Laman

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS MAHASISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAME TOURNAMENT / TGT PADA MATA KULIAH BUSINESS ENGLISH


PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS MAHASISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAME TOURNAMENT / TGT PADA MATA KULIAH
BUSINESS ENGLISH

Budi Prasetya
Jurusan Administrasi Niaga, Politeknik Negeri Semarang
Jl. Prof.H.Sudarto, SH, Tembalang, Kotak Pos 6199/SMS Semarang 50061


ABSTRAC
The objective of this reserch is to know learning model by cooperative learning type TGT which may improve the student’s activities and the achievements in acquiring the absic competence of Business English.  The Obiect of this research are thestudents of business administration major  in odd semester  2012/2013 academic year. The Variabel of this research are  student’s activity rate   nad student’s chievement.  The Procedure of class treatment was carried out within two cysles where in every cysle there are two sessions. The steps of learning comprises planning, executing, observing adand reflecting. Data was collected through score of the game ( competition assesment model) and also through observing student’s activity during the learning process.
It was found that TGT learning process gives the best result but not yet optimum. In cycle 2 compared with average score of quiz 1 there was a significant difference in which the score of learning improvement was 30 point of improvement  in average.  In this cycle  the score of learning improvement using cooperative learning  model  TGT type   was classified good. While based on the student’s actvity, it was found that the student’s activity was regarded as active. Therefore it cn be concluded that cooperative learning  model  TGT type is able to improve student’s achievement and learning activities.
Keywords:  learning outcome, learning activity, cooperative learning , team game tournament

LATAR BELAKANG MASALAH
Proses pendidikan yang banyak dikritik dewasa ini adalah proses pembelajaran atau tepatnya proses pengajaran menghasilkan  mahasiswa didik yang hanya mampu menghafal materi ajar tanpa adanya pemahaman yang mendalam tentang materi ajar tersebut. Proses belajar mengajar masih berpusat pada dosen dan menekankan aspek kognitif semata dan belum banyak menyentuh aspek ketrampilan , sikap dan perilaku sebagai komponen sebuah kompetensi yang utuh. Jika dikaji lebih mendalam aspek kognitif yang mendapat porsi lebih besar ketimbang aspek ketrampilan dan sikap perilaku inipun masih berkutat pada aspek pengetahuan yang hanya sekedar tahu yang mengandalkan ingatan atau pemahaman sederhana. Mahasiswa belum terbiasa untuk mendiskripsikan, mengidentifikasi, mempraktekkan dan memecahkan masalah berdasar pengetahuan yang dimilikinya. Kondisi ini diperparah dengan alat evaluasi yang juga masih lebih banyak menanyakan aspek aspek kognitiif yang bersifat hafalan semata.
Didalam proses belajar mahasiswa didik lebih banyak bersikap pasif menerima informasi dari dosen . Mahasiswa belum menunjukkan kreativitas dan antusiasme untuk mengembangkan diri dalam menambah ilmu pengatahuan  lewat buku, dan referensi lain seperti internet. Mahasiswa lebih cenderung mendengarkan, mencatat dan menghafal materi ajar untuk digunakan semata mata menjawab soal ujian yang diberikan dosen. Dosenpun dalam memberikan pelajaran masih bersifat parsial teoritis tanpa banyak mengaitkan materi ajarnya dengan permasalahan yang seringkali dan senyatanya dihadapi mahasiswa dalam kehidupan masyarakat. Sebagai akibatnya mahasiswa didik tidak bisa mempraktekkan pengetahuan yang dimilikinya untuk pemecahan masalah. Hasil belajar yang buruk ini diduga bersumber dari beberapa aspek seperti : metode mengajar dosen yang kurang tepat, media pembelajaran yang kurang kreatif dan menarik minat mahasiswa, antusiasme belajar mahasiswa yang kurang , materi belajar yang tidak sesuai dengan keminatan mahasiswa, soal yang tidak sesuai dengan tingkat kecerdasan mahasiswa. Selain itu kelemahan ini juga bisa berasal dari faktor eksternal misalnya ruang kelas yang bising , gangguan belajar di lingkungan rumah , dan lain lain.
Untuk mengatasi masalah tersebut peran dosen sangat penting. Dosen harus bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sesuai dengan karakteristik mahasiswa  berbasis pemecahan masalah sehingga diharapkan hasil dari proses pembelajaran adalah peningkatan kompetensi mahasiswa secara holistic . Untuk itulah maka diperlukan upaya penelitian tindakan kelas untuk menemukan model pebelajaran yang sesuai yang mampu meningkatkan prestasi belajar mahasiswa .

PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas maka secara tegas permasalahan dalam penelitian ini adalah : “ apakah tindakan – tindakan dalam model pembelajaran cooperative learning tipe team game tournament / TGT dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa dalam penguasaan materi Business English ?

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1.      Tujuan Penelitian ini adalah : mengetahui apakah model pembelajaran cooperative learning tipe team game tournament dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi mahasiswa dalam memperoleh kompetensi dasar business  english
2.      Manfaat Penelitian ini adalah : a) dosen mengetahui  model pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik mahasiswa sebagai makhluk sosial yang bisa diimplementasikan pada pembelajaran materi lain b) meningkatkan kinerja dosen dengan mengembangkan pendekatan dan model belajar yang tepat . c) membantu mahasiswa agar lebih meningkatkan hasil belajar dan aktivitas mahasiswa melalui suasana belajar yang menyenangkan dan kompetitif.

LANDASAN TEORI
Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan oleh dosen untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar dikalangan mahasiswa, mampu berpikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal (Isjoni, 2009: 8). Model pembelajaran berfungsi untuk memberikan situasi pembelajaran yang tersusun rapi untuk memberikan suatu aktivitas kepada mahasiswa guna mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran menurut Degeng adalah upaya untuk membelajarkan mahasiswa. Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dengan sejumlah mahasiswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda (Isjoni,2009 : 14). Menurut Slavin (1985) dalam  Isjoni (2010: 12) mengatakan, bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana mahasiswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Model pembelajaran koperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh mahasiswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Terdapat empat unsur penting dalam pembelajaran kooperatif yaitu, adanya peserta didik yang terbagi dalam kelompok, adanya aturan kelompok, adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan adanya tujuan yang harus dicapai (Sanjaya, 2008: 241). Pembelajaran kooperatif adalah miniatur dari bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing (Suyatno, 2009: 51)
Sistem pembelajaran cooperative learning merupakan sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada mahasiswa didik untuk bekerja sama dengan sesama mahasiswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif terdapat  struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok (Sugandi, 2002: 14). Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan mahasiswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok. Untuk mencapai hasil yang maksimal, maka harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong, yaitu: a) Saling ketergantungan positif b) Tanggung jawab perseorangan.c) Tatap muka.d) komunikasi antar anggota.c)Evaluasi proses kelompok.

Karakteristik  Pembelajaran Kooperatif
Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya: a) Mahasiswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis b) Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari mahasiswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi c) Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin d) Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu.
Selain itu, terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam model pembelajaran kooperatif yaitu:
a.         Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma.
b.        Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerja sama diantara anggota kelompok.
c.         Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan.
d.        Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.

Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok kecil, di mana Muslim Ibrahim (2006 : 6, dalam Depdiknas 2005 : 45) menguraikan unsur-unsur pembelajaran kooperatif sebagai berikut: a) Mahasiswa dalam kelompoknya harus beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama” b) Mahasiswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri c) Mahasiswa harus melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama d) Mahasiswa harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya e) Mahasiswa akan dievaluasi atau diberi hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua kelompok f) Mahasiswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya g) Mahasiswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Dengan memperhatikan unsur-unsur pembelajaran kooperatif tersebut setiap mahasiswa yang tergabung dalam kelompok harus betul-betul dapat menjalin kekompakan. Selain itu, tanggung jawab bukan saja terdapat dalam kelompok, tetapi juga dituntut tanggung jawab individu.
Pada pembelajaran kooperatif dikenal ada berbagai  tipe, diantaranya yaitu: 1) tipe STAD, 2) tipe Jigsaw, 3) Investigasi Kelompok, 4) tipe Struktural, 5) tipe TGT, dll. Tipe  TGT (Team Game Tournament)  adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh mahasiswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran mahasiswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan mahasiswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Menurut Saco (2006), dalam TGT mahasiswa memainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing.

Penghargaan Kelompok
Menurut Slavin dosen memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar dari nilai dasar (awal) ke nilai kuis/tes setelah mahasiswa bekerja dalam kelompok. Cara-cara penentuan nilai penghargaan kepada kelompok dijelaskan melalui langkah-langkah berikut:
a.    Menentukan nilai dasar (awal) masing-masing mahasiswa. Nilai dasar (awal) dapat berupa nilai tes/kuis awal atau menggunakan nilai tes/ulangan sebelumnya.
b.    Menentukan nilai tes/kuis yang telah dilaksmahasiswaan setelah mahasiswa bekerja dalam kelompok, misal nilai kuis I, nilai kuis II, atau rata-rata nilai kuis I dan kuis II kepada setiap mahasiswa yang kita sebut nilai kuis terkini.
c.    Menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan berdasarkan selisih nilai kuis terkini dan nilai dasar (awal) masing-masing mahasiswa dengan menggunakan kriteria berikut ini.
1)        Nilai peningkatan 5, jika nilai kuis/tes terkini turun lebih dari 10 poin di bawah nilai awal
2)        Nilai peningkatan 10, jika nilai kuis/tes terkini turun 1 sampai dengan 10 poin di bawah nilai awal
3)        Nilai peningkatan 20, jika nilai kuis/tes terkini sama dengan nilai awal sampai dengan 10 di atas nilai awal
4)        Nilai peningkatan 30, jika nilai kuis/tes terkini lebih dari 10 di atas nilai awal

Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilai peningkatan yang diperoleh masing-masing kelompok dengan memberikan predikat cukup, baik, sangat baik, dan sempurna.
Kriteria untuk status kelompok:
1)        Cukup, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok kurang dari 15 (Rata-rata nilai peningkatan kelompok < 15 )
2)        Baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan 20 ( 15 ≤ Rata-rata nilai peningkatan kelompok < 20)
3)        Sangat baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 20 dan 25 ( 20 ≤ Rata-rata nilai peningkatan < 25)
4)        Sempurna, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok lebih atau sama dengan 25 (Rata-rata nilai peningkatan kelompok ≥ 25)

Kerangka Pemecahan Masalah
Keadaan sekarang yang secara umum dapat digambarkan  sebagai :  a) Pembelajaran Business English model konvensional dan tugas individu  b)  Belum ditemukan model  pembelajaran yang tepat sesuai karakter mahasiswa  c) Hasil pembelajaran Business English masih belum memuaskan. Untuk itu melalui PTK ini akan dilakukan  perlakuan dengan cara : a) Pembentukan kelompok b) Presentasi kelas c) Games d) Tournament e) Penghargaan / recognition.  Dari PTK tersebut diharapkan  terdapat output sebagai berikut : a) Dosen mampu menerapkan model pembelajaran dengan tipe TGT b) Peningkatan kualitas pembelajaran Business English c) Peningkatan hasil belajar dan aktivitas mahasiswa

METODOLOGI  PENELITIAN
1.    Waktu dan  Tempat Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian  tindakan kelas untuk mata kuliah  Business English pada semester gasal tahun ajaran 2012 / 2013 di Prodi Administrasi Bisnis . Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan.  Sebagai subyek penelitian ini adalah mahasiswa prodi administrasi Bisnis kelas 3  dengan jumlah mahasiswa sebanyak 24 orang, terdiri dari 13 mahasiswa perempuan dan 11 mahasiswa laki – laki.
2.    Prosedur  / Tahapan dan Siklus PTK
Penelitian tindakan kelas ini dilaksmahasiswaan melalui dua  siklus untuk melihat hasil peningkatan hasil belajar dan aktivitas mahasiswa dalam mengikuti Mata Kuliah Business English melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT.Prosedur penelitian meliputi : Perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
3.    Teknik dan Alat Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuis , tes dan  observasi,
a.         Kuis  : digunakan untuk mendorong pemahaman mahasiswa terhadap materi  yang dipelajari
b.         Observasi : dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang partisipasi dan aktivitas mahasiswa dalam proses belajar mengajar dengan implementasi tipe TGT
4.    Analisis Data
Data yang dikumpulkan selama proses pembelajaran melalui dua siklus penelitian dianalisis dengan  analisis deskriptif yaitu  menggunakan teknik presentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam  kegiatan pembelajaran.
a.              Hasil belajar dilihat dengan membandingkan nilai terkini dengan nilai awal kemudian menganalisis nilai rata – rata skore kuis secara kelompok   kemudian dikategorisasi.
b.             Aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran dianalisis dengan menggunakan skala likert dengan range sangat tidak aktif, tidak aktif, aktif dan sangat aktif kemudian dilihat prosestasenya pada masing masing range tersebut.
5.    Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian ini adalah sebagai berikut : a) rata rata peningkatan nilai hasil belajar individu mahasiswa berkisar antara 20 – 30 b) rata rata nilai peningkatan hasil belajar kelompok tergolong sangat baik atau sempurna c) Lebih dari 80% anggota kelompok aktif dalam mengikuti game atau turnamen

HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus Satu
Pada siklus pertama peneliti melakukan empat tahapan kegiatan sebagai berikut :
1).  Perencanaan ( Planing )
a.       Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui  kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada mahasiswa dengan   menggunakan pembelajaran kooperatif  tipe TGT.Kompetensi dasar yang harus dimiliki mahasiswa terkait dengan topik bahasan ini adalah   mahasiswa mampu mendiskripsikan komponen dari business report.
b.      Membuat rencana pembelajaran kooperatif tipe TGT. Rencana pembelajaran / SAP disusun secara khusus disesuaikan dengan tujuan dari penelitian ini
c.       Membuat kartu indeks soal soal untuk kuis / game / turnamen
d.      Membuat instrumen yang digunakan dalam pengamatan siklus penelitian tindakan kelas
e.       Menyusun alat evaluasi pembelajaran

2). Pelaksanaan ( Acting )
a.         Membentuk kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang mahasiswa yang anggotanya heterogen. Karena jumlah mahasiswa dalam satu kelas ada 24 mahasiswa maka mahasiswa dibagi menjadi 6  kelompok.
b.        Memberitahu mahasiswa tentang tugas yang harus dikerjakan oleh anggota kelompok. Tugas kelompok adalah menjawab kuis dalam bentuk permainan yang dinilai dalam kelompok.
c.         Menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
d.        Menghimbau mahasiswa bahwa materi yang disampaikan akan berguna pada saat game dan menentukan skor kelompok.
e.         Menyampaikan/mempresentasikan materi kuliah di dalam kelas. Materi kuliah  dengan topik business report disampaikan dengan metode ceramah , diskusi kelas dan penugasan dengan alat bantu lembar kerja .
f.         Memberikan game dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji, memperdalam  dan mereview pengetahuan yang didapat mahasiswa dari penyajian materi pada tahapan sebelumnya yang ditulis  dalam bentuk kartu indek
g.        Memberikan dan mengumpulkan skor kepada mahasiswa yang menjawab benar.
h.        Membagi mahasiswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga mahasiswa tertinggi prestasinya pada meja I, tiga mahasiswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
i.          Mengkoordinasikan jalannya turnamen dengan prosedur pelaksanaan.
j.          Mengumumkan hasil penilaian dari pengumpulan skor turnamen.
k.        Memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha yang telah dilakukan oleh individu maupun oleh kelompok. 

Hasil dari kuis yang dilakukan dalam kelompok disajikan dalam tabel berikut in. Nilai tabel tersebut di bawah ini dianalisis untuk diketahui nilai peningkatannya seperti dalam Slavin untuk kemudian dikategorisasi dengan kriteria sebagai berikut :
1)        Cukup, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok kurang dari 15 (Rata-rata nilai peningkatan kelompok < 15 )
2)        Baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan 20 ( 15 ≤ Rata-rata nilai peningkatan kelompok < 20)
3)        Sangat baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 20 dan 25 ( 20 ≤ Rata-rata nilai peningkatan < 25)
4)        Sempurna, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok lebih atau sama dengan 25 (Rata-rata nilai peningkatan kelompok ≥ 25)










Tabel 1
Hasil Skore kuis / game siklus 1
Kelompok
Nilai Awal
Nilai Terkini
 Nilai Peningkatan Kelompok
Predikat
A
75
81
20 POIN
BAIK
B
82
88
20 POIN
BAIK
C
70
73
20 POIN
BAIK
D
75
85
20 POIN
BAIK
E
60
60
20 POIN
BAIK
F
76
80
20 POIN
BAIK
                 Sumber : Data Primer yang diolah 2012


Dari hasil tersebut diatas terlihat bahwa sebagian besar kelompok mendapat predikat baik karena hampir semua kelompok mendapatkan nilai peningkatan 20 poin. Hal ini berarti terdapat selisih antara nilai terkini dengan nilai awal sebesar maksimum 10 angka. Hanya terdapat satu kelompok yang nilai awal dan nilai terkininya sama.

3). Pengamatan ( Observation )
      Tindakan peneliti yang dilakukan pada tahapan ini adalah sebagai berikut :
a.       mengamati situasi kegiatan selama proses pembelajaran. Kondisi yang diamati meliputi suasana ruang kelas, kelancaran pelaksanaan game / turnamen, hasil yang diperoleh, dan sebagainya.
b.      mengamati keaktifan mahasiswa. Mengamati tingkat partisipasi masing masing mahasiswa dalam kelompok dan melihat sumbangan mahasiswa dalam menjawab kuis kuis yang diberikan pada kelompoknya.
c.       mengamati Kemampuan mahasiswa setelah mengikuti game dan turnamen untuk melhat sejauh mana tujuan pembelajaran / kompetensi dasar dikuasai oleh mahasiswa mellaui permainan game atau turnamen antar kelompok.

Pada akhir siklus pertama dari hasil pengamatan dosen dapat disimpulkan :
a.       Sebagian besar kelompok terlihat aktif mengikuti kuis, hanya satu kelompok yang terlihat kurang aktif dan satu kelompok yang terlihat sangat aktif.
b.      Mahasiswa mulai terbiasa dengan kondisi belajar kelompok
c.       Mahasiswa mulai terbiasa dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT
d.      Mahasiswa mampu menyimpulkan materi pembelajaran melaui jawaban kuis yang diberikan dari kelompok kelompok yamg ikut bermain. .
e.       Dosen belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan perlu ada improvement /perbaikan dan peningkatan variasi kuis dan soal kuis aga bisa memberikan hasil yang lebih optimal.

4).   Refleksi ( Reflecting )
        Penelitian tindakan kelas ini berhasil apabila memenuhi beberapa syarat sebagai berikut :
a.       rata rata peningkatan nilai hasil belajar individu mahasiswa berkisar 20
b.      rata rata nilai peningkatan hasil belajar kelompok tergolong baik
c.       75 % anggota kelompok aktif dalam mengikuti game atau turnamen

Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang  telah dicapai pada siklus pertama, maka pada pelaksanaan siklus kedua dapat dibuat perencanaan sebagai berikut:
a.       Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam  pembelajaran.
b.      Lebih intensif membimbing kelompok yang kurang aktif dalam emngikuti permainan.
c.       memberi pengakuan atau penghargaan (reward)

Siklus Kedua ( dua pertemuan )
Siklus kedua terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi serta replaning.
1).   Perencanaan ( Planing )
       Perencanaan pada siklus kedua berdasarakan perencanaan siklus pertama yaitu  :
a.       Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam   proses pembelajaran.
b.      Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan dalam menjawab kuis permainan
c.       Memberi pengakuan atau penghargaan
d.      Membuat perangkat pembelajaran kooperatif tipe TGT yang lebih  mudah dipahami oleh mahasiswa

2).    Pelaksanaan ( Acting )
       Hasil dari pelaksanaan tahap ini pada siklus dua adalah sebagai berikut :
a.       Suasana pembelajaran sudah mengarah kepada pembelajaran kooperatif  tipeTGT .
b.      Sebagian besar mahasiswa merasa termotivasi untukikut srta menjawab kuis dan memberikan kontribusi dalam permainan  
c.       Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah mulai tercipta


Tabel 2 : Hasil Skore kuis / game siklus 2
Kelompok
Nilai Awal
Nilai Terkini
 Nilai Peningkatan Kelompok
Predikat
A
81
95
30 POIN
Sangat Baik
B
88
90
20 POIN
Baik
C
73
85
30 POIN
Sangat Baik
D
85
95
20 POIN
Baik
E
60
70
20 POIN
Baik
F
80
92
30 POIN
Sangat Baik
                   Sumber : Data Primer yang diolah 2012


Pada siklus 2 data rata rata nilai kuis 2 dibandingkan dengan rata rata nilai kuis 1 terdapat perbedaan yang signifikan dimana nilai peningkatan hasil belajar rata rata 30 poin nilai peningkatan. Hal itu berarti nilai kuis terkini lebih dari 10 poin lebih tinggi dibanding dengan nilai kuis awal. Pada siklus 2 ini bisa dikatakan bahwa  nilai peningkatan hasil belajar mahasiswa dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning dengan tipe TGT tergolong berpredikat baik. Nilai rata rata ulangan harian pada data sebelumnya adalah 73 sedangkan ulangan harian pada akhir siklus 2 adalah 77 . Jadi bisa dikatakan secara umum terjadi peningkatan nilai harian mahasiswa dibandingkan sebelum menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe TGT.

3). Observasi dan Evaluasi
Secara umum aktivitas atau partisipasi masing masing mahasiswa dalam kelompok pada siklus 2 terdapat peningkatan dimana 52, 6 % mahasiswa aktif dan 47,4  % mahasiswa sangat aktif.

4).    Refleksi dan Perencanaan Ulang ( Reflecting and Replaning )
        Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus kedua ini adalah sebagai berikut  :
a.       Aktivitas mahasiswa dalam PBM sudah mengarah ke pembelajaran kooperatif.   Mahasiswa mampu membangun kerja sama dalam kelompok dan memiliki semangat kompetisi untuk memperoleh hasil terbaik .
b.      Meningkatnya aktivitas mahasiswa dalam PBM Didukung oleh meningkatnya peran dosen sebagai fasilitator, mediator, moderator dan organisator  dalam mengelola dan menciptakan suasana pembelajaran yang mengarah pada pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu suasana kerjasama , saling ketergantungan , dan kompetisi dan semangat memperoleh hasil terbaik bagi kelompoknya.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai berikut  :
1.    Penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT  dapat meningkatkan    efektivitas proses pembelajaran
2.    Terjadi peningkatan aktivitas    dan partisipasi mahasiswa melalui permainan / game yang interaktif. Melaui permainan/ game dan turnamen mahasiswa lebih bertangung jawab , mampu menyampaikan ide atau gasasan , mampu merespons orang lain , memiliki semangat kompetisi  
3.    Pembelajaran kooperatife tipe TGT relevan dengan pembelajaran     kontektual. Melalui pembelajaran kooperatife tipe TGT, mahasiswa membangun sendiri    pengetahuan, menemukan langkah  langkah dalam mencari penyelesaian  dari suatu materi yang harus dikuasai oleh mahasiswa, baik secara individu maupun kelompok
4.    Dengan pembelajaran kooperatife tipe TGT pembelajaran Business English  lebih menyenangkan

Saran
Dari hasil analisis pada penelitian tindakan kelas pada Prodi Administrasi Bisnis ini disarankan sebagai berikut :
1.    Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran secara berkelanjutan sebagai jawaban terhadap peningkatan profesionalisme dosen maka pada proses pembelajaran dengan topik berbeda dan kelas berbeda, model pembelajaran kooperatif tipe TGT bisa digunakan sebagai suatu alternatif dalam mata pelajaran Business English untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa
2.    Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi dosen dan mahasiswa maka diharapkan kegiatan PTK ini  dapat dilakukan dilakukan perbaikan/improvement secara berkelanjutan dalam Mata kuliah Business English.

DAFTAR PUSTAKA
Barr, Robert Bart, James L. & Shermis, 1978, The Nature of Social Studies, California : ETC Publication
Borg & Gall, 2003, Educational Research, New York; Allyn and Bacon
Hisyam Zaini dkk., 2004, Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: CTSD.
http://www.idonbiu.com/2009/05/pembelajaran-cooperative-learning.html
Ibrahim, Muslimin,2000.Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press
Johnson, D.W. & Johnson, R.T., 1991, Learning Together and Alone: Cooperative, Competitive, and     Individualistic Learning (3rd edition), Upper Saddle River, NJ: Prentice-Hall.
Moleong, Lexy J, 2000, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya.
Nurhadi, Agus Gerald Senduk, 2003, Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL), Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.
Siberman, 2000, Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject, terjemahan: Sarjuli dkk, Jakarta: Penerbit YAPPENDIS.
Slavin R., 1990, Cooperative Learning: Theory, Research and Practice, Englewoods Cliff, NJ: Prentice-Hall.
www.duniapembelajaran.com