
yang akan diminati oleh pasar. Hasil ini diperkuat oleh Disperindag Surakarta
yang menyatakan bahwa volume ekspor pada
UKM batik ekspor Surakarta disebabkan oleh permasalahan internal yang merupakan
permasalahan yang timbul akibat kurang berkembangnya daya inovasi UKM batik ekspor
Surakarta. Hal ini tampak pada identifikasi permasalahan yang terdapat pada UKM
batik ekspor Surakarta yaitu produk
kurang memiliki daya – tembus ke pasar ekspor dan rendahnya obsesi untuk
melakukan inovasi tekonologi.
Daya inovasi dapat digerakkan secara efektif melalui pembangunan modal
sosial. Hasil penelitian Nahapiet & Ghosal (1998); Tsai & Ghossal
(1998); Melander & Nordqvist (2002); Adler & Kwon (2002); Clegg (2002);
McEvily, Perrone, dan Zaheer (2003); Carolis & Saparito (2006); Liao & Welsch (2005); Gima dan Murray (2007).; Tanas & Saee
(2007) ; serta Ellonen dkk (2008), menunjukkan bahwa dimensi modal sosial yang terdiri dari modal sosial
struktural, solidaritas dan trust yang tinggi memiliki dampak positif terhadap
efektivitas daya inovasi (innovativeness).
Lebih jauh mereka menyatakan bahwa modal social mampu menggerakkan daya inovasi
melalui peningkatan efisiensi dan efektivitas komunikasi, kerjasama dan
kolaborasi, dan komitmen.
Oleh sebab itu membangun modal sosial bagi UKM batik ekspor Surakarta sama
artinya dengan membangun penggerak daya inovasi mereka, yang mengarah pada satu
titik yaitu kinerja produk ekspor. Hal ini disebabkan bahwa daya inovasi akan
mampu menghasilkan produk yang unik dan memiliki nilai superior bagi pelanggan
yang telah tercatat sebagai
faktor strategis yang mendorong kinerja produk ekspor. Hasil penelitian Lumpkin
& Des (1996);Yamada (2003); Verhees dan Muelenberg (2004); Boettke dan
Coyne (2006), Carolis & Saparito (2006);
Tanas dan Sae (2007); Tien dan
Lee (2007); Luk dkk (2008); Man (2010) menunjukkan bahwa daya inovasi yang mampu menghasilkan produk inovatif
merupakan penentu utama kinerja produk ekspor baru. Lebih jauh hasil
penelitian mereka menunjukkan bahwa daya inovasi akan mengakibatkan peningkatan
kinerja produk ekspor.
Hasil penelitian tahun pertama menunjukkan bahwa daya inovasi UKM Batik
Surakarta dapat dipergunakan sebagai dasar peningkatan kinerja produk mereka.
Daya inovasi ini digerakkan oleh trust yang
dibangun berdasarkan hubungan dengan perusahaan lain yang sejenis serta
solidaritas yang dimiliki oleh UKM Batik Surakarta terhadap perusahaan partner
mereka. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model yang diajukan penelitian
ini telah berhasil dibangun berdasarkan hasil analisis data yang dikumpulkan di
lapangan. Dengan kata lain model yang dibangun dalam penelitian ini dapat
menjadi alat pemecah masalah kinerja produk UKM Batik Ekspor Surakarta.
Meskipun hasil uji model menunjukkan bahwa model penelitian ini fit untuk UKM Batik Ekspor Surakarta,
namun bukan berarti model penelitian ini langsung bisa dikembangkan pada UKM
Batik Ekspor Surakarta. Hal ini disebabkan dari hasil intepretasi model tidak
semua indikator variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini
memiliki pengaruh signifikan terhadap indikator variabel dependen. Hal ini
ditunjukkan bahwa hanya terdapat tiga dari empat dimensi daya inovasi yang
dikembangkan dalam penelitian ini yang dapat diberdayakan untuk meningkatkan
kinerja produk UKM batik ekspor Surakarta. Daya inovasi tersebut adalah daya
inovasi proses (process innovativeness),
stratejik (behavior innovativeness) dan
produk (product innovativeness).
Selain itu daya inovasi itu sendiri merupakan perilaku atau budaya perusahaan
yang selalu terbuka untuk ide baru, karena bersifat perilaku maka daya inovasi bersifat alamiah, yang tidak bisa
dijelaskan dengan angka – angka. Oleh sebab itu hasil penelitian tahun pertama
ini masih menyisakan pertanyaan – pertanyaan yang harus dijawab ketika model
penelitian tahun pertama ini ingin
diterapkan pada UKM Batik Ekspor Surakarta. Pertanyaan – pertanyaan tersebut
antara lain :
1) Bagaimana UKM Batik Ekspor Surakarta
memberdayakan process innovativeness
untuk meningkatkan kinerja produk mereka ?
2)
Bagaimana UKM
Batik Ekspor Surakarta memberdayakan behavior
innovativeness untuk meningkatkan kinerja produk mereka ?
3)
Bagaimana UKM Batik Ekspor Surakarta memberdayakan product innovativeness untuk
meningkatkan kinerja produk mereka ?
KAJIAN PUSTAKA
Daya Inovasi
Perusahaan yang memiliki daya inovasi cenderung
proaktif yang berisiko dalam melakukan inovasi. Aktivitas perusahaan yang rutin
diubah melalui daya inovasi untuk menciptakan lingkungan baru. Menurut Yamada
(2003) innovativeness terkait dengan
kemampuan melakukan aktivitas perubahan paradigma bisnis yang telah ada, dan
memperbaiki mekanisme strukturisasi pengetahuan untuk menciptakan bisnis
baru. Dalam kaitan ini peran utama
perusahaan tidak hanya memanfaatkan peluang bisnis, yang telah ada, tapi secara
aktif menghubungkan perusahaannya dengan peluang yang belum diketahui.
Baik dalam industri baru maupun industri yang
telah ada, innovativeness memunculkan
peluang untuk pengembangan bisnis, kemajuan teknologi, dan pencipataan kekayaan
bagi industri. Hal ini disebabkan karena kegiatan utama perusahaan adalah
meningkatkan kinerja produk ekspor dalam upaya menetrasi pasar.
Menurut Boettke dan Coyne (2006) innovativeness membawa kearah
peningkatan kinerja produk ekspor, yang. merupakan hasil ekspresi keterampilan
dan keinginan perusahaan untuk berinovasi atau melakukan inovasi produk.
Innovativeness seringkali diartikan sebagai budaya
perusahaan yang selalu terbuka untuk ide baru. Budaya ini menumbuhkan kemauan
pimpinan perusahaan untuk mempelajari dan menerima inovasi atau terlibat dan
mendukung proses kreatif yang dapat menghasilkan produk baru. Kemauan pimpinan
ini akan berdampak pada kemampuan perusahaan untuk selalu mencari sesuatu yang
baru dan kemampuan untuk menjalankan operasional perusahaan dengan lebih
kreatif.
Perusahaan dapat mencapai keunggulan
bersaing berkesinambungan melalui pemberdayaan daya inovasi. Perusahaan tidak
akan mampu bertahan hidup tanpa adanya daya inovasi yang mendorong kearah
penemuan produk baru, pasar baru dan sumberdaya baru. Dengan kata lain tanpa
adanya daya inovasi maka perusahaan tidak akan mampu melakukan inovasi produk,
pasar dan sumberdaya yang dapat berdampak pada keberhasilan mereka.
Menurut Ellonen,
dkk (2008) innovativeness merupakan
kunci yang menentukan keberhasilan perusahaan, yang dapat berupa product, process, administrative, dan technological innovativeness. Lebih jauh Ellonen, dkk menyatakan bahwa trust sangat berperan dalam pemberdayaan
innovativeness. Pendapat Ellonen, dkk
ini mendukung pendapat Clegg, dkk (2002) yang menyatakan bahwa trust mendorong proses inovasi, dimana
karyawan percaya perusahaan akan menanggapi dan menerapkan ide tersebut secara
serius, sehingga karyawan tumbuh kemampuannya untuk selalu menemukan ide – ide
baru.
Pemberdayaan Daya Inovasi
Perusahaan dapat mencapai keunggulan
bersaing berkesinambungan melalui pemberdayaan daya inovasi. Perusahaan tidak
akan mampu bertahan hidup tanpa adanya daya inovasi yang mendorong kearah
penemuan produk baru, pasar baru dan sumberdaya baru. Dengan kata lain tanpa
adanya daya inovasi maka perusahaan tidak akan mampu melakukan inovasi produk,
pasar dan sumberdaya yang dapat berdampak pada keberhasilan mereka.
Menurut Ellonen,
dkk (2008) innovativeness merupakan
kunci yang menentukan keberhasilan perusahaan, yang dapat berupa product, process, administrative, dan technological innovativeness. Lebih jauh Ellonen, dkk menyatakan bahwa trust sangat berperan dalam pemberdayaan
innovativeness. Pendapat Ellonen, dkk
ini mendukung pendapat Clegg, dkk (2002) yang menyatakan bahwa trust mendorong proses inovasi, dimana
karyawan percaya perusahaan akan menanggapi dan menerapkan ide tersebut secara
serius, sehingga karyawan tumbuh kemampuannya untuk selalu menemukan ide – ide
baru.
Menurut Carolis dan Saparito (2006) trust dapat menjadi aset khusus yang
mampu menciptakan keyakinan akan masa depan. Trust dalam jejaring dapat menyebabkan hubungan menjadi lebih erat.
Sehingga dapat dikatakan bahwa trust
yang dibangun di dalam jejaring hubungan dapat menyumbang pada innovativeness.
Kepercayaan
pada teman sejawat dapat menumbuhkan daya inovasi. Karyawan akan cenderung
berkembang daya inovasinya ketika mereka mendapatkan tanggapan positif dari
teman sejawatnya. Selain itu kepercayaan terhadap pimpinan juga akan
meningkatkan daya inovasi. Kepercayaan terhadap pimpinan dalam suatu perusahaan
menjadi dasar tumbuhnya iklim yang kondusif bagi budaya inovasi sebab trust membuat karyawan berani mengambil
risiko tanpa takut gagal ataupun dihukum.
Sama
dengan Ellonen, dkk, Tanas dan Saee (2007) menyatakan trust memiliki peran positif terhadap daya inovasi, dimana trust mendorong pertukaran secara
efisien, di bawah ketidakpastian dan keterbatasan peluang. Trust juga mengurangi biaya melalui kegiatan kolektif selain itu trust mengurangi tekanan pesaing
terhadap perusahaan dalam penciptaan daya inovasi.
McEvily,
Perrone, dan Zaheer (2003) lebih menekankan pada sisi negatif dari trust terhadap innovativeness. Mereka menyatakan bahwa informasi yang diterima
dari orang yang dipercaya dipandang lebih akurat dan relevan. Hal ini membawa
dampak pada keterbatasan informasi yang diterima oleh perusahaan. Ketika
informasi diterima dari orang yang dipercaya, maka seorang perusahaan tidak
akan mengecek secara detail akurasi dari informasi tersebut, dan bahkan
menganggap bahwa informasi tersebut pasti benar, dengan tidak mengecek kebenaran
informasi yang diterima, akibatnya perusahaan akan mengandalkan sumber
informasi yang terbatas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa trust akan menghambat tumbuhnya daya
inovasi.
Daya Inovasi dan Kinerja Produk Ekspor
Menurut
Boettke dan Coyne (2006) yang mengacu pendapat Urabe (1988) mengartikan innovativeness sebagai pengembangan ide
baru dan implementasinya ke dalam produk baru, atau jasa, mengarahkan pada
menciptakan keuntungan untuk perusahaan. Keuntungan perusahaan dapat diciptakan
melalui peningkatan kinerja produk ekspor, oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa
innovativeness mampu meningkatkan kinerja
produk ekspor perusahaan.
Man (2010)
mengacu pendapat Albach (1988), Sankar (1991), Edosomwan (1989) tentang
pengaruh innovativeness terhadap kinerja
produk ekspor, menyatakan bahwa: Pengembangan ide baru ke dalam suatu produk,
proses, atau jasa dapat meningkatkan pangsa pasar perusahaan dan mengarahkan
pada peningkatan kinerja produk ekspor; Perusahaan yang secara efektif
menerapkan innovativeness dapat menUKMati
keuntungan, dimana perusahaan akan mendapatkan keuntungan dari peningkatkan
produktivitas dan adaptabilitas dari perbaikan proses yang dilakukan
perusahaan; Penerapan ide baru dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi
perusahaan yang membawa pada peningkatan kinerja produk ekspor perusahaan.
Menurut Verhees
dan Muelenberg (2004) innovativeness
diartikan sebagai kemauan pemilik perusahaan untuk mempelajari dan mengambil
inovasi produk tertentu yang dibutuhkan oleh pelanggan. Daya inovasi ini akan
mampu menghasilkan produk yang dikehendaki oleh pelanggan dengan melakukan
modifikasi produk yang telah ada.
Tien dan Lee
(2007) mendukung pendapat Verhees dan Muelenberg dengan sisi pandang yang
berbeda. Menurut Tien dan Lee innovativeness
merupakan dasar keunggulan produk, yang dihubungkan dengan persepsi pelanggan
tentang kualitas, manfaat dan fungsi produk, yang dipandang sebagai faktor
strategis untuk meningkatkan kinerja produk ekspor. Dapat dikatakan bahwa innovativeness merupakan faktor utama
untuk meningkatkan kinerja produk ekspor, karena innovativeness akan membawa ke arah produk yang lebih baik.
Luk, dkk (2008)
menyatakan bahwa innovativeness
adalah salah satu budaya perusahaan yang menggambarkan bagaimana perusahaan
bersaing. Perusahaan yang
memiliki daya inovasi akan memiliki tendensi untuk menguasai, menerapkan dan
mengembangkan proses atau produk yang baru bagi perusahaan, meskipun proses
atau produk tersebut mungkin saja tidak baru bagi pesaingnya, namun akan mampu
meningkatkan kinerja produk ekspor perusahaan. Daya inovasi yang dimiliki oleh
perusahaan ini bukan dengan sendirinya ada melainkan digerakkan oleh trust. Trust mendorong munculnya daya inovasi perusahaan melalui kemampuan
perusahaan untuk mengubah sumberdaya produktif menjadi keuntungan.
Gambar 1
Kerangka Pemikiran
Teoritis Penelitian
Model Penelitian
Model penelitian
tahun ke 2 ini diharapkan mampu melengkapi model penelitian tahun pertama yaitu
“model peningkatan kinerja produk ekspor UKM batik ekspor Surakarta melalui
pembangunan modal sosial dan daya inovasi dan modal sosial. Peningkatan produk
ekspor adalah muara akhir dari kerangka pemikiran teoritis penelitian tahun ke
dua ini yang ditingkatkan melalui pemberdayaan daya inovasi UKM batik ekspor Surakarta. Hasil
penelitian tahun pertama menunjukkan bahwa daya inovasi sudah berhasil
diberdayakan dari hasil pembangunan modal sosial UKM batik ekspor Surakarta yang terdiri
dari hubungan antar UKM batik ekspor, solidaritas dan trust. Pertanyaan tahun
pertama yang masih tersisa untuk dijawab adalah bagaimana daya inovasi yang
merupakan budaya perusahaan ini dapat dijelaskan pemberdayaannya dalam
meningkatkan kinerja produk UKM batik ekspor Surakarta. Untuk lebih jelasnya model penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian tahun ke 2 ini adalah penelitian kualitatif . Penelitian
kualitatif meliputi studi pada sifat natural subyek, dimana peneliti berupaya
menterjemahkan dan memberi makna suatu fenomena dan arti yang ditujukan orang
terhadap fenomena tersebut (Shank,2002) Dalam penelitian yang akan dilakukan
itu fenomena yang muncul adalah penurunan kinerja produk UKM batik ekspor
Surakarta akibat rendahnya kemampuan mereka memberdayakan daya inovasinya,
dimana daya inovasi merupakan budaya inovasi atau perilaku inovasi UKM batik
ekspor Surakarta . Oleh sebab itu studi ini lebih sesuai menggunakan pendekatan
kualitatif. Dengan kata lain pendekatan kualitatif ini dipilih karena studi
yang akan dilaksanakan merupakan penelitian tentang pola berfikir dan perilaku,
yang meskipun tidak muskil namun sangat sulit untuk diangkakan, oleh sebab itu
pendekatan kualitatif lebih tepat.
Penelitian tahun ke 2 ini
direncanakan menggunakan studi kasus. Metode studi kasus ini dipilih karena
studi yang akan dilaksanakan ingin mendapatkan jawaban atas pertanyaan
bagaimana daya inovasi diberdayakan oleh UKM batik ekspor Surakarta untuk meningkatkan kinerja
produknya, dimana jawaban tersebut tidak menghasilkan hasil yang pasti dan
tidak dapat digeneralisasi. Sesuai pendapatan Yin (2002, hal.1) yang menyatakan
bahwa studi kasus lebih dipilih ketika pertanyaan “bagaimana” dan “mengapa”
diajukan.
Menurut Yin (2002, hal.13) studi
kasus merupakan metode yang digunakan untuk menjelaskan kondisi kontekstual
yang diyakini sangat berarti bagi fenomena penelitian yang ada. Kondisi
kontekstual dalam studi ini adalah kondisi bagaimana daya inovasi diberdayakan,
yang diyakini mampu meningkatkan kinerja produk UKM batik ekspor Surakarta. Dalam
penelitian ini studi kasus akan digunakan untuk menjelaskan asumsi hubungan
yang kompleks antara daya inovasi dan kinerja produk UKM batik ekspor Surakarta.
Terdapat beberapa kelemahan studi
kasus, yang antara lain ; pandangan peneliti kemungkinan mempengaruhi hasil
penelitian, kurang menyediakan dasar untuk generalisasi, dan hasil penelitian
merupakan dokumen yang tidak dapat dibaca. Untuk mengatasi kelemahan dari studi
kasus ini, penelitian ini akan menggunakan acuan referensi sehingga paling tidak
prosedur sistematis dapat dikembangkan dalam penelitian ini.
Unit analisis dalam penelitian ini adalah UKM batik ekspor Surakarta.
Alasan pemilihan UKM batik ekspor Surakarta sebagai unit analisis penelitian
ini disebabkan oleh :
Lumpkin dan Des (1996) mengacu
pendapat Burns & Stalker (1961) mengenalkan dua jenis struktur organisasi
yaitu organik dan mekanistik. Dari hasil penelitian mereka terhadap 20
perusahaan di Scotland
dan Inggris, mereka menyimpulkan bahwa perusahaan terbagi ke dalam dua struktur
formal yang kontras. Perusahaan organik cenderung pada desentralisasi,
informal, menekankan pada hubungan lateral, dan pengetahuan didistribusikan
secara adil melalui jejaring organisasi. Sedangkan perusahaan mekanik cenderung
pada sentralisasi, formal, memiliki karakteristik tingkat interaksi vertikal, dan
memiliki perbedaan khusus antar fungsi.
Hasil penelitian Lumpkin dan Dess
(1996) yang berdasarkan hasil penelitian Khandwalla (1977) serta Covin dan
Slevin (1991) menyatakan bahwa struktur organic sangat sesuai untuk penelitian
yang terkait dengan inovasi. Khanwalla menyatakan bahwa penelitian yang terkait
dengan inovasi membutuhkan perusahaan dengan flexibilitas dalam organisasi,
atau perusahaan yang memiliki struktur organisasi organic. Hampir sama dengan
Khandwalla, Covin dan Slevin (1991) menyarankan bahwa penelitian yang terkait
dengan inovasi harus dihubungkan dengan struktur formalisasi yang rendah, dan
desentrasilasi, dimana struktur tersebut terdapat pada struktur organisasi
organic.
Sama dengan penelitian Lumpkin dan Dess diatas
penelitian ini menggunakan hasil penelitian Khandwalla serta Covin dan Slevin,
penelitian ini akan menggunakan struktur organic.
Uji kelayakan instrument ini akan
dilakukan melalui (Yin, 20002 hal.34)
1)
Internal validity.
Karena penelitian ini merupakan studi kasus eksplanatori maka validitas
internal dibutuhkan. Dalam kaitan uji validitas internal penelitian akan
dilakukan dengan cara membandingkan data di lapangan dengan model yang
menjelaskan hubungan antara daya inovasi dengan kinerja produk.
2)
Reliability.
Dalam studi ini akan dilakukan uji ulang hanya untuk beberapa subyek yang
diteliti yang merespon baik. Uji ulang ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa
instrument penelitian yang digunakan adalah dapat dipercaya.
Pengumpulan data
dalam studi ini akan dilakukan dengan dua cara yaitu (Yin 2002, hal. 89 – 92)
1)
Indepth interview.
Dalam penelitian ini peneliti akan bertanya secara mendalam kepada subyek yang
diteliti kenyataan yang terjadi dan pendapat mereka bagaimana daya inovasi
diberdayakan untuk dapat meningkatkan kinerja produk mereka.
2)
Observation.
Dalam pengumpulan data peneliti akan melakukan interaksi secara pasif dengan
UKM batik ekspor Surakarta
sebagai subyek yang diteliti untuk melihat bagaimana daya inovasi diberdayakan
untuk dapat meningkatkan kinerja produk mereka.
Analisis data
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah (Yin, 2002 hal. 110-138)
1)
Pattern –
matching. Dalam penelitian ini pola – pola empiris yang telah dibangun
dibandingkan dengan prediksi di lapangan. Yang dimaksud dengan pola – pola
empiris disini adalah kerangka pemikiran teoritis yang telah dibangun di
bab II.
2)
Explanation
building. Penelitian ini akan melakukan analisis data melalui pembangunan
penjelasan tentang kasus yang diteliti. Yang dimaksudkan disini adalah
penjelasan tentang bagaimana daya inovasi diberdayakan untuk dapat meningkatkan
kinerja produk. Meskipun membutuhkan waktu yang cukup lama namun karena jenis
penelitian ini adalah studi kasus maka analisis data ini sebaiknya dilakukan.
3)
Logic model.
Penelitian ini akan menguji data di lapangan atau jawaban subyek yang diteliti
berulang kali untuk melihat perubahan proses bagaimana daya inovasi
diberdayakan untuk dapat meningkatkan kinerja produk. Pelaksanaan pengujian
dilakukan dengan penyesuaian data empiris hasil observasi dengan teori yang
dijadikan referensi.
PEMBAHASAN
Pemberdayaan Daya Inovasi
dalam Meningkatkan Kinerja Produk.
Daya inovasi dimaknai oleh UKM batik tulis Surakarta (yang menjadi
responden) sebagai keterampilan dan imajinasi untuk menciptakan sesuatu yang
baru. Daya inovasi ini diyakini sebagai kunci untuk bertahan dalam kondisi
persaingan yang ketat, bahkan dapat menjadi kunci keunggulan bersaing dan
menciptakan kualitas produk yang unik dan tidak mudah ditiru oleh pesaing.
Dapat dikatakan daya inovasi dianggap memainkan peran yang penting dalam
mencapai keunggulan bersaing yang berkesinambungan, yang merupakan landasan
kelangsungan hidup mereka.
Bagi mereka daya inovasi dan kualitas produk tidak dapat dipisahkan,
seorang pimpinan akan gagal menghasilkan kualitas produk batik tulis yang unik
jika tidak mampu memberdayakan daya inovasi yang dimilikinya. UKM batik tulis
Surakarta menyatakan bahwa sebenarnya mereka adalah para wirausahawan yang
berjuang untuk hidup dan berhasil, dalam hal ini daya inovasi merupakan orientasi
ataupun jiwa yang ada dan harus diadakan keberadaannya oleh seorang wirausaha.
Jiwa yang digambarkan sebagai semangat dan kemampuan untuk terus menghasilkan
sesuatu yang baru yang belum dimiliki oleh pesaing, yang bersifat unik sehingga
tidak mudah ditiru oleh pesaing, mengingat gerak cepat pesaing untuk melakukan
imitasi produk, merupakan modal dasar untuk mencapai keberhasilan mereka.
Lebih jauh mereka menyatakan bahwa daya inovasi merupakan kemampuan yang
dapat mereka berdayakan untuk dapat meraih peluang pasar lebih cepat dibanding
pesaing, sehingga keuntungan pasarpun dapat mereka nikmati lebih lama dibanding
pesaing. Kepemilikan daya inovasi ini tidak akan berarti jika mereka tidak
dapat mewujudkannya secara nyata ke dalam kualitas produk yang bukan saja lebih
baik dibanding pesaing, melainkan memiliki perbedaan yang diakui konsumen
dibanding produk pesaing. Akibatnya daya inovasi dapat membawa perusahaan
mereka untuk menyesuaikan dengan perubahan lingkungan dan bertahan hidup.
Daya inovasi dipandang juga oleh mereka sebagai kemampuan yang membawa ke
arah penghasilan bukan saja produk baru, namun juga proses dan perilaku baru.
Hal ini dapat dilihat dari kemampuan
perusahaan mereka untuk menghasilkan ide motif batik tulis baru, dan
melakukan eksperimen dengan motif tersebut dengan mencoba memproduksinya,
dimana proses produksi ini mengarahkan mereka pada proses ataupun produk baru.
Daya inovasi yang mereka miliki tidak saja mampu untuk mencapai atau menjaga
keunggulan bersaing pada pasar yang telah mereka kuasai seperti pasar lokal,
melainkan juga mampu untuk memasuki peluang baru yaitu pasar baru manca negara.
Pertanyaannya adalah mengapa daya inovasi diyakini mampu membawa mereka
pada keunggulan bersaing berkesinambungan melalui penciptaan motif batik tulis
yang unik yang diminati oleh pasar ? Mereka menyatakan bahwa daya inovasi yang
mereka memiliki akan membawa mereka pada keinginan dan kemauan untuk belajar
dan menyerap pengetahuan baru baik mengenai pasar maupun produk. Dapat
dikatakan perusahaan menjadi “learning
organization” akibat daya inovasi yang mereka miliki. Sungguh keiklasan
untuk menerima dan mencoba sesuatu yang baru dalam proses belajar mereka
merupakan suatu kunci pembuka ke arah kesuksesan bagi mereka yang tadinya tidak
mereka sadari. Sebagai contoh ketika motif batu muncul di batik pesisiran,
mereka berusaha mengadaptasi, dan menggabungkannya dengan motif batik tulis
truntum dan ternyata menghasilkan batik tulis unik yang sangat disukai oleh
konsumen manca negara. Belajar dari keberhasilan ini, daya inovasi yang mereka
miliki dicoba berdayakan secara dinamis, dalam arti penyerapan pengetahuan yang
dilakukan secara dinamis dan berkesinambungan tidak hanya terfokus pada tahun –
tahun ataupun peristiwa tertentu. Saat ini yang mereka rasakan adalah tumbuhnya
keberanian mereka untuk mengambil risiko dalam menghasilkan motif – motif baru
yang seringkali bukan motif pakem batik tulis seperti motif sida ataupun yang
lain, melainkan motif – motif peristiwa – peristiwa yang terjadi di sekitar
mereka. Keberanian inilah yang menjaga mereka dari keterpurukan serangan
pesaing karena mereka memiliki suatu kemampuan berinovasi yang telah diwariskan
dari generasi – ke generasi dalam ranah batik tulis.
Yang sangat mereka sadari adalah bahwa daya inovasi yang mereka miliki
adalah “internal goodwill”, yang
harus “diejawantahkan” dalam wujud nyata. Untuk itu diperlukan penyebaran daya
inovasi ini ke seluruh anggota perusahaan. Kemampuan mereka untuk mendengarkan
para karyawan sangat dibutuhkan, khususnya ketika mereka berusaha untuk
menciptakan motif baru yang belum pernah dikenal oleh karyawannya, khususnya
para pembatik. Selain itu mereka juga menyatakan kemauan dan kemampuan
mendengarkan konsumen ataupun pesaingpun sangat dibutuhkan. Kemampuan mereka
mendengarkan ini akan menyuburkan tumbuhnya ide – ide baru baik terkait dengan
produk atau motif baru, proses ataupun kemampuan stratejik yang mereka miliki.
Kesuburan tumbuhnya ide – ide baru ini disebabkan karena meningkatnya kemampuan
mereka untuk menyerap informasi – informasi
yang berharga dan relevan baik dari konsumen maupun pesaing, yang
kemudian mereka kombinasikan menjadi informasi baru yang tidak dimiliki oleh
pesaing, ataupun memperbarui informasi yang telah mereka miliki.
Lebih jauh mereka menambahkan perusahaan dengan daya inovasi di dalamnya
telah mengubah dirinya ke dalam model “inovasi terbuka”, dimana perusahaan
tersebut menggunakan sumber baik internal maupun eksternal yang dapat menolong
mereka dalam melestarikan inovasi. Daya inovasi harus dijadikan sebagai budaya
inovasi perusahaan karena tanpa daya inovasi perusahaan tidak memiliki
kemampuan untuk mendukung ide baru, terkini, proses eksperimen dan kreatif yang
diambil sebagai langkah awal meraih keberhasilan. Hal ini disebabkan karena
inovasi modern membutuhkan perusahaan untuk meraih dan mengelola berbagai
pengetahuan tentang konsumen, teknologi dan
pasar. Dapat dikatakan bahwa daya inovasi memiliki perang penting bagi
mereka karena keterbatasan sumberdaya yang mereka miliki dan yang harus
dilindungi dari eksploitasi perusahaan besar.
Aktivitas global yang telah dilakukan mereka telah mengubah batasan bisnis
mereka, dimana bisnis berjalan lebih cepat dengan tantangan yang lebih besar.
Seiring dengan masuknya mereka ke pasar global cara pandang mereka juga mulai
berubah, khususnya strategi pemasaran yang mereka lakukan, e marketing bukan lagi hal yang tak terjamah, dan persainganpun
disikapi dengan cara yang berbeda. Persaingan merupakan ajang beradu
keunggulan, bahkan persaingan mampu mendorong mereka ke arah penciptaan produk
yang bukan saja lebih baik namun produk yang dapat dibedakan. Persaingan bahkan
dianggap sebagai pembuka pasar baru. Tidak penting kalah ataupun menang dalam
persaingan, yang ada adalah bagaimana tetap bertahan dalam kondisi persaingan
yang bagaimanapun, dan salah satu cara bertahan adalah dengan memperdayakan
daya inovasi yang mereka miliki.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan mereka dalam
memberdayakan daya inovasinya, adalah memahami dasar – dasar strategi global
yang mungkin diterapkan, yang antara lain :
1) Strategi
Global berdasar sumberdaya. Pada saat bersaing secara global mereka harus mulai
memandang semua produk dan sumberdaya yang mereka miliki sebagai bauran
portofolio, dimana keuntungan yang mereka rencanakan berdasarkan pada bauran
portofolio tersebut, khususnya sumberdaya yang sulit untuk diimitasi.
2) Strategi
Global berdasar inovasi. Mereka tampaknya sudah memahami bahwa melakukan
inovasi berarti melakukan sesuatu yang tidak pasti keberhasilannya, karena
inovasi identik dengan ketidakpastian. Oleh sebab itu untuk menghindari
ketidakpastian ini mereka berupaya diri menggali berbagai pengetahuan dan
informasi baik dari konsumen, dan pesaing, kemudian mengkombinasikannya secara
kreatif untuk menghasilkan produk yang inovatif.
Dalam persaingan pasar global daya inovasi dimaknai oleh mereka sebagai
kecenderungan mereka untuk terlibat dan mendukung hal baru,
ide, penemuan, percobaan dan proses kreatif yang dapat menghasilkan produk,
atau proses teknologi baru. Daya inovasi ini bagi mereka merupakan entrepreneurial capital
(modal kewirausahaan) yang dimiliki untuk menghasilkan keunggulan bersaing.
Daya inovasi yang mereka
miliki, selain membuat mendorong ke arah kreatifitas, juga membuat peka
terhadap peluang pasar, akibatnya eksploitasi peluang keuntungan menjadi hal
yang nyata. Daya inovasi, juga meningkatkan kemampuan
mereka untuk memerangi ketidakpastian atau keberanian
untuk mengambil risiko dalam
ketidakpastian di pasar Internasional, akibatnya daya inovasi ini akan mendorong pada peningkatan kinerja produk ekspor mereka.
Perubahan pasar Internasional yang sangat
cepat dan tingkat persaingan yang sangat ketat, menyadarkan mereka untuk
menjadikan daya inovasi sebagai budaya perusahaan, yaitu budaya yang selalu terbuka untuk ide baru. Budaya
ini menumbuhkan kemauan untuk mempelajari dan menerima inovasi atau terlibat
dan mendukung proses kreatif yang dapat menghasilkan produk baru. Kemauan mereka ini akan berdampak pada kemampuan untuk selalu
mencari sesuatu yang baru dan kemampuan untuk menjalankan operasional
perusahaan dengan lebih kreatif.
Mereka sangat menyadari bahwa dengan pemberdayaan daya inovasi
dapat dicapai keunggulan bersaing berkesinambungan. Mereka tidak akan mampu bertahan hidup tanpa adanya daya
inovasi yang mendorong kearah penemuan produk baru, pasar baru dan sumberdaya
baru. Dengan kata lain tanpa adanya daya inovasi maka mereka tidak akan mampu melakukan inovasi produk, pasar dan sumberdaya yang dapat
berdampak pada keberhasilan. Daya inovasi diyakini oleh mereka mampu memunculkan peluang untuk pengembangan bisnis,
kemajuan teknologi, dan pencipataan kekayaan bagi. Hal ini disebabkan karena
kegiatan utama mereka adalah meningkatkan kinerja produk dalam
upaya menetrasi pasar
Kondisi UKM batik tulis Surakarta ini sesuai
dengan hasil penelitian Yamada (2003), Boettke dan Coyne (2006). Yamada (2003)
menyatakan bahwa daya inovasi
terkait dengan kemampuan
melakukan aktivitas perubahan paradigma bisnis yang telah ada, dan memperbaiki
mekanisme strukturisasi pengetahuan untuk menciptakan bisnis baru. Dalam kaitan ini peran utama perusahaan tidak
hanya memanfaatkan peluang bisnis, yang telah ada, tapi secara aktif
menghubungkan perusahaannya dengan peluang yang belum diketahui. Sedangkan
hasil penelitian Boettke dan Coyne (2006) menyatakan bahwa daya membawa kearah peningkatan kinerja produk, yang.
merupakan hasil ekspresi keterampilan dan keinginan perusahaan untuk berinovasi
atau melakukan inovasi produk.
Dalam upaya meningkatkan kinerja produk ekspor
mereka, daya inovasi diartikan
oleh para responden sebagai pengembangan ide baru dan
implementasinya ke dalam produk baru, yang mengarahkan pada menciptakan
keuntungan, melalui peningkatan kinerja produk mereka. Mereka sangat
mengharapkan daya inovasi yang digerakkan akan mampu meningkatkan kinerja
produk mereka. Hal ini disebabkan daya inovasi bagi mereka merupakan daya untuk mengembangkan produk baru yang dapat
diimplementasikan ke dalam produksi produk baru, yang sesuai dengan permintaan
pelanggan, Harapan UKM batik tulis Surakarta ini dapat dijelaskan lebih detail
berdasarkan hasil penelitian Verhees dan Muelenberg (2004); Tien dan Lee
(2007); Luk, dkk (2008); dan Kim Man (2010).
Dalam penelitian Verhees dan
Muelenberg (2004) daya
inovasi diartikan
sebagai kemauan pemilik perusahaan untuk mempelajari dan mengambil inovasi
produk tertentu yang dibutuhkan oleh pelanggan. Dimana, daya inovasi ini akan
mampu menghasilkan produk yang dikehendaki oleh pelanggan dengan melakukan
modifikasi produk yang telah ada. Tien
dan Lee (2007) mendukung pendapat Verhees dan Muelenberg dengan sisi pandang
yang berbeda. Menurut Tien dan Lee daya inovasi merupakan
dasar keunggulan produk, yang dihubungkan dengan persepsi pelanggan tentang
kualitas, manfaat dan fungsi produk, yang dipandang sebagai faktor strategis
untuk meningkatkan kinerja produk. Dapat dikatakan bahwa daya inovasi merupakan faktor utama untuk meningkatkan
kinerja produk, karena daya akan membawa ke arah produk yang
lebih baik.
Hasil penelitian Luk, dkk (2008)
menyatakan bahwa daya inovasi
adalah salah satu
budaya perusahaan yang menggambarkan bagaimana perusahaan bersaing. Perusahaan
yang memiliki daya inovasi akan memiliki tendensi untuk menguasai, menerapkan
dan mengembangkan proses atau produk yang baru bagi perusahaan, meskipun proses
atau produk tersebut mungkin saja tidak baru bagi pesaingnya, namun akan mampu
meningkatkan kinerja produk perusahaan. Daya inovasi yang dimiliki oleh
perusahaan ini bukan dengan sendirinya ada melainkan digerakkan oleh trust. Trust mendorong munculnya daya inovasi perusahaan melalui kemampuan
perusahaan untuk mengubah sumberdaya produktif menjadi keuntungan.
Hasil penelitian Kim Man (2010)
mengacu pendapat Albach (1988), Sankar (1991), Edosomwan (1989) tentang pengaruh
daya inovasi terhadap kinerja produk,
menyatakan bahwa: pengembangan ide baru ke dalam suatu produk, proses, atau
jasa dapat meningkatkan pangsa pasar perusahaan dan mengarahkan pada
peningkatan kinerja produk; perusahaan yang secara efektif menerapkan daya inovasi dapat menUKMati keuntungan, dimana perusahaan
akan mendapatkan keuntungan dari peningkatkan produktivitas dan adaptabilitas
dari perbaikan proses yang dilakukan perusahaan; Penerapan ide baru dapat
meningkatkan produktivitas dan efisiensi perusahaan yang membawa pada
peningkatan kinerja produk perusahaan.
Pertanyaan berikutnya
adalah bagaimana daya inovasi yang mereka yakini mampu membawa mereka pada
keunggulan bersaing berkesinambungan melalui penciptaan motif batik tulis yang
unik yang diminati oleh pasar ? Trust adalah kunci jawaban pertanyaan ini. Pada UKM batik tulis Surakarta (yang menjadi responden) daya inovasi tidak akan dapat diberdayakan apabila trust tidak terdapat yang
berfungsi sebagai penggerak pemberdayaan daya inovasi tersebut. Hal ini
disebabkan , keberadaan trust,
membuat karyawan merasa aman untuk mengutarakan dan
menerapkan idenya untuk menghasilkan produk yang inovatif. Selain itu pimpinanpun merasa aman untuk
menjelaskan idenya kepada karyawan. Kondisi ini membuat daya inovasi selalu digali, dikembangkan dan
dipertahankan. Kepercayaan yang dibangun antara pimpinan dan karyawan akan
mampu menumbuhkan daya inovasi. Karyawan akan cenderung berkembang daya
inovasinya ketika mereka mendapatkan tanggapan positif dari pimpinannya.
Kepercayaan yang dibangun oleh UKM batik tulis Surakarta (yang menjadi responden) ini menjadi dasar tumbuhnya iklim yang kondusif
bagi budaya inovasi sebab trust
membuat karyawan berani mengambil risiko tanpa takut gagal ataupun dihukum,
ataupun sebaliknya pimpinan berani mengambil risiko tanpa takut disalahgunakan
oleh karyawannya.
Kondisi UKM batik tulis Surakarta (yang menjadi responden)
ini sesuai dengan hasil
penelitian Clegg, dkk (2002),
Carolis dan Saparito (2006), Tanas dan Saee (2007),
serta Ellonen, dkk (2008). Hasil penelitian Clegg,
dkk (2002) menyatakan bahwa trust mendorong proses inovasi, dimana
karyawan percaya perusahaan akan menanggapi dan menerapkan ide tersebut secara
serius, sehingga karyawan tumbuh kemampuannya untuk selalu menemukan ide – ide
baru.serta. Hasil penelitian Carolis dan Saparito (2006) menunjukkan
bahwa trust dapat menjadi aset khusus
yang mampu menciptakan keyakinan akan masa depan, disamping itu trust yang dibangun di dalam perusahaan dapat merupakan pijakan dasar tumbuhnya daya inovasi. Hasil penelitian Tanas dan Saee (2007) menunjukkan peran
positif trust terhadap pemberdayaan daya inovasi, terletak pada kemampuan trust untuk mendorong
pertukaran secara efisien, di bawah ketidakpastian dan keterbatasan peluang,
yang berdampak pada pengurangan
biaya dan tekanan pesaing
terhadap perusahaan. Terakhir
hasil penelitian Ellonen, dkk (2008) menjelaskan bahwa daya inovasi merupakan kunci yang menentukan
keberhasilan perusahaan, yang dapat berupa product,
process, administrative, dan
technological innovativeness,
yang dapat diberdayakan melalui trust .
Satu hal yang tampaknya sudah diperhatikan
oleh pimpinan UKM batik tulis Surakarta (yang menjadi responden) dalam menggerakkan daya inovasi melalui trust adalah selalu melakukan cek ulang
terhadap informasi yang diterimanya meskipun informasi tersebut berasal dari
karyawan yang sangat dipercayainya. Biasanya cek ulang yang dilakukan oleh para
pimpinan adalah dengan menanyakan kebenaran informasi ini kepada karyawan lain
tanpa menyinggung perasaan si pemberi informasi. Kondisi ini menyebabkan sisi
negatif trust pada daya inovasi yang
ditemukan dari hasil penelitian McEvily,
Perrone, dan Zaheer (2003), tidak akan ditemukan pada UKM batik tulis
Surakarta. Hasil penelitian McEvily,
Perrone, dan Zaheer (2003), lebih
menekankan pada sisi negatif dari trust
terhadap innovativeness. Mereka
menyatakan bahwa informasi yang diterima dari orang yang dipercaya dipandang
lebih akurat dan relevan. Hal ini membawa dampak pada keterbatasan informasi yang
diterima oleh perusahaan. Ketika informasi diterima dari orang yang dipercaya,
maka seorang perusahaan tidak akan mengecek secara detail akurasi dari
informasi tersebut, dan bahkan menganggap bahwa informasi tersebut pasti benar,
dengan tidak mengecek kebenaran informasi yang diterima, akibatnya perusahaan
akan mengandalkan sumber informasi yang terbatas. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa trust akan menghambat
tumbuhnya daya inovasi.
Hasil
penelitian tahun pertama menunjukkan bahwa terdapat tiga daya inovasi yang
dapat digerakkan oleh trust untuk
meningkatkan kinerja produk ekspor batik tulis Surakarta yaitu daya inovasi
perilaku, daya inovasi proses dan daya inovasi produk. Daya inovasi perilaku
diukur melalui kebersediaan
UKM Batik tulis Surakarta untuk mengambil risiko dalam
mendapatkan peluang baru.
Sedangkan daya inovasi proses diukur melalui kemampuan UKM batik tulis Surakarta untuk mencoba metode yang baru
dalam mendapatkan peluang, sementara daya inovasi produk diukur melalui kemampuan
UKM batik tulis Surakarta menghasilkan
produk yang dianggap baru dan inovatif oleh pelanggan.
Pemberdayan Daya Inovasi
Perilaku
Bagi UKM batik tulis Surakarta (yang menjadi responden) daya inovasi
perilaku merupakan konseptualisasi tentang sebenarnya bisnis apa yang sedang
dilaksanakan. Daya inovasi perilaku ini tumbuh ketika UKM batik tulis Surakartaa berupaya mengidentifikasi
adanya celah – celah posisi di pasar, berusaha mengisinya, dan celah tersebut
menjadi segmen pasar baru yang menguntungkan. Daya inovasi perilaku diartikan oleh UKM batik
tulis Surakarta (yang menjadi responden) sebagai
pengembangan strategi bersaing yang menciptakan nilai bagi perusahaan.
Penekanan utama dari behavior
innovativeness merupakan ukuran kemampuan UKM batik tulis Surakarta (responden) untuk mencapai
tujuannya yang ambisius dengan mempergunakan sumberdaya yang ada secara
kreatif.
Daya inovasi perilaku dipahami oleh UKM batik tulis
Surakarta sebagai kecenderungan perusahaan mereka untuk mendukung ide baru,
eksperimen proses baru yang mengarahkan pada penciptaan produk baru atau produk
yang berbeda dengan yang ada di pasar. Pengertian ini mengarahkan pada
kemampuan UKM batik tulis Surakarta untuk mengembangkan dan memasarkan produk
baru di atas rata – rata. Dalam hal ini daya inovasi perilaku dianggap oleh UKM
batik tulis Surakarta sebagai cara untuk mengantisipasi ancaman dan
mengeksploitasi peluang, dengan cara mengkombinasikan kemampuan dan sumberdaya
internal perusahaan yang merupakan fasilitator inovasi. Melalui pemberdayaan daya inovasi perilaku
ini perusahaan dapat menciptakan nilai yang mempengaruhi posisi perusahaan di
pasar dan dan keuangan.
Daya inovasi ini menjadi saat penting bagi UKM batik
tulis karena kondisi mereka yang dapat jelaskan berikut ini :
1)
Saat ini UKM batik tulis Surakarta menghadapi iklim
bisnis yang bergerak cepat, karena persaingan global.
2)
karena krisis ekonomi telah melemahkan kesehatan
kekuangan UKM batik tulis Surakarta, khususnya UKM batik tulis Surakarta yang
rendah efisiensi baik dalam waktu maupun biaya.
3)
Aturan pemerintah yang cenderung memudahkan impor
batik dari manca negara. Aturan ini mengubah kemampulabaan UKM batik tulis
Surakarta.
4)
Terkendalanya UKM batik tulis Surakarta untuk
mengadaptasi perubahan teknologi dengan cepat. Akibat keterbatasan sumberdaya
manusia dan sumberdaya keuangan yang dimilikinya untuk mencapai posisi yang
lebih menguntungkan dalam persaingan.
Kemampuan UKM batik tulis Surakarta untuk
memberdayakan daya inovasi perilaku ini akan mengarahkan UKM batik tulis
Surakarta pada perubahan pola inovasi yang mereka lakukan, agar mereka mampu
menghasilkan uang dan lebih mampu bersaing. Daya inovasi perilaku ini membawa UKM
batik tulis Surakarta pada :
1)
Kemampuan mereka untuk lebih kompetitif. Hal ini
disebabkan karena daya inovasi perilaku membawa nilai baru bagi perusahaan, dan
tujuan yang jelas apa yang akan dicapai ketika mereka melakukan inovasi produk.
2)
Kemampuan untuk mengembangkan produk baru yang
berbeda dengan yang sebelumnya mereka tawarkan di pasar, karena terjadinya
perubahan yang baru pada sisi pandang perilaku perusahaan.
3)
Mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar,
karena melalui daya inovasi perilaku perusahaan selalu melakukan perubahan yang
terus menerus yang dibutuhkan dalam persaingan yang dinamis di pasar Internasional.
4)
Kemampuan untuk menggunakan sumberdaya internal
secara optimal untuk meningkatkan nilai tambah produk yang dihasilkan.
5)
Menurunkan turn
over karyawan, dengan digerakkannya daya inovasi perilaku, karyawan
memiliki komitmen untuk melakukan inovasi, karena perusahaan mampu menyediakan
lingkungan yang menantang kreatifitas mereka.
6)
Meningkatkan efisiensi. Melalui daya inovasi
perilaku apa yang harus dilakukan oleh karyawan memiliki benang merah yang
jelas, sehingga mampu menurunkan biaya.
7)
Meningkatkan pengenalan pasar. Pemberdayaan daya
inovasi perilaku membuat profil produk maupun perusahaan menjadi lebih jelas
dilihat oleh konsumen, sehingga produk perusahaan mudah dikenali oleh konsumen.
Pemberdayaan daya inovasi perilaku ini dilakukan oleh UKM batik tulis
Surakarta melalui dua jenis trust yaitu kepercayaan terhadap kebaikan hati dan
kepercayaan terhadap kompetensi teman sejawat dan pimpinan. Ke dua jenis trust ini secara efektif digunakan oleh UKM batik tulis
Surakarta untuk memberdayakan daya inovasi perilaku.
Sebenarnya UKM batik tulis Surakarta telah memiliki daya inovasi perilaku, hanya saja belum diberdayakan secara
optimal. Hal ini disebabkan
karena daya inovasi ini yang dicoba ditekan oleh para karyawan pada saat mereka
bekerja di bawah ketidak percayaan. Akibatnya daya inovasi ini yang sering
menjadi permasalahan utama UKM batik tulis Surakarta.
Permasalahan pertama yang muncul terkait dengan daya inovasi perilaku adalah terdapatnya persepsi karyawan bahwa semua
pekerjaan harus diselesaikan dengan cara yang sama. Apabila terdapat salah satu
karyawan yang bekerja secara berbeda, maka kecurigaanpun akan muncul terhadap
karyawan tersebut. Pimpinan telah berupaya untuk menekankan bahwa setiap
pekerjaan meskipun pada bagian yang sama dapat dikerjakan secara berbeda,
asalkan sesuai dengan skedul yang telah ditetapkan. Sebagai contoh, salah
seorang karyawan di bagian pewarnaan memiliki pola kerja yang sangat berbeda
dengan teman – temannya, dia membiasakan dirinya bekerja dengan memahami dulu
desain motif batik tulis, dengan bekerjasama dengan bagian desain. Sehingga
pada saat temannya sudah mulai bekerja, dia masih mendiskusikan pekerjaannya
dengan bagian desain. Anehnya pekerjaan dia lebih dahulu selesai dibanding
teman – temannya, hal ini menimbulkan kecurigaan teman – temannya bahwa bagian
desain memberikan informasi lebih kepada karyawan tersebut.
Permasalahan yang ke dua adalah bahwa para karyawan seringkali menolak
pekerjaan yang tidak biasanya mereka kerjakan dengan alasan mereka tidak tahu
bagaimana cara mengerjakannya, dan mereka tidak percaya bahwa seseorang akan
mau mengajarkan dengan benar bagaimana cara mengerjakannya. Biasanya pimpinan
akan menawarkan imbalan yang lebih besar bagi karyawan yang mau mengerjakan
perkerjaan tersebut atau menghukum karyawan yang tidak mau mengerjakan
pekerjaan tersebut. Permainan untung – rugi ini akan disambut karyawan dengan
baik, namun biasanya karyawan bekerja karena uang bukan untuk menghasilkan
produk yang lebih baik. Permainan akan menjebak perusahaan ke dalam perangkap
yang dibuatnya sendiri. Karyawan hanya mau mengerjakan sesuatu yang baru
apabila diberi kompensasi yang dianggap menguntungkan.
Ke dua permasalahan di atas yang merupakan permasalahan daya inovasi perilaku yang mendasar, karena terkait dengan perilaku yang
menumbuhkan daya inovasi. Ke dua permasalahan daya inovasi perilaku ini dapat dipecahkan dengan memberdayakan daya
inovasi perilaku ini, sehingga menjadi daya inovasi yang
melekat pada setiap karyawan dalam penyelesaian tugasnya. Upaya memberdayakan
daya inovasi perilaku ini dapat dilakukan dengan membangun
kepercayaan terhadap dengan kebaikan hati teman sejawat dan pimpinan.
Kepercayaan terhadap kebaikan hati dan kompetensi yang dimiliki teman
sejawat dan pimpinan, yang dibangun melalui permainan untung – rugi dapat
menggerakkan kemampuan karyawan UKM batik tulis Surakarta untuk bekerja lebih
efektif dan efisien. Dengan kepercayaan tersebut karyawan akan berusaha mencari
solusi yang terbaik untuk menghasilkan produk yang lebih baik, akibatnya mereka
menganggap bahwa perbedaan dalam penyelesaian pekerjaan adalah sesuatu yang
biasa dan pantas untuk dihargai.
Gambaran bagaimana daya inovasi perilaku
diberdayakan oleh UKM batik tulis Surakarta ini sesuai dengan hasil penelitian Ellonen dkk (2008), yang menunjukkan trust sangat berperan dalam pemberdayaan daya
inovasi perilaku. Dimana kepercayaan pada teman sejawat dan
pimpinan menjadi dasar tumbuhnya iklim yang kondusif bagi daya inovasi perilaku
sebab trust membuat karyawan berani
mengambil risiko tanpa takut gagal ataupun dihukum, atas ide – ide baru yang
mereka kemukakan.
Pemberdayaan Daya Inovasi
Proses
Para responden
- UKM batik tulis Surakarta memandang daya inovasi proses sebagai merupakan semua kemampuan yang mereka miliki untuk mengeksploitasi sumberdaya dan kapabilitas,
serta kemampuan untuk mengkombinasikan kembali sumberdaya dan kapabilitas untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam upaya mencapai keberhasilan perusahaan. Daya
inovasi proses terkait dengan kemampuan perusahaan mereka untuk
mengenalkan metode produksi baru, pendekatan manajemen baru, dan teknologi baru
yang dapat digunakan untuk memperbaiki proses produksi dan manajemen
Seringkali UKM batik tulis Surakarta merasakan
bahwa daya inovasi proses yang mereka miliki adalah unik, kompleks dan sulit
untuk dideteksi, karena daya inovasi proses ini melekat pada setiap tahapan
aktivitas pengembangan inovasi . Daya inovasi proses ini mereka pahami sebagai
kemampuan dalam merencanakan ide, menelorkan ide, memilih ide, mengembangkan
kegiatan operasional untuk mewujudkan ide tersebut, melakukan uji pasar,
produksi dan melakukan pengawasan atas proses yang berlangsung. Pemberdayaan
daya inovasi proses ini tergantung pada faktor ketidakpastian seperti
koordinasi, pengambilan keputusan, penolakan, risiko pasar dsb. Oleh sebab itu
pemberdayaan daya inovasi proses ini mereka lakukan dengan mempertimbangkan
strategi, pasar, produk, ataupun perilaku yang terkait di dalamnya. In considering
innovation as a process,
Pemberdayaan daya inovasi proses ini dipengaruhi oleh tujuan para responden
- UKM batik tulis Surakarta. Ketika UKM batik tulis Surakarta memberdayakan
daya inovasi proses dengan tujuan untuk mengatasi permasalahan maka mereka
mengikuti lima tahapan langkah proses yaitu :
a. Proses peneloran
ide. Keberhasilan proses ini tergantung pada kemampuan yang dimiliki oleh UKM
batik tulis Surakarta, untuk mengeksploitasi ide – ide inovatif. Oleh sebab itu
proses perubahan paradigma bisnis yang mereka miliki harus dijalani.
b. Proses definisi
proyek yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan ide,
c. Proses pemecahan
masalah.
d. Proses desain dan
pengembangan produk hasil ide.
e. Proses
komersialisasi ide yang sudah berujud produk nyata.
Proses ini sebenarnya dapat diklasifikasikan ke dalam dua tahapan yaitu :
1) Tahap inisiasi
ide, yang ditandai dengan kesadaran berinovasi, pembangunan sikap berinovasi,
evaluasi inovasi dari sisi pandang mereka.
2) Tahap implementasi
ide, yang ditandai melakukan percobaan adopsi ide dalam wujud nyata, yang
dilihat keberhasilannya dari sumbangan finansial terhadap perusahaan.
UKM batik tulis Surakarta harus mempertimbangkan beberapa faktor dalam
pemberdayaan daya inovasi proses yaitu :
1) Tingkat
pemberdayaan daya inovasi proses yang dilakukan apakah individual, kelompok
ataukah perusahaan secara keseluruhan.
2) Penggerak yang
terkait baik internal maupun eksternal. Penggerak internal terkait ketersediaan
pengetahuan dan sumberdaya, sedangkan penggerak eksternal terkait peluang pasar
dan aturan main yang telah ada di pasar.
3) Arah seperti dari
mana proses inovasi dimulai, apakah dengan pendekatan dari atas (top - down) ataukah dari bawah (bottom – up ).
4) Sumberdaya yang
terkait dengan sumberdaya internal dan eksternal.
5) Locus yaitu
bagaimana proses inovasi dilakukan apakah dengan proses tertutup yaitu didalam
perusahaan ataukah dengan proses terbuka dengan melibatkan rantai nilai yang
lain.
Pertimbangan atas faktor – faktor ini menjadikan UKM batik tulis Surakarta
memiliki kerangka kerja untuk memahami bagaimana proses inovasi teknologi
berjalan dan memahami hubungan antara modal intelektual dan inovasi. Selain itu
para responden - UKM batik tulis Surakarta juga memahami bagaimana hubungan
tersebut mampu menghasilkan nilai dan kekayaan bagi mereka. Dalam hal ini
proses inovasi teknologi digunakan untuk menggambarkan proses belajar dimana
mereka menerima dan menggunakan aliran pengetahuan, kompetensi dan kemampuan
yang dapat dijelaskan melalui proses inovasi teknologi tersebut. Ketika proses inovasi teknologi berjalan, UKM
batik tulis Surakarta menerima input dari proses inovasi yang berupa informasi
terkodifikasi ataupun yang tidak terkodifikasi (tacit), melakukan transmisi teknologi, menyerap kapasitas dan
mengefektifkan mekanisme yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pemberdayaan daya
inovasi proses yang berupa kemampuan UKM batik tulis
Surakarta untuk mencoba metode baru dalam mendapatkan peluang, ini diberdayakan
oleh para responden – UKM batik tulis Surakarta melalui pembangunan :
1)
Kepercayaan pimpinan
pada karyawan bahwa karyawan memiliki. kompetensi teknologi.
2)
Kepercayaan pimpinan
pada karyawan bahwa karyawan selalu memenuhi janjinya.
3)
Kepercayaan pimpinan
pada karyawan bahwa karyawan selalu memikirkan apa yang bermanfaat secara
keseluruhan.
4)
Kepercayaan pimpinan
pada karyawan bahwa memiliki kapabilitas untuk berkembang dan belajar secara
kontinyu.
5)
Kepercayaan pimpinan
pada karyawan bahwa memiliki kepakaran sesuai bidangnya.
6)
Kepercayaan pimpinan
pada karyawan bahwa karyawan memiliki
visi ke depan.
Kepercayaan terhadap kebaikan hati dan kompetensi yang dimiliki oleh teman
sejawat dan pimpinan akan menggerakkan kemampuan para karyawan untuk
mendapatkan peluang baru karena mereka mulai berani mengambil risiko. kemampuan
perusahaan untuk mengenalkan metode produksi baru, pendekatan manajemen baru,
dan teknologi baru yang dapat digunakan untuk memperbaiki proses produksi dan
manajemen. Keberanian ini didorong oleh adanya
kepercayaan bahwa apapun risiko yang mereka ambil akan direspon positif oleh
teman sejawat dan pimpinannya. Sebagai contoh salah satu karyawan mempunyai ide
tentang pembuatan motif baru
yang identik dengan kejadian alam tertentu seperti perkelahian burung rajawali. Ide ini direspon positif oleh atasannya
dan kemudian produkpun dibuat, hasilnya produk tersebut laku di pasar ekspor.
Pemberdayaan daya inovasi proses ini dapat meningkatkan kualitas produk
ekspor para responden - UKM batik tulis Surakarta yang berupa peningkatan:
1) Kemampuan produk dalam peningkatan penjualan karena lebih unggul dibanding
pesaing.
2) Kemampuan produk dalam peningkatan penjualan karena lebih unggul dibanding
pesaing.
3) Kemampuan produk dalam peningkatan jumlah konsumen karena
keunikannya.
4) Kemampuan produk dalam peningkatan
keuntungan karena klasik.
Process innovativeness sangat efektif digerakkan oleh capability trust dan benevolence trust. Kepercayaan pada
kompetensi teknologi tepat guna yang dimiliki oleh karyawan mampu meningkatkan
kemampuan perusahaan untuk mencoba metode baru. Kepercayaan pada pemenuhan
janji karyawan dan bahwa karyawan akan selalu memikirkan kemanfaatan bersama,
mampu meningkatkan kemampuan perusahaan untuk mencoba metode baru.
Pemberdayaan Daya Inovasi
Produk
Daya inovasi produk diyakini oleh para responden –
UKM
batik tulis Surakarta sebagai kunci utama keberhasilan produk secara terus menerus.
Daya inovasi produk membuka peluang perusahaan mereka untuk mendapatkan
peluang memasuki pasar baru. Daya inovasi produk, juga memberikan kemampuan perusahaan
mereka untuk menguasai pasar, dan menghalangi pesaing untuk memasuki pasar, sehingga
memberikan rongga untuk bernafas lega dari ketatnya tingkat persaingan. Daya inovasi
produk seringkali mereka kaitkan dengan persepsi kebaruan, keaslian, atau keunikan
produk. Persepsi kebaruan ini dapat berasal dari konsumen dan pesaing. Suatu produk
bisa jadi dianggap baru oleh konsumen ketika konsumen menemukan manfaat baru
dari produk tersebut. Persepsi konsumen tentang kebaruan produk meliputi
atribut, manfaat, dsb.
UKM batik tulis Surakarta memberdayakan daya
inovasi produk melalui pembangunan trust yaitu pembangunan :
1)
Kepercayaan pimpinan pada karyawan bahwa memiliki kepakaran sesuai
bidangnya.
2)
Kepercayaan pimpinan pada karyawan bahwa
karyawan memiliki visi ke depan.
3)
Kepercayaan pimpinan pada karyawan bahwa karyawan memiliki kompetensi
teknologi.
Mereka memberdayakan daya inovasi produk secara efektif melalui capability trust dan integrity
trust. Kepercayaan pada kepakaran karyawan, mampu meningkatkan kemampuan
menghasilkan produk yang dianggap baru dan inovatif oleh pelanggan. Kepercayaan
bahwa karyawan memiliki visi ke depan, mampu meningkatkan kemampuan
menghasilkan produk yang dianggap baru dan inovatif oleh pelanggan
Pemberdayaan daya inovasi produk yang dilakukan oleh para responden –
pimpinan UKM batik Surakarta ini mampu meningkatkan kinerja produk ekspor mereka.
Ketika perusahaan mereka menghasilkan
produk baru untuk pasar, dapat
dikatakan mereka melakukan komersialisasi ide baru yang merupakan hasil
dari pemberdayaan daya inovasi produk yang mereka lakukan. Produk baru yang mereka hasilkan dapat berbentuk
produk yang berbeda dengan
yang sebelumnya, hasil upgrade,
hasil modifikasi, dan
ekstensi produk yang ada, yang bisa
jadi baru bagi perusahaan, pasar, atau dunia.
Pemberdayaan daya inovasi produk merupakan refleksi komitmen dari para responden – UKM batik tulis Surakarta untuk mengembangkan dan memasarkan produk-produk yang
baru bagi mereka
atau pasar. Dalam hal ini para pimpinan mencoba
mengelola ketidakpastian dan mengurangi pengaruh kekuatan eksternal untuk
meningkatkan kinerja produk ekspor mereka.
Selain itu sumberdaya yang mereka
miliki, yang dibatasi oleh dan tergantung
pada perusahaan – perusahaan pesaing yang
mengontrol sumber daya penting bagi mereka. Dapat dikatakan bahwa
pemberdayaan daya inovaasi produk tergantung
pada kondisi lingkungan pasar dimana mereka berada.
Sudah selayaknya bagi para responden - UKM batik
tulis Surakarta mempertimbangkan pengaruh lingkungan sebelum mereka melakukan
pemberdayaan daya inovasi produknya, seperti tingkat dukungan pemerintah,
turbulensi pasar, tingkat persaingan dan sumberdaya yang telah mereka miliki.
Mereka juga harus melihat dengan teliti terhadap perilaku kompetitif mereka di
pasar apakah mereka melakukan tindakan oportunis, ketidak adilan, pelanggaran
etika, atau bahkan melanggar hukum. Seringkali para responden terjebak pada perilaku oportunistik dan melanggar hukum, dengan
dukungan diam-diam dari pemerintah daerah tanpa mereka sadari. Sebagai contoh, mereka mengambil motif batik tulis terbaru mumpung
belum dipatenkan, bahkan setelah dipatenkan.
Hak
paten motif
menjadi sia – sia dan pemberdayaan daya inovasi produkpun menjadi terkendala
karena inovasi produk sangat berisiko diimitasi dengan segera dan secara luas.
Saat ini dapat dikatakan UKM batik tulis Surakarta menghadapi turbulensi
pasar, akibat perubahan dan ketidakpastian yang dihadapi dalam
lingkungan pasar. Dalam hal ini UKM
batik tulis Surakarta cenderung mengadopsi strategi inovasi produk dalam posisi "unlearning" dari rutinitas saat ini
dan menawarkan kesempatan baru untuk memanfaatkan kebutuhan pasar muncul. Tampaknya aliansi strategis dengan
perusahaan lain dan hubungan dengan pemerintah dan pejabat administrasi dalam
rangka mengurangi kekurangan sumber daya mereka, menjadi sangat penting ketika para responden - UKM batik tulis
Surakarta ingin meningkatkan kinerja produknya, melalui pemberdayaan daya
inovasi produk.
Aliansi strategis yang sering dilakukan
oleh para responden –UKM batik tulis Surakarta adalah perjanjian
pengembangan produk bersama, ataupun memasarkan produk-produk baru bersama. Perjanjian ini, bagi para pimpinan berguna untuk melengkapi
upaya inovasi produk yang mereka
lakukan, namun di sisi lain perjanjian ini seringkali digunakan oleh perusahaan
yang lebih kuat posisinya untuk mengeksploitasi mereka. Apalagi kalau aliansi ini dibuat dengan perusahaan
asing, UKM batik tulis Surakarta seringkali mengalami permasalahan, karena
adanya perbedaan bahasa dan budaya. Meskipun demikian aliansi strategis menjadi salah
satu alternatif mereka untuk mendapatkan sumber daya, meningkatkan
kemampuan teknis , meningkatkan
efektifitas pemasaran,
dan meningkatkan reputasi
produk baru mereka. Dalam
persaingan pasar global daya
inovasi dimaknai oleh mereka sebagai kecenderungan mereka untuk terlibat dan mendukung hal baru, ide, penemuan, percobaan dan proses
kreatif yang dapat menghasilkan produk, atau proses teknologi baru. Daya
inovasi ini bagi mereka merupakan entrepreneurial capital (modal kewirausahaan) yang dimiliki untuk
menghasilkan keunggulan bersaing.
PENUTUP
Penutup pada hasil penelitian ini berisi kesimpulan tentang bagaimana para responden - UKM batik tulis Surakarta memberdayakan daya inovasi mereka. Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut:
Penutup pada hasil penelitian ini berisi kesimpulan tentang bagaimana para responden - UKM batik tulis Surakarta memberdayakan daya inovasi mereka. Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut:
Para responden - UKM batik tulis Surakarta
memaknai daya inovasi sebagai keterampilan dan imajinasi untuk menciptakan
sesuatu yang baru, oleh sebab itu daya inovasi akan membawa mereka pada keinginan dan
kemauan untuk belajar dan menyerap pengetahuan baru baik mengenai pasar maupun
produk. Dapat dikatakan perusahaan menjadi “learning
organization” akibat daya inovasi yang mereka miliki. Pemaknaan ini sesuai dengan hasil penelitian Yamada (2003) daya inovasi terkait
dengan kemampuan melakukan aktivitas perubahan paradigma bisnis yang telah ada,
dan memperbaiki mekanisme strukturisasi pengetahuan untuk menciptakan bisnis
baru, Boettke dan Coyne (2006). Yamada (2003). Boettke dan Coyne (2006) daya inovasi membawa
kearah peningkatan kinerja produk, yang merupakan hasil ekspresi keterampilan
dan keinginan perusahaan untuk berinovasi.
Para responden meyakini bahwa kepercayaan yang dibangun antara pimpinan dan karyawan akan mampu
menumbuhkan daya inovasi. Karyawan akan cenderung berkembang daya inovasinya
ketika mereka mendapatkan tanggapan positif dari pimpinannya. Karyawan menjadi berani mengambil risiko tanpa takut gagal ataupun
dihukum, ataupun sebaliknya pimpinan berani mengambil risiko tanpa takut
disalahgunakan oleh karyawannya. Keyakinan ini sesuai
dengan hasil penelitian Clegg, dkk (2002) trust mendorong proses inovasi, Carolis dan Saparito
(2006) trust dapat menjadi aset khusus yang mampu
menciptakan keyakinan akan masa depan, Tanas dan Saee (2007) trust mendorong pertukaran secara efisien, di bawah
ketidakpastian dan keterbatasan peluang, serta Ellonen, dkk
(2008) trust
memberdayakan product,
process, administrative, dan technological innovativeness.
UKM batik tulis Surakarta
memahami daya inovasi perilaku sebagai kecenderungan perusahaan mereka untuk
mendukung ide baru, eksperimen proses baru yang mengarahkan pada penciptaan
produk baru atau produk yang berbeda dengan yang ada di pasar. Berdasarkan
pemahaman ini mereka memberdayakan daya inovasi perilaku melalui pembangunan : kepercayaan terhadap kebaikan hati dan
kompetensi yang dimiliki teman sejawat dan pimpinan, yang dibangun melalui
permainan untung – rugi dapat menggerakkan kemampuan mencari solusi yang
terbaik untuk menghasilkan produk yang lebih baik, akibatnya mereka menganggap
bahwa perbedaan dalam penyelesaian pekerjaan adalah sesuatu yang biasa dan
pantas untuk dihargai.
Para responden
- UKM batik tulis Surakarta memandang daya inovasi proses sebagai semua kemampuan yang mereka miliki untuk mengeksploitasi sumberdaya dan kapabilitas,
serta mengkombinasikan kembali sumberdaya dan kapabilitas dalam wujud metode produksi baru, pendekatan manajemen baru, dan teknologi baru yang
dapat digunakan untuk memperbaiki proses produksi dan manajemen. Pemberdayaan daya
inovasi proses ini diberdayakan oleh para responden – KM batik tulis Surakarta melalui pembangunan : (1) kepercayaan pimpinan
pada karyawan bahwa karyawan memiliki. kompetensi teknologi, (2) kepercayaan pimpinan
pada karyawan bahwa karyawan selalu memenuhi janjinya, (3) kepercayaan pimpinan
pada karyawan bahwa karyawan selalu memikirkan apa yang bermanfaat secara
keseluruhan, (4) kepercayaan pimpinan pada karyawan bahwa memiliki kapabilitas untuk
berkembang dan belajar secara kontinyu, (5) kepercayaan pimpinan pada karyawan
bahwa memiliki kepakaran sesuai bidangnya, (6) kepercayaan pimpinan
pada karyawan bahwa karyawan memiliki
visi ke depan.
Daya inovasi produk diyakini oleh UKM batik tulis
Surakarta sebagai kunci utama keberhasilan produk secara terus menerus,
karena merupakan kemampuan yang mereka miliki untuk membuka peluang memasuki
pasar baru, menguasai pasar, dan menghalangi pesaing untuk memasuki pasar. Daya inovasi
ini diberdayakan oleh mereka melalui pembangunan : (1) kepercayaan pimpinan pada
karyawan bahwa memiliki kepakaran sesuai bidangnya, (2) kepercayaan pimpinan pada karyawan
bahwa karyawan memiliki visi ke depan, (3) kepercayaan pimpinan pada
karyawan bahwa karyawan memiliki kompetensi teknologi.
Ke tiga daya inovasi ini, ketika dihubungkan
dengan peningkatan kinerja produk ekspor, dipahami oleh para responden pengembangan ide baru dan implementasinya ke
dalam produk baru, yang mengarahkan pada menciptakan keuntungan, melalui
peningkatan kinerja produk mereka. Pemahaman ini sesuai dengan hasil Verhees dan Muelenberg (2004) daya
inovasi merupakan kemauan
perusahaan untuk mempelajari dan mengambil inovasi produk tertentu yang
dibutuhkan oleh pelanggan; Tien dan Lee (2007) daya inovasi merupakan dasar keunggulan produk, faktor
utama untuk meningkatkan kinerja produk dan faktor
strategis untuk meningkatkan kinerja produk; Luk, dkk (2008) daya
inovasi adalah salah
satu budaya perusahaan yang menggambarkan bagaimana tendensi perusahaan untuk
menguasai, menerapkan dan mengembangkan proses atau produk yang baru bagi
perusahaan; Kim Man (2010) daya
inovasi merupakan kemampuan pengembangan ide baru ke dalam suatu produk, proses, atau jasa yang dapat mengarahkan pada peningkatan kinerja
produk.
DAFTAR PUSTAKA
Adler, P.S & S.W Kwon. 2002. Sosial Capital Prospect for a New
Concept. Academy of
Management Review. 27 (1), 17 -40.
Atkinson, S dan D. Butcher. 2003. Trust in Managerial Relationship. Journal of Managerial Psychology. 18
(4), 282 – 304.
Boettke, P.J, and C..J, Coyne. 2006. Entreprenuership and Development: Cause or Consequence ?. Working
Paper 6. Mercatus Center : George
Mason University.
Bilson, Simamora. 2004. Riset
Pemasaran: Falsafah, Teori dan Aplikasi. PT Gramedia Pustak Utama. Jakarta.
Brannen, Julia. 2005. Memadu
Metode Penelitian: Kualitatif dan Kuantitatif. Pustaka Pelajar Offset.
Samarinda
Carolis, D.M.D, & Patrick Saparito. 2006. Sosial Capital,
Cognition, and Entreprenuerial Opportunities : A Theoritical Framework. ET & P. 41 – 55
Clegg Chris, Kerrie Unsworth, Olga Epitropaki dan Giselle Parker.
2002. Implicating Trust in Innovation Process. Journal of Occupational and Organizational Psychology. 75: 409 –
422.
Coleman, J.C .1988. Sosial Capital in the Creation of Human Capital. American Journal of Sociology. 94: S95
– S120.
Dasgupta, P. & Serageldin, I Sosial
Caital : A Multi – faceted Perspective, The World Bank, Washington. D.C.
Ellonen Riikka, Kirsimarja Blomqvist, dan Kaisu Puumalainen. 2008. The
Role of Trust in Organizational Innovativeness. European Journal of Innovation Management. 11(2): 160 – 181.
Ferdinand, Augusty. 2006. Metode
Penelitian Manajemen. BP UNDIP. Semarang.
Fukuyama,
F.1995. Trust: The Sosial Virtues and
Creation of Prosperity. New York:
Free Press
Gima, K.A. & J. Y. Murray. 2007. Exploratory and Exploitative
Learning ini New Product Development : A Sosial Capital Perspective on New
Technology Venture in China.
Journal of International Marketing. 15
(2) : 1 – 29.
Ibarra, H.1992. Structural Alignment, Individual Strategies and
Managerial Action: Elements toward A Network Theory of Getting Things Done. Network and Organization Form and Action,
165-168.
Krackhard, D. & Hanson,J.R.1993. Informal Network: The Company
Behind The Chart. Harvard Business
Review, 71(4): 104-111
Levin, D.Z & Rob Cross. 2004. The Strength of Weak Ties You Can
Trust : The Mediating Role of Trust in Effective Knowledge Transfer. Management Science. 50 (11). 1477 –
1490.
Liao, J. & Harold Welsch. 2005. Roles of Sosial Capital im Venture
Creation : Key Dimensions and Research Implications. Journal of Small Business
Management. 43 (4), 345 – 362.
Li Yuan, Yongbin Zhao, Justin Tan dan Yi Liu. 2008. Moderating Effect
of Entrepreneurial Orientation on Market Orientation – Performance Linkage:
Evidence from Chinese Small Firms. Journal
of Small Business Management. 46(1): 113 – 133.
Luk Chung-Leung, Oliver HM Yau, Leo YM Sin, Alan CB Tse, Raymond PM
Chow, dan Jenny SY Lee. 2008. The Effect of Sosial capital and Organizational
Innovativeness in Different Institutional Contexts. Journal of International Business Studies. 39: 589 – 612.
Lumpkin, G.T., & Des, G.G. 1996. Clarifying the Entrepreneurial
Orientation Construct and Linking it to Performance. Academy of Management Review, 21(1): 135-172.
Man, Mandy Mok Kim. 2010. The Relationship between Distinctive
Capabilities, Innovativeness Strategy Types and the Export Performance of Small
and Medium – Size Enterprises (SMEs) of Malaysian Manufacturing Sector. International Journal of Management and
Innovation. 2(1): 15 – 30.
Mayer, R,, David, J,, and
Schoorman, F. 1995. An Integrative Model of Organizational Trust. Academy of Management Review. 20(3): 709 – 834.
McEvily, B., Zaheer. A., and V. Perrone. 2003. Does Trust Matter ?
Exploring the Effect of Interorganization and Interpersonal Trust on
Performance. Organization Science 9(2): 141 – 159.
Melander, A & Mattias Nordqvist (2002). Investing in Sosial
Capital : Network, Trust, and Beliefs in Swedish Furniture Industry. International Studies of Management and
Organization, 31 (4), 89 – 108.
Narayan, D dan M. F. Cassidy. 2001. A Dimensional Approach to
Measuring Socail Capital: Development and Validation of a Sosial Capital
Inventory. Current Sociology. 49
(2), 59 – 102.
Nooteboom. Bart. 2007. Sosial Capital, Institution and Trust. Review
of Sosial Econmy. LXV (1). 29 – 53.
Patton, Michel Quinn. 2006. Metode
Evaluasi Kualitatif. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Politis, John D. 2003. The Connection Between Trust and Knowledge
Management: What are its implication for team performance. Journal of Knowledge Management. 7 (5): 55 – 66.
Putnam, R.D.2000. Bowling Alone:
The Collapee and Revival of American Community. Simon and Schuster Paperbacks :
New York.
Song Michael, and Jinhong Xie. 2000. Does Innovativeness Moderate the
Relationship Between Cross – Functional Integration and Product Performance ?. Journal of International Marketing.
8(4): 61 – 89.
Tanas, J.K. & John Saee. 2007. Entrepreneurial Cognition and its
Linkage to Sosial Capital. The Journal
of American Academy of Business. 11 (1) : 179 –
190.
Tien Les, dan Shang Lee. 2007. The Effect of Team Reflexivity and
Innovativeness on New Product Development Performance. IMDS. 108 (4): 549 – 569.
Tsai,W. & Sumantra Goshal (1998). Sosial Capital dan Value
Creation: The Role of Inter firm Network. Academy of Management Journal. 41 (4) : 464 – 476.
Tyler, T.R. 2003. Trust within Organization. Personnel Review. 32 (5): 556 – 568.
Verhees, Frans J. H, and Mathew T. G. Meulenberg. 2004. Journal of Small Management. 42(2): 134
– 154.
Wang, C.L., & Ahmed, P.K. 2004. The Development and Validation of
the Organizational Innovativeness Construct Using Confirmatory Factors Analysis.
Europian Journal of Innovation
Management. 7 (4): 303 – 313.
Weven, S.D, R. Martens, dan K. Vandenbempt. 2005. The Impact of Trust
on Strategic Resource Acquisition Through Interorganizational Networks: Towards
a Conceptual Model. Human Relation,
58 (12): 1523 – 1543.
Yamada, Jin-ichiro. 2003. A Multi – Dimensional View of
Entrepreneurship: Toward a Research Agenda on Organization Emergence. Journal of Management Development. 23
(4): 289 – 320.
Yin, R.K.2003. Case
Study Research: Design and Methods. Sage Publications: USA.