ANALISIS FAKTOR ATAS PENGARUH
TIDAK LANGSUNG BRAND NAME DAN KUALITAS KULINER SERTA PENGARUH LANGSUNG
KUALITAS
KULINER TERHADAP KEPUASAN
KONSUMEN
Sugiyanta
Jurusan
Administrasi Niaga, Politeknik Negeri Semarang
Jl. Prof.H.Sudarto, SH, Tembalang,
Kotak Pos 6199/SMS Semarang 50061
ABSTRACT
Object of this
article is the culinary industry in Semarang. This article was formulated based
on the important fact is found in the field. Where the facts show competition
in the culinary industry at this time spawned creativity in formulating the
business name of culinary and culinary quality. This is a unique name on one
side in an effort to build differentiation to competitors and at the same time
aims to influence customer satisfaction. While in the culinary industry it
remains an aspect of quality of other important things into superior value.
This article attempts to explore further the factors that led to the better
culinary value and how the value of culinary and business names into
determinants of customer satisfaction. Formulation variables and indicators of
the article refer to the previous article. A model has been developed and four
hypotheses have been formulated to address the problem of this article. The
sampling technique was purposive sampling and quota sampling. Respondents from
this article numbered 100 respondents, of which the respondent is a culinary
consumer around Semarang State Polytechnic. Data analysis tool used Structural
Equation Modeling (SEM) in AMOS 18.0 program. The results of the data analysis
this article shows the results of the model and the fourth hypothesis can be
accepted article. Managerial implications of providing advice to focus on the
indirect effect culinary quality on customer satisfaction around Semarang State
Polytechnic through consumer value have the most dominant coefficient.
Key Word: Brand Name, Quality Culinary, Culinary Value, and
Customer Satisfaction
PENDAHULUAN
Pada industri
kuliner keberadaan dan pengukuran faktor-faktor yang membentuk kepuasan konsumen
adalah sangat penting. Bagi Qin dan Prybutok (2008) pada industry kuliner nilai
yang dirasakan oleh konsumen akan membuat konsumen datang lagi. Selanjutnya
faktor yang membentuk nilai kuliner adalah kualitas layanan kuliner dan
kualitas kuliner itu sendiri, dimana dua instrument tersebut memberikan kesan
yang terbaik bagi konsumen yang membuat mereka puas. Hal yang menarik yang
harus dipecahkan adalah bagaimana mereka (UKM) dapat bertahan ditengah-tengah
intensitas persaingan.
Kualitas kuliner
pada penelitian Duvenage et al (2010) bahwa produk
kuliner dianggap memenuhi atau dapat dikatakan berkualitas, apabila pada produk
tersebut sekurang-kurang mewakili unsur taste
and appearance, health, convenience, and process. Meskipun nampak sederhana
namun banyak UKM khususnya pada bidang kuliner yang mengabaikan hal ini. Mereka
beranggapan dengan harga murah dan banyaknya pilihan produk kuliner adalah yang
paling utama dalam bisnis ini. Tentu saja pada studi Magistris dan
Gracia (2008) hal tersebut tidak seluruhnya salah, namun faktor dominan dalam
membangun sebuah nilai atas produk adalah kualitas dari rasa, tampilan
(menyajian, kesehatan, dan proses adalah yang terbaik dibandingan harga murah.
Untuk
menjadi pemenang dalam persaingan tersebut, yang harus dilakukan oleh UKM kuliner
adalah penguatan model pemasaran mereka pada perkembangan model penelitian brand name dan kualitas kuliner sebagai anteseden, dan
daya tarik kuliner sebagai intervening
serta pilihan kuliner sebagai dampak dari perumusan model pemasaran. Kombinasi antara brand
name dengan kualitas kuliner diharapkan akan membangun nilai yang positip.
Nilai inilah yang akan membuat konsumen puas terhadap UKM kuliner tersebut.
Model penelitian Olaru
et al (2008) menunjukkan bagaimana nilai yang dibangun dari kualitas dan
manfaat produk mampu menciptakan nilai dan pada akhirnya terwujudnya salah satu
indikator pada paska dan pembelian ulang yaitu kepuasan konsumen. Posisi penelitian
ini adalah mengkombinasikan kelemahan atau kekurangan pengukuran model
pemasaran khususnya pada bidang kuliner baik dari model riset Shaharudin et al (2011) dengan model penelitian
Olaru et al (2008). Karena tidak hanya nama
yang unik saja yang dapat menjadi nilai unggul bagi sebuah UKM. Kualitas produk
(kuliner) harus turut dikelola dengan optimal, sehingga hasilnya sesuai dengan
ekspektasi UKM.
Pengembangan
model penelitian ini memadukan unsur brand
name dan kualitas kuliner terhadap kepuasan konsumen akan kuliner dengan
memposisikan nilai kuliner sebagai variabel intervening.
Oleh sebab itu, permasalahan
penelitian yang diajukan adalah menentukan faktor-faktor yang menyebabkan
kepuasan konsumen pada usaha kuliner. Selanjutnya
pertanyaan penelitian yang akan diuji adalah
1). Apa dampak pengaruh brand
name terhadap nilai kuliner? 2). Apa dampak pengaruh
kualitas
kuliner terhadap nilai
kuliner? 3). Apa dampak
pengaruh kualitas
kuliner terhadap kepuasan
konsumen 4). Apa dampak pengaruh nilai kuliner terhadap kepuasan konsumen?
STUDI PUSTAKA
Kepuasan
Konsumen
Kepuasan
pelanggan menjadi target tujuan utama pada kuliner tradisional. Studi Spais dan
Vasileiou (2008); Ming et al (2011) pada usaha kuliner menunjukkan perilaku
konsumen dalam menentukan kuliner pilihannya mempergunakan respon kepuasan atas
nilai yang ditawarkan usaha kuliner. Penelitian Espejel et al (2007)
mengembangkan model penelitian konsumen pada industri kuliner berbasis kuliner
tradisional di India. Latar belakang penelitian tersebut, dikarenakan kurangnya
minat konsumen untuk membeli kuliner tradisional. Konsumen mempunyai pertimbangan
yang kompleks dalam menentukan keputusan pembelian. Tosti (2009) menguatkan penelitian
tersebut dengan melakukan kajian khusus pada hubungan pengalaman konsumen dan
nilai kuliner. Hasilnya menunjukkan bahwa pengalaman konsumen pada saat
mengkonsumsi produk perusahaan merupakan hasil dari pengukuran nilai produk
yang dilakukan oleh konsumen. dengan kata lain adalah nilai kuliner adalah
penentu sikap dan keputusan yang akan diambil oleh konsumen.
Brand
Name
Brand name bagi sebagian
pelanggan dianggap sebagai jaminan untuk menghindari resiko pelanggan ketika
salah dalam mengambil keputusan dalam pembelian. Hal yang harus menjadi
prioritas adalah kepuasan pelanggan, karena apapun nilai kuliner hendak
dibentuk oleh perusahaan, tujuannya harus satu yaitu kepuasan pelanggan (Salciuviene et al 2010). Terdapat usaha kuliner yang
mempergunakan brand name sebagai
sebuah keunggulan bersaing. Karena dengan nama bagi perusahaan, brand name memberikan ciri atau atribut
yang membedakan dirinya dengan pesaingnya. Nama akan memberi jaminan bahwa brand name pada produk memiliki nilai unggul dibandingan para pesaing. Adanya
pendapat pada penelitian Binnekamp dan Ingenbleek (2008) bahwa ketika
merumuskan sebuah nama yang tepat pada produk dan usaha, maka harus benar-benar
dipikirkan. Karena salah memberi nama maka akan berdampak buruk bagi perusahaan
(Jin dan Suh 2005). Tugas lain yang lebih berat bagi perusahaan adalah
mempertahankan brand name di antara
para pesaing dan pelanggan. Membangun brand
name merupakan permasalahan serius yang sering dihadapi oleh UKM (Spence
dan Essoussi, 2010). Hipotesis penelitian yang diajukan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut; Hipotesis 1: “Semakin baik penentuan brand name
pada usaha kuliner maka semakin baik nilai kuliner atas usaha dan
produk kuliner“.
Kualitas Kuliner
Nilai Kuliner
Nilai
secara tradisional diukur dengan rasio perbandingan antara harga dan kualitas.
Hal ini berarti apabila harga lebih besar dibandingan dengan kualitas yang
dirasakan atau diterima oleh konsumen maka nilai akan produk perusahaan adalah
rendah. Sebaliknya apabila kualitas yang diterima melebihi ekspektasi konsumen,
dan konsumen merasa diuntungkan karena mendapatkan dengan harga yang lebih
rendah atau murah maka nilai kuliner akan produk perusahaan adalah tinggi (Gill
et al 2007). Nilai yang dibangun oleh sebuah produk dan usaha kuliner akan
mewujudkan sebuah komitmen dan kepercayaan. Hal tersebut adalah sangat penting,
di saat konsumen yang tumbuh menjadi konsumen yang cerdas untuk memilik dengan
kemampuan mereka untuk mencari informasi akan produk kuliner yang ditawarkan.
Jika dulu tampilan produk kuliner (penyajian) menjadi nomor satu, namun sekarang
mereka (konsumen) akan melihat hal tersebut hanya sebagai faktor pendukung
nilai keamanan dan kesehatan (kualitas) (Grunert dan Ramus, 2005). Beberapa
peneliti juga berkeyakinan bahwa nilai kuliner merupakan kunci penting
perusahaan dalam mewujudkan kepuasan pelanggan, pembelian ulang, loyalitas pada
merek (brand) dan komitmen (Gill et
al 2007). Hipotesis penelitian yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut; Hipotesis 4: “Semakin tinggi nilai kuliner pada usaha kuliner maka semakin tinggi kepuasan konsumen atas
usaha dan produk kuliner “.
METODE PENELITIAN
Populasi adalah konsumen
kuliner di sekitar Kampus Politeknik Negeri Semarang. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah 1).
Metode purposif (purposive sampling) dalam hal ini yaitu konsumen di sekitar kampus Politeknik Negeri Semarang
yang melakukan proses pembelian kuliner. 2). Quota sampling merujuk pada persyaratan dan rumus sampel yang
dianjurkan oleh Hair et al. (1995; dalam, Ferdinand, 2006) minimal 100 untuk
alat analisis SEM.
Berdasarkan telaah pustaka yang diajukan, maka dikembangkan definisi
operasional yang merupakan penjabaran dan pengukuran variabel dan indikator
yang dipilih, Brand name (nama merek) Menunjukkan brand name yang diukur dari penilaian konsumen akan nama yang
dipilih dan atau dipergunakan UKM untuk nama usaha kuliner yang diharapkan
mendapatkan nilai dari konsumennya. Indikator yang dirumuskan untuk
menjelaskan variabel adalah : Mudah dikenal dan diingat (X1),; Mempunyai daya pembeda (X2),; Singkat dan menarik (X3),;
Tidak ketinggalan jaman (X4),;
Mewakili produk kuliner (X5),;
dan Mudah dibaca dan diucapkan (X6). Kualitas
Kuliner menunjukan kualitas
kuliner yang diukur dari penilaian konsumen akan persepsi
kualitas kuliner yang ditawarkan UKM kepada konsumen. Indikator yang
dirumuskan untuk menjelaskan variabel adalah : Kesegaran (X7),;
Tampilan penyajian (X8),; Proses dan kecepatan penyajian (X9),;
Inovasi kuliner (X10),; dan Kesehatan (X11). Nilai kuliner diukur dari penilaian konsumen akan nilai manfaat yang dirasakan konsumen. Indikator yang dirumuskan untuk
menjelaskan variabel adalah : Nilai ekonomi (X12),;
Nilai kenyamanan (X13),; Nilai rasa
(X14),;
Nilai emosional (X15),;
dan Nilai sosial (X16). Kepuasan Konsumen diukur dari penilaian sikap dan emosional konsumen
berdasarkan akumulasi pengalaman mengkonsumsi usaha dan produk kuliner. Indikator yang
dirumuskan untuk menjelaskan variabel adalah : Senang
berlama-lama (X17),;
Pilihan pertama (X18),;
Senang dengan produk secara
menyeluruh (X19),;
dan Ingin datang kembali (X20).
Gambar 1 Hasil
Uji SEM Secara Menyeluruh
|
ANALISIS
DATA
Analisis
Structural Equation Modeling
Analisis selanjutnya
adalah analisis Structural Equation Model (SEM) secara Full Model
yang dimaksudkan untuk menguji model dan hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian
ini. Hasil pengolahan data untuk analisis SEM terlihat pada Gambar 1, Tabel 1
dan Tabel 2
Berdasarkan
Gambar 1 berupa analisis full model, dapat dilihat bahwa tingkat signifikansi
sebesar 0,054 menunjukkan bahwa hipotesis nol (H0) yang menyatakan
bahwa tidak ada perbedaan antara matriks kovarians sampel dengan matriks
kovarians populasi yang diestimasi tidak dapat ditolak. Hasil tersebut
menunjukkan diterimanya hipotesis nol (H0) atau model ini dapat diterima, yaitu terdapat
dua konstruk yang berbeda dengan indikator-indikatornya. Selain pengujian
berdasarkan nilai probability perlu juga diperkuat dengan nilai – nilai yang
lain, seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Uji Full Model
Kriteria
|
Cut of Value
|
Hasil
|
Evaluasi
|
Chi-Square
Probability
GFI
AGFI
TLI
CFI
CMIN/DF
RMSEA
|
c2 dengan df : 165
; p : 5 % = 135,299
> 0,05
> 0,90
> 0,90
> 0,95
> 0,95
< 2,00
< 0,08
|
195,259
0,054
0,839
0,795
0,972
0,976
1,183
0,043
|
Baik
Baik
Marginal
Marginal
Baik
Baik
Baik
Baik
|
Sumber:
data hasil pengolahan data primer, (2012)
Berdasarkan
hasil pengamatan pada Tabel 1 dapat ditunjukkan bahwa model memenuhi kriteria
fit, hal ini ditandai dengan nilai dari hasil perhitungan memenuhi kriteria
layak full model. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa model penelitian ini, keseluruhan memenuhi kriteria model
fit.
Hasil Regression
Weights Analysis Struktural
Equation Modeling
Hasil regression
weights analisis Struktural Equation Modeling bahwa setiap indikator
pembentuk variabel laten harus
menunjukkan hasil yang memenuhi kriteria yaitu nilai CR
di atas 1,96 dengan P lebih kecil dari pada 0,05 dan nilai lambda atau loading
factor yang lebih besar dari 0,5. Hasil tersebut, dapat dilihat dari Tabel
2.
Berdasarkan
Tabel 2 tersebut, menunjukkan 4 hipotesis yang diajukan memiliki nilai dibawah
nilai CR di atas 1,96 dengan P lebih besar dari pada 0,05 dan nilai lambda atau
loading factor yang lebih besar dari 0,5. Jadi dapat disimpulkan
secara umum model yang dipakai dalam penelitian ini dapat diterima, dan semua
hipotesis yang diajukan diterima, karena memenuhi loading factor.
Tabel 2 Hasil Regression Weights Analysis Struktural Equation Modeling
Estimate
|
S.E.
|
C.R.
|
P
|
|||
Nilai_Kuliner
|
<--- span="">--->
|
Brand_Name
|
.401
|
.142
|
2.824
|
.005
|
Nilai_Kuliner
|
<--- span="">--->
|
Kualitas_Kuliner
|
.512
|
.161
|
3.185
|
.001
|
Kepuasan_Konsumen
|
<--- span="">--->
|
Kualitas_Kuliner
|
.355
|
.168
|
2.106
|
.035
|
Kepuasan_Konsumen
|
<--- span="">--->
|
Nilai_Kuliner
|
.419
|
.153
|
2.739
|
.006
|
X1
|
<--- span="">--->
|
Brand_Name
|
1.000
|
|||
X2
|
<--- span="">--->
|
Brand_Name
|
.931
|
.122
|
7.656
|
***
|
X3
|
<--- span="">--->
|
Brand_Name
|
.870
|
.109
|
7.950
|
***
|
X4
|
<--- span="">--->
|
Brand_Name
|
.884
|
.121
|
7.302
|
***
|
X5
|
<--- span="">--->
|
Brand_Name
|
.970
|
.111
|
8.724
|
***
|
X6
|
<--- span="">--->
|
Brand_Name
|
.838
|
.115
|
7.286
|
***
|
X7
|
<--- span="">--->
|
Kualitas_Kuliner
|
1.000
|
|||
X8
|
<--- span="">--->
|
Kualitas_Kuliner
|
1.067
|
.130
|
8.202
|
***
|
X9
|
<--- span="">--->
|
Kualitas_Kuliner
|
1.139
|
.121
|
9.437
|
***
|
X10
|
<--- span="">--->
|
Kualitas_Kuliner
|
1.065
|
.110
|
9.708
|
***
|
X11
|
<--- span="">--->
|
Kualitas_Kuliner
|
1.079
|
.119
|
9.052
|
***
|
X12
|
<--- span="">--->
|
Nilai_Kuliner
|
1.000
|
|||
X14
|
<--- span="">--->
|
Nilai_Kuliner
|
.807
|
.101
|
7.999
|
***
|
X15
|
<--- span="">--->
|
Nilai_Kuliner
|
1.009
|
.117
|
8.612
|
***
|
X16
|
<--- span="">--->
|
Nilai_Kuliner
|
.868
|
.114
|
7.581
|
***
|
X17
|
<--- span="">--->
|
Kepuasan_Konsumen
|
1.000
|
|||
X18
|
<--- span="">--->
|
Kepuasan_Konsumen
|
1.028
|
.107
|
9.625
|
***
|
X19
|
<--- span="">--->
|
Kepuasan_Konsumen
|
1.092
|
.097
|
11.229
|
***
|
X20
|
<--- span="">--->
|
Kepuasan_Konsumen
|
.901
|
.099
|
9.141
|
***
|
X13
|
<--- span="">--->
|
Nilai_Kuliner
|
.896
|
.119
|
7.527
|
***
|
Nilai p sebesar (***) nilainya lebih kecil dari
0.001
Sumber:
data hasil pengolahan data primer, (2012)
Pengujian Hipotesis
Berikuti
ini hasil pengujikan hipotesis:
Hipotesis
I pada penelitian ini adalah “Semakin baik penentuan brand name pada usaha
kuliner maka semakin baik nilai kuliner atas usaha dan produk kuliner“. Berdasarkan data dari hasil
pengolahan data diketahui bahwa nilai CR (Critical Ratio) adalah sebesar 2.824 dengan nilai P (Probability)
sebesar 0,005. Kedua nilai ini menunjukkan hasil yang memenuhi syarat, yaitu
diatas 1,96 untuk CR (Critical Ratio) dan dibawah 0.05 untuk nilai P (Probability).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis I pada penelitian ini dapat
diterima.
Hipotesis II pada penelitian
ini adalah “Semakin
tinggi kualitas kuliner
pada usaha kuliner maka semakin tinggi nilai kuliner atas usaha dan
produk kuliner “. Berdasarkan
hasil dari pengolahan data diketahui bahwa nilai CR (Critical Ratio)
adalah sebesar 3,185 dengan nilai P (Probability) sebesar 0,001. Kedua nilai ini
menunjukkan hasil yang memenuhi syarat, yaitu di atas 1,96 untuk CR (Critical
Ratio) dan dibawah 0,05 untuk nilai P (Probability). Sehingga dapat
dapat disimpulkan bahwa hipotesis II pada penelitian ini dapat diterima.
Hipotesis III pada penelitian ini
adalah “Semakin tinggi
kualitas kuliner pada usaha
kuliner maka semakin tinggi kepuasan konsumen atas usaha dan produk kuliner
“. Berdasarkan
hasil dari pengolahan data diketahui bahwa nilai CR (Critical Ratio)
adalah sebesar 2,106 dengan nilai P (Probability) sebesar 0,035. Kedua nilai ini menunjukkan
hasil yang memenuhi syarat, yaitu di atas 1,96 untuk CR (Critical Ratio)
dan dibawah 0,05 untuk nilai P (Probability). Sehingga dapat dapat
disimpulkan bahwa hipotesis III pada penelitian ini dapat diterima
Hipotesis
IV pada penelitian ini adalah, ““Semakin tinggi nilai kuliner pada usaha
kuliner maka semakin tinggi kepuasan konsumen atas usaha dan produk
kuliner“. Berdasarkan hasil
dari pengolahan data diketahui bahwa nilai CR (Critical Ratio) adalah
sebesar 2.739 dengan nilai P (Probability)
sebesar 0,000. Kedua nilai ini menunjukkan hasil yang memenuhi syarat, yaitu
dibawah 1,96 untuk CR (Critical Ratio) dan diatas 0,05 untuk nilai P (Probability).
Sehingga dapat dapat disimpulkan bahwa hipotesis IV pada penelitian ini dapat
diterima.
KESIMPULAN DAN
IMPLIKASI MANAJERIAL
Kesimpulan
Setelah telah dilakukan analisis data
dan pengujian terhadap 4
(empat )
hipotesis sesuai model teoritis penelitian. Model ini telah diuji dengan
kriteria goodness of fit dan kuat
lemahnya dimensi-dimensi untuk membentuk faktor latennya dapat dianalisis
dengan menggunakan uji t terhadap Regression Weights pada SEM, di mana berdasarkan kedua uji tersebut
telah mendapatkan
hasil yang baik. Hasil dari
temuan penelitian ini berdasarkan
hasil analisis data yang tergambar pada grafik analisis full model (Gambar 1) membuktikan dan memberi kesimpulan yaitu
melalui 3 (tiga) proses dasar
nilai kuliner mahasiswa akan dapat meningkat sesuai dengan harapan antara lain,
yaitu: Pertama, hasil
analisis data menunjukkan bahwa kualitas kuliner merupakan elemen yang paling
penting dalam meningkatkan nilai kuliner. Hasil ini mengindikasikan bahwa
kualitas kuliner merupakan variabel dominan yang mempengaruhi terwujudnya
kepuasan konsumen melalui nilai
kuliner. Kedua, hasil analisis
data yang tergambar pada grafik analisis full model (Gambar 1) dapat
ditunjukkan bahwa brand name merupakan variabel kedua yang mempengaruhi
terwujudnya nilai kuliner. Ketiga,
hasil analisis data menunjukan secara langsung kualitas kuliner mempengaruhi
kepuasan konsumen.
Implikasi Manajerial
Berikut ini diuraikan beberapa saran
alternatif yang bersifat strategis:
1.
Menjadi UKM kuliner terinovatif dibandingkan UKM lain seperti kaya akan
menu yang selalu ada yang berbeda menjadikan kualitas kuliner, kemudian dinilai
tinggi oleh konsumen. Catatan penting hasil ini adalah unsur inovatif menjadi
daya tarik dan kekuatan utama bagi konsumen dalam memilih dan pada akhirnya
puas dengan apa yang diterimanya. Jadi bagi pengusaha dan calon pengusaha pada
bidang kuliner, inovasi adalah alat dalam persaingan. perlunya budaya inovasi
yang diwujudkan dengan target menu/produk kuliner, misalnya ditargetkan 1 bulan
sekali ada menu baru.
2.
Responden
berharap banyak dari proses dan kecepatan penyajian setiap UKM kuliner di
sekitar POLINES. Proses dan kecepatan dalam menyajian menjadi nilai utama lain.
Tidak banyak konsumen yang mempunyai banyak waktu untuk menunggu proses
penyajian makan. Ini artinya perlunya UKM kuliner merumuskan standar waktu,
meskipun sulit namun patut dicoba dengan satu tujuan yaitu kepuasan konsumen.
3.
Kualitas kuliner
tidak bisa lepas dari kesegaran bahan kuliner.
Nilai kuliner tidak akan dapat maksimal diberikan kepada konsumen, jika
hal tersebut terabaikan. Beberapa konsumen merasa ragu dengan kesegaran bahan makanan. Langkah yang harus diperhatikan terus melakukan monitoring bahan baku dari proses
pembelian, penyimpanan dan penyajian. Jika terdapat bahan baku yang menurut
sifatnya dapat disubtitusikan dari yang impor menjadi lokal, maka diupayakan
sebanyak mungkin.
Keterbatasan Penelitian dan Agenda Penelitian Mendatang
Keterbatasan
penelitian yang dapat ditarik dari adalah sebagai berikut: penelitian ini juga
menunjukkan masih ditemukan nilai koefisien pada ketiga variabel kurang yang
sesuai loading factor yang ideal
yaitu ≥ 0.50. Meskipun tidak terdapat ketentuan yang mengharuskan koefisien di
atas 0.05, namun patut menjadi pemikiran
bahwa masih ada variabel lain yang mungkin memiliki koefisien lebih besar dalam
mempengaruhi kepuasan konsumen kuliner di sekitar Kampus Politeknik Negeri
Semarang diluar
variabel yang diteliti dalam penelitian ini.
Agenda
penelitian mendatang yang dapat diberikan dari penelitian ini antara lain,
adalah: untuk memperbaiki koefisiensi Brand name, kualitas kuliner, nilai kuliner, dan kepuasan konsumen di Semarang, yang sesuai loading factor yang ideal yaitu ≥
0.50, misalnya ke depan perlu memperluas dan menambah
variabel indikator dalam penelitian yang
akan datang seperti lokasi dan promosi serta harga produk kuliner.
DAFTAR PUSTAKA
Babakus, Emin., Carol C Bienstock., and
James R Van Scotter, (2004),” Linking
Perceived Quality and Customer Satisfaction to Store Traffic and Revenue Growth
“, Decision Sciences, Vol. 35, No.4 p. 713-737
Binnekamp, Menno., and Paul
Ingenbleek (2008),” Do “good” food products make others look “bad”?Spin-off effects
of labels for sustainable food production in the consumer perception “,British
Food Journal, Vol. 110 No. 9, p. 843-864
Drichoutis, Andreas C.,
Panagiotis Lazaridis., and, Rodolfo M. Nayga Jr (2007),”An assessment of
product class involvement in food-purchasing behavior “, European Journal of Marketing, Vol. 41 No. 7/8, p. 888-914
Duvenage, Sara S.,
Hettie C Scho¨nfeldt & Rozanne Kruger (2010),” Food product attributes
guiding purchasing choice of maize meal by low-income South African consumers “, Development Southern Africa, Vol. 27,
No. 3, p. 299-311
Espejel, Joel., Carmina Fandos
and Carlos Flavia´(2007),” The role of intrinsic and extrinsic quality
attributes on consumer behaviour for traditional food products”, Managing
Service Quality Vol. 17 No. 6, p. 681-701
Ferdinand, Augusty (2006),“ Structural Equation
Modeling Dalam Penelitian Manajemen :Aplikasi Model-model rumit dalam
Penelitian untuk tesis S-2 dan disertasi S-3”, Badan Penerbitan Universitas Diponegoro
Gill, Donna., Brett Byslma., and
Robyn Ouschan (2007),” Customer perceived value in a cellar door visit: the
impact on behavioural intentions “, International
Journal of Wine Business Research, Vol. 19 No. 4, p. 257-275
Grunert, Klaus G., and., Kim
Ramus, (2005),” Consumers' willingness
to buy food through the internet: A review of the literature and a model for
future research “, British Food Journal, Vol. 107, No. 6 p. 381-403
Hansen, Torben (2005),” Understanding consumer perception of food
quality: the cases of shrimps and cheese “, British Food Journal, Vol
107, No. 7, p. 500-525
Jiang, Pingjun., and, Bert
Rosenbloom, (2005),” Customer intention
to return online: price perception, attribute-level performance, and
satisfaction unfolding over time”, European Journal of Marketing, Vol. 39, No. 1/2 p.150-174
Magistris, Tiziana de., and
Azucena Gracia (2008),” The decision to buy organic food products in Southern
Italy”, British Food Journal, Vol.
110 No. 9, p. 929-947
Ming,Tan
Teck., Hishamuddin Bin Ismail, and Devinaga Rasiah,(2011),” Hierarchical Chain
Of Consumer-Based Brand Equity: Review From The Fast Food Industry “, International Business & Economics
Research Journal, Vol. 10, No. 9 p. 67-80
Olaru, Doina., Sharon Purchase.,
and Nathan Peterson, (2008),” From customer value to repurchase intentions and
recommendations”, Journal of Business
& Industrial Marketing, Vol 23/8 p.554–565
Qin, Hong., and Victor R Prybutok
(2008),” Determinants of
Customer-Perceived Service Quality in Fast-Food Restaurants and their
relationship to customer satisfaction and behavior intentions “, The
Quality Management Journal Vol. 15,
No. 2 p. 35-50
Salciuviene,Laura.,
Pervez N. Ghauri., Ruth Salomea Streder.,and Claudio De Mattos, (2010), “ Do
brand name s in a foreign language
lead to different brand perceptions?”, Journal
of Marketing Management, Vol. 26, No. 11–12
Shaharudin,
Mohd Rizaimy., Suhardi Wan Mansor., and Shamsul Jamel Elias (2011),” Food
Quality Attributes among Malaysia’s Fast Food Customer”, International Business and Management, Vol. 2, No. 1. p. 198-208
Spais, George S., and
Konstantinos Z. Vasileiou (2008),” Some more
evidence in the discussion of the ambiguities surrounding consumer
perceived value and consumer satisfaction: A new perspective on the role of
mass communication theories “,Agricultural
Economics Review, Vol 9, No1, p.35-54
Spence, Martine., and Leila
Hamzaoui Essoussi (2010),” SME brand building and management: an exploratory
Study “, European Journal of Marketing,
Vol. 44 No. 7/8, p. 1037-1054
Tosti,Donald T. (2009), “Customer Experience and Value: A Performance
View”, Performance
Improvement, Vol. 48, No. 1 p.37-44