Riyadi
Jurusan
Administrasi Niaga, Politeknik Negeri Semarang
Jl.
Prof.H.Sudarto, SH, Tembalang, Kotak Pos 6199/SMS Semarang 50061
ABSTRACT
Up to now, big
fund has been allocated company for Coroporate Social Responsibility-CSR. For example
Telkom Jateng –DIY at lest Rp 41,3 Billion has been shared during 2014
for Partnership dan Environment empowerment (Kemitraan dan Bina Lingkungan).
More Badan Usaha Milik Negara –BUMN and big company in Indonesia are
illustrated potential funding to create social programs. Big problem to get answer is how far that
social programs has been held able to give benefit for target group or we can
say that is the program implemented effective for target? CSR program has been formulated by company can
be classified such as Education, Research, Developing people's
economy and Rugged country, Socio
Economic MUDIK free. Based on the four program can be concluded that Developing
people's economy and
Rugged
country more effective than other program and also giving Social
Welfare sustain and long term
Keyword: CSR, Effectiive
PENDAHULUAN
Menurut UU RI No 40/2007 tentang Perseroan
Terbatas, Bab V mengatur Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan yang menyebutkan Perseroan
yang berusaha di bidang/ berkaitan dengan SDA wajib melakukan CSR (pasal 1)
yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perusahaan secara patut dan
wajar (pasal 2). Peraturan ini
selanjutnya membawa konsekuensi bahwa sebuah perusahaan tidak lagi disarankan
tetapi telah diwajibkan menerapkan Corporate
Social Respondility (CSR) dalam
melaksanakan kegiatan profesionalnya. Istilah CSR atau yang biasa dikenal
dengan tanggung jawab sosial dan lingkungan sendiri sebenarnya telah
akrab sejak tahun 1970-an. CSR memperhatikan
kepentingan masyarakat luas dan bertanggung jawab atas dampak semua kegiatan
mereka terhadap pelanggan, karyawan, pemegang saham dan lingkungan (stakeholders). Artinya keadaan ini melebihi kewajiban
organisasi demi meningkatkan kualitas hidup karyawan
beserta keluarganya juga lingkungan sekitar dan masyarakat luas. Dengan
menerapkan program CSR perusahaan ikut mendorong kemajuan masyarakat melalui
program-programnya.
Menurut konsep Triple Bottom Line (3BL), perusahaan dapat
eksis jika mengupayakan terjadinya keseimbangan antara tiga komponen yang
membentuk segitiga sama sisi. Pertama adalah ekonomi,
artinya
perusahaan akan eksis
jika mengahsilkan keuntungan yang dapat memenuhii segala kegiatan operasionalnya.
Kedua, adalah social, artinya
perusahaan akan tetap eksis jika dapat memberikan kontribusi pada masyarakat
yang ada di sekitarnya. Misalnya, dengan menciptakan lapangan pekerjaan baru
bagi masyarakat
sekitar. Ketiga adalah
lingkungan, tidak hanya
sekedar mengusahakan limbah yang dapat merusak lingkungan menjadi aman, tetapi bagaimana
berupaya untuk menjaga lingkungan yang ada di sekitarnya.
Untuk dapat
melaksanakan CSR yang baik perlu mempunyai strategi yang
efektif. Stategi yang
dimaksud adalah sejalan dengan latar belakang sebuah perusahaan/organisasi dan
dapat turut memperkuat identitas dan keberhasilannya. Langkah-langkah yang dimungkinkan meliputi: pertama,
membangun dukungan tim, senior management dan karyawan atau anggota. Kedua,
mempelajari yang telah dilakukan pihak lain agar tidak terjadi duplikasi. Ketiga, menyiapkan matrix aksi CSR
yang dirancang. Keempat, mengembangkan opsi-opsi ke depan
dan dampaknya. Kelima, memutuskan arah pendekatan dan focus.
PERMASALAHAN
Sering menjadi polemik dalam diskusi
tentang CSR, banyak
fihak yang menilai
bahwa banyak perusahaan salah menerapkan corporate
social responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosialnya sehingga hasil
program tersebut kurang maksimal. Selama ini yang banyak dilakukan perusahaan berupa donasi atau charity, sehingga programnya hanya berjalan sesaat
yang sering dikonotasikan sebagai pemadam kebakaran untuk mengatasi masalah
yang timbul di masyarakat. Mestinya CSR merupakan
program yang terencana dengan baik oleh perusahaan
dengan focus pada sektor tertentu untuk memberdayakan
masyarakat, sifatnya jangka panjang dan berkelanjutan. Jadi, tidak
sekali diberikan, kemudian dilepaskan begitu saja. Dari uraian di atas secara eksplisit dapat dinyatakan permasalahannya adalah bagaimana efektifitas program CSR yang telah dilaksanakan perusahaan.
PEMBAHASAN
Menurut
Arif B dkk (2004:72) CSR adalah tentang nilai dan standar yang dilakukan
berkaitan dengan beroperasinya korporat.
Komitmen usaha untuk bertindak etis, beroperasi secara legal dan
berkontribusi untuk penigkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas
hidup dari karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat secara
lebih luas.
Menurut
Wibisono (2007:45), terdapat
lima pilar yang menjadi tolok ukur dalam
program CSR yaitu: Building
Human Capital, Strengthening
Economies, Assessing Social
Chesion, Encouranging Good Governance dan Protecting The Environment
Keberadaan
CSR pada intinya pemberian pengakuan bahwa dalam menjalankan operasinya, bisnis
masa kini tidak lagi sekedar bertanggung jawab atau merespon pada kepentingan
para pemegang saham atau shareholders
tetapi juga bagi kepentingan para stakeholdersnya
(Henry Heyneardhi (2005:8). Pemahaman
baru perihal tanggung jawab korporasi ini lazim pula dikenal dengan istilah triple bottom line. Perusahaan mengafirmasi tujuan bisnis yaitu
mengejar profit, tetapi juga membebankan tanggung jawab sosial yaitu pemenuhan
kesejahteraan masyarakat (people) serta partisipasi aktif untuk
menjamin kelestarian lingkungan.
Untuk mengetahui efektifitas program
CSR perlu diidentifikasi
dan dievaluas program CSR yang selama ini telah berjalan di berbagai
perusahaan. Uraian berikut
merupakan ragam program yang telah dilaksanakan pada berbagai perusahaan dan selanjutnya disisipkan
evaluasi dan analisa dampak program secara luas
CSR – Bantuan
Program Pendidikan
Masyarakat
Indonesia beberapa tahun terakhir ini memiliki kesempatan lebih
besar dan lebih baik untuk mendapat pendidikan dengan adanya program bantuan
pendidikan berbagai perusahaan di Indonesia. Bantuan dana pendidikan, yang
sering disebut orang secara salah kaprah sebagai “dana CSR pendidikan”
diluncurkan dunia bisnis dalam jumlah yang lumayan besar. Bantuan dana
pendidikan dari dunia bisnis kini
tergolong besar. BNI misalnya, mengalokasikan bantuan pendidikan sebesar Rp 3
miliar dalam bentuk beasiswa pada 910 siswa sekolah dasar (SD) hingga sekolah
menegah dan perbaikan 65 SD di seluruh Indonesia. Program bantuan pendidikan
tersebut bersama program CSR lainnya, seperti BNI Go Green dan BNI Peduli Kesehatan,
dicanangkan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-65 BNI tanggal 5 Juli
2011. Dana yang dikucurkan PT Semen Gresik
(Persero) Tbk juga lumayan besar bagi dunia pendidikan Indonesia. Pada 2011,
perusahaan tersebut menganggarkan Rp 3-4
miliar sebagai bentuk kepedulian perusahaan terbuka milik Negara tersebut
terhadap isu pendidikan. Dana tersebut disalurkan melalui program CSR
perusahaan yang diwujudkan dalam bentuk bantuan sarana pendidikan dan pelatihan. (SINAR
HARAPAN: Rabu, 12 Oktober 2011).
Indosat
sebagai sebuah perusahaan telekomunikasi besar juga tidak ingin kalah
berkontribusi dalam bidang pendidikan yang diusung perusahaan ini berada dan
disesuaikan dengan karakteristik indosat sebagai perusahaan telekomunikasi.
Sejak 2004, Indosat
telah menggagas “Indonesia Belajar” yang terdiri dari beberapa jenis program
kegiatan, seperti Indosat Science and
Multimedia School (ISMS), Indonesia
Wireless Innovation Compotition (IWIC), bantuan sekolah di Nanggroe Aceh
Darussalam, dan beasiswa bagi guru SMA, serta madrasah Aliyah Negeri. ISMS merupakan
program bantuan perangkat multimedia untuk sekolah
yang dilanjutkan dengan kompetisi pemanfaatan perangakat tersebut, sedangkan
IWIC adalah ajang kompetisi dan apresiasi bagi karya inovasi nirkabel generasi
muda. Pada 2010, sudah lebih dari 1.500 karya inovatif yang dihasilkan semenjak
IWIC diselenggarakan pada 2006.
Maraknya
gerakan kepedulian perusahaan terhadap dunia pendidikan apapun bentuknya, tentu
dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat Indonesia yang masih
membutuhkan akses pendidikan. Kesempatan belajar dengan fasilitas yang memadai
dan mencapai cita-cita setelah tamat belajar sangat terbuka bagi mereka yang
terjamah program bantuan pendidikan perusahaan. Meski demikian, fenomena aktifnya
dunia bisnis membantu pendidikan masyarakat patut dicermati dalam beberapa hal. Misalnya, sebagian besar
program bantuan pendidikan oleh perusahaan di Indonesia masih seputar
penyediaan bangunan dan fasilitas sekolah, beasiswa, dan pengembangan kompetensi
guru yang seyogyanya merupakan tanggungjawab pemerintah. Melalui berbagai program tersebut
dikhawatirkan perusahaan memiliki kekuatan untuk memengaruhi (power of influence) yang terlalu besar
terhadap masyarakat dan pemerintah. Bayangkan, jika system pendidikan di
sebuah daerah sebagian besar didanai oleh perusahaan. System pendidikan akan
runtuh jika perusahaan keluar dari komunitas tersebut. Perusahaan tersebut
dapat saja menguasai mekanisme kebijakan public dan system ekonomi dengan
mengancam akan meninggalkan komunitas jika tidak dituruti kemauannya.
Merancang
program bantuan pendidikan yang ideal sesuai dengan prinsip tanggung jawab
social tidak sembarangan.
Perlu ada keterlibatan komunitas dan pemangku kepentingan lainnya, termasuk
pemerintah dalam rancangan program dan mengutamakan kebutuhan dari sekedar
keinginan. Alangkah baiknya
jika program yang dirancang juga memberikan dampak
dari segi ekonomi atau lingkungan komunitas tersebut. Bantuan
pendidikan jangan sampai menyebabkan adanya
ketergantungan komunitas terhadap perusahaan, terutama dalam jangka panjang.
Sebagai wujud penghargaan bagi perusahaan yang peduli
terhadap pendidikan, Kementerian
Pendidikan Nasional (Kemendiknas) memberikan Anugerah Peduli Pendidikan (APP)
2010 kepada 29 perusahaan. Anugerah ini sebagai bentuk apresiasi atas tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) terhadap
pendidikan. Menteri Pendidikan
Nasional M Nuh, saat penyerahan penghargaan di Jakarta, Jumat (24/9/2010), mengatakan, sangat menghargai perusahaan yang mau
menyisihkan dananya untuk memperbaiki pendidikan dalam berbagai bentuk.
Perusahaan
yang mendapat penghargaan, yaitu Sinar Mas,
Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia, Intel Corporation, Media Nusantara
Citra, PT Astra International, PT Coca Cola
Ungaran, PT Telkom Indonesia, PT
L'Oreal Indonesia, Tanoto Foundation, Pertamina,
SCTV, TV One, Chevron, PT Rajawali Nusantara, PT Taman Wisata Candi
Borobudur Prambanan dan Ratu Boko, PT
Kelola Mina Laut, PT Baba Rafi
Indonesia, Trans Corp, Kompas, Metro TV, Sampoeraa Foundation, PT Djarum, Yayasan Buddha Tzu Chi, USAID, AUSAID, JICA, dan Dompet Duafa.
Bantuan
Penelitian
Ruang
lingkup pendidikan sangat luas, tidak hanya pendidikan formal, akan tetapi juga
informal dan penelitian. Di Indonesia, dukungan perusahaan terhadap penelitian
sangat kurang. Di Negara lain perusahaan memberi banyak dukungan dana
penelitian melalui donasi. Misalnya, dana filantrofi berupa donasi kepada
Massachusetts Institute
of Technology (MIT) dari para alumni dan perusahaan-perusahaan melalui program
CSR mencapai US$ 450 juta di tahun 2010. Begitu juga dana penelitian di Harvard
University yang berasal dari swasta dan pemerintah mencapai US$ 600 juta di
tahun 2010.
Kita
semua menyadari bahwa penelitian sangat berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan
dan kemajuan bangsa. Oleh sebab itu, kita tidak usah heran Negara-negara maju
mempunyai inovasi di berbagai bidang karena dana penelitian mereka memang tidak
kecil. Di Indonesia penelitian masih dianggap sebagai produk
sampingan dunia pendidikan. Padahal daripada perusahaan memberikan dana besar
kepada konsultan, alangkah bermanfaatnya jika dana konsultan tersebut
dialokasikan untuk pusat studi di Perguruan Tinggi.
Mengembangkan
Ekonomi Kerakyatan dan Kawasan Perdesaan
Kegiatan
ekonomi yang berbasis kerakyatan dan melibatkan banyak orang terbukti
memberikan kekuatan kepada rakyat untuk survive dalam
kondisi apapun.
Namun,
kegiatan ekonomi kerakyatan kadang masih terbentur masalah dukungan permodalan.
Lembaga keuangan bank seperti BNI, dalam tiga
tahun terakhir fokus untuk merealisasikan misi kepedulian dan tanggung jawab
terhadap lingkungan dan sosial masyarakat, mencoba mendongkrak ekonomi
kerakyatan melalui pemberian pinjaman lunak. Pinjaman ini dapat dimanfaatkan
secara pribadi maupun kelompok sebagai modal usaha yang pada akhirnya akan
meningkatkan taraf hidup masyarakat. Semangat kepedulian itulah yang mendasari
lahirnya program Kampoeng BNI. Program yang digulirkan sejak 2007 itu hadir
dengan konsep pemberdayaan masyarakat dalam suatu kawasan melalui pemberian
bantuan permodalan, bantuan sarana prasarana, pelatihan, pendampingan, dan
pelestarian alam.
Pemberdayaan
ekonomi berbasis rakyat ini diharapkan berdampak multiplier terhadap
peningkatan taraf hidup masyarakat setempat.
Kampoeng BNI merupakan wujud tanggung jawab sosial BNI terhadap lingkungan
sosial yang dikemas dalam bentuk program berbasis pemberian kredit kemitraan.
Sasarannya adalah masyarakat dan pengusaha kecil di daerah yang secara ekonomi
memerlukan perhatian dan bantuan. Hal ini antara lain dilakukan melalui Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) BNI. Melalui dukungan pinjaman lunak yang
disalurkan dalam PKBL BNI, pengusaha kecil yang selama ini relatif tidak
bankable diharapkan dapat mempunyai kesempatan besar untuk lebih berkembang. Dalam
konsep program Kampoeng BNI, masyarakat yang menjadi mitra binaan diberikan
pinjaman lunak. Bersamaan dengan itu, mereka juga berkesempatan mengikuti
pembinaan berkelanjutan dalam bentuk capacity
building untuk mengembangkan potensi masyarakat. Dalam jangka tiga tahun, Kampoeng
BNI sudah berjalan di enam lokasi antara lain Kampoeng BNI Tenun di Sumatera
Selatan (Sumsel), Kampoeng BNI Pemberdayaan Wanita di Bogor, Kampoeng BNI Sapi
di Subang, Kampoeng BNI Jagung di Ciamis, Kampoeng BNI
Sapi di Pasuruan, dan Kampoeng BNI Pisang Lumajang.
Di
enam lokasi tersebut juga disalurkan bantuan berupa sarana umum yang dibutuhkan
masyarakat. Misalnya gapura,tugu,galeri tempat produk dipamerkan dan dijual, pendapa
tempat berkumpul masyarakat, sekolah, maupun
balai desa.
Selain memberikan bantuan modal kerja, BNI juga turut berperan membina perajin
serta melakukan pendampingan untuk pemasaran produk kain tenun songket agar
dapat diserap pasar dalam maupun luar negeri.
Lain
dari pada itu di Kabupaten Kendal pada tahun 2014 program CSR perusahaan yang
berlokasi di wilayah ini diarahkan pada pemberdayaan desa wisata Sambungsari
karena desa ini sangat sejuk dan cocok sebagai desa wisata. Sementara di desa Tulungsari –Brangsong
dengan program rumah pintar dan sanggar belajar untuk siswa SD dan SMP.
Sosio Ekonomi Mudik Gratis
Setelah
setahun disibukkan dengan pencaharian, hari-hari ini kota besar akan kembali
sepi ditinggalkan para perantau yang mudik ke kampong halaman. Stasiun,
terminal, dan pelabuhan kembali dijejali pemudik yang berebut tiket kendaraan
ke desa kelahiran.
Bagi sebagian
orang, perjuangan untuk mendapatkan angkutan umum yang nyaman dan terjangkau
lebih menguras energy ketimbang perjalanan belasan jam menembus padatnya jalan
raya. Sebab jauh hari sebelum puncak
mudik, tiket angkutan umum seperti kereta api, kapal, dan bus sudah habis
dipesan. Kalau pun masih ada tersisa, perlu merogoh kocek dalam-dalam untuk
mendapatkannya. Atas pertimbangan
itulah beberapa
tahun belakangan program mudik gratis yang
diselenggarakan instansi atau
perusahaan menjadi incaran. Pemilik
armada bus reguler pun mulai
mengeluh ditinggalkan penumpang.
Adalah
produsen jamu Sido Muncul yang kali pertama
memelopori mudik gratis. Sejak 1989
perusahaan asal Semarang ini menggelar
program Mudik Bareng untuk memfasilitasi kliennya, para penjual jamu gendong dan distributor produk mereka yang akan berlebaran di kampung halaman. Rupanya terobosan ini merupakan sarana efektif bagi
perusahaan untuk promosi sekaligus menjaga kesetiaan konsumen. Dengan begitu, banyak perusahaan yang tertarik mengikutinya. Apalagi bujet
untuk gelaran seperti ini bisa dikalkulasi sebagai dana untuk
kepedulian sosial yang wajib dikeluarkan perusahaan, yang dikenal sebagai corporate social responsibility (CSR).
Kini sejumlah perusahaan rutin menggelar program mudik bersama setiap tahun. Di antaranya Indofood yang memberangkatkan pedagang mie instan produknya, PT Holcim dan PT Indocement yang menyediakan bus untuk mudik pekerja
bangunan, dan beberapa
perusahaan yang menjadikan program serupa sebagai "umpan" untuk menjaring konsumen.
Di kalangan perbankan ada BRI dan BNI, dari industri minuman/kesehatan ada PT
Bintang Toejoe, Teh Sariwangi dan PT Sinde Budi Sentosa. Dari operator
selular ada Axis dan Indosat. Selain itu ada instansi non perusahaan
seperti Pemprov Jateng dan Jatim, serta partai politik seperti PDI-P dan Demokrat beberapa tahun lalu sempat menggelar
mudik gratis bagi warga
atau konstituennya.
Agaknya
menarik mempertanyakan mengapa mereka mau
menggelar program seperti ini.
Padahal untuk menyediakan sekian
banyak bus jelas butuh ratusan juta atau bahkan miliaran rupiah. Mengenai hal ini Dirut PT Sido Muncul Irwan Hidayat tak menampiknya. "Jika tidak menguntungkan buat kami, buat apa pusing-pusing bikin mudik gratis?" katanya diplomatis. Sayang, Irwan menolak menyebut
biaya dan keuntungan yang didapat
perusahaannya dari program Mudik Bareng. Namun Humas PT Sido Muncul, Nanik R Soenarso menjelaskan, selain bertujuan membantu pemerintah menyediakan angkutan lebaran yang layak bagi masyarakat, lewat program CSR ini pihaknya memperoleh
keuntungan yang tidak bisa diukur secara finansial.
"Perusahaan
memang selalu menginginkan target akhirnya
ke sale (penjualan). Dengan adanya program ini, para
penyeduh jamu dan asongan lebih setia
dan konsisten memasarkan produk kami
ke konsumen," jelasnya. Keuntungan lainnya,
perusahaan mendapatkan citra positif di mata pemerintah
maupun masyarakat karena kepeduliannya kepada masyarakat
kecil. "Apalagi kami adalah
pioner mudik gratis, dan mempertahankan
sampai 20 kali tidak gampang,"
tambah Nanik.
Seperti halnya Sido Muncul, tentu tak semata-mata keuntungan finansial yang ingin
dicapai jika partai
politik semacam PDI-P dan Demokrat tahun 2008 lalu ikut-ikutan menggelar mudik gratis.
Target utamanya tidak
lain menjaring pemilih sebanyak-banyaknya
pada Pemilu Legislatif dan Pilpres.
Maka setelah pemilu usai, kelanjutan
program ini tidak jelas.
Di kalangan perusahaan sendiri, entah karena situasi ekonomi yang sedang sulit atau
faktor lain, penyelenggara mudik gratis pada lebaran 3 tahun terakhir ini jauh menurun dibanding tahun sebelumnya. "Data yang terkumpul, hanya empat perusahaan. padahal,
tahun sebelumnya cukup banyak, termasuk keterlibatan partai politik,"
kata Dirjen Perhubungan Darat, Departemen Perhubungan, Suroyo Alimoeso.
Tanpa memerinci lebih lanjut, dari penyedia mudik gratis tahun lalu cuma empat yang
disebut Suroyo berpartisipasi lagi, yakni PT Jasa Raharja, Bank BRI, PT Astra internasional, dan PT Sido-muncul.
Dari identifikasi program CSR yang telah
diuraikan di atas, dapat diringkas uraian sebagai berikut:
a.
CSR atau tanggung jawab sosial
perusahaan yang selama ini dipahami sebagai bentuk aktivitas sosial yang
ditujukan sebatas kepada stakeholder eksternal atau yang biasa disebut
dengan masyarakat. Sifat karitatif melekat pada kegiatan itu, yang kemudian
memunculkan salah pemahaman terhadap konsep CSR sebagai tidak lebih dari
sekadar kegiatan donasi.
b.
CSR memiliki makna yang lebih luas,
karena sesungguhnya yang menjadi sasaran kegiatannya adalah mereka yang berada
di dalam maupun di luar perusahaan serta memiliki kontribusi penting terhadap
keberlangsungan hidup perusahaan dan lingkungannya.
c.
CSR berkaitan dengan hal-hal yang
lebih luas seperti hak asasi manusia (HAM), isu dan permasalahan lingkungan,
kondisi dan syarat-syarat kerja, kesehatan dan keselamatan kerja (K3), hubungan
industrial, pekerja anak, HIV/AIDS, kesetaraan gender, pengurangan kemiskinan,
pengembangan kemitraan sektor swasta, etika bisnis, sektor bisnis di daerah
konflik, lembaga-lembaga internasional, pengembangan masyarakat setempat
(kesehatan, budaya, pendidikan, infrastruktur, dll), dan dialog dengan stakeholder.
KESIMPULAN
a.
Sedikitnya terdapat enam manfaat
dari melakukan aktivitas CSR secara konsisten, antara
lain mengurangi risiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang
diterima perasahaan, berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang
diakibatkan suatu krisis, memunculkan keterlibatan dan kebanggaan
karyawan, memperbaiki dan mempererat hubungan antara perasahaan dengan para stakeholder-nya, meningkatkan penjualan, dan memperbesar kemungkinan mendapat insentif-insentif lain seperti insentif pajak.
b.
Di luar benefit-benefit yang didapatkan perusahaan tadi, dengan menerapkan aktivitas CSR secara konsisten, perusahaan juga turut berkontribusi bagi peningkatan kesejahteraan
dan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan sekitar dalam jangka panjang.
c.
Bila
dibuat peringkat diantara program bantuan sosial yang selama ini telah
dilakukan perusahaan, maka program pengembangan ataupun pemberdayaan ekonomi rakyat
memberikan tingkat efektifitas yang lebih tinggi dibanding program lain karena
program pemberdayaan ekonomi bersifat produktif dan memberikan kesinambungan bagi
kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang
d.
Merancang
program CSR secara terencana dan sesuai
dengan kebutuhan kelompok sasaran dan bukan semata –mata untuk mendapatkan
simpati masyarakat sesaat karena bagi-bagi donasi tentu akan memberikan efektifitas yang lebih
baik
REFERENSI
Arif B. dkk, CSR:
Jawaban bagi Modal Pembangunan
Indonesia masa kini, Penerbit Indonesia Center for Sustainable
Development Jakarta, 2004
Henry Heyneardhi, Kritis memahami CSR, CSR Briefing
Series 1 Business Watch Indonesia FIDES Institute, 2005
CSR
– Bantuan Program Pendidikan, SINAR
HARAPAN: Rabu, 12 Oktober 2011
Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility).
Gresik: Fascho Publishing
Maria
Nindita Radyati, Investasi
CSR pada Pendidikan, SUARA
HARAPAN: Rabu, 9 November 2011
Mengembangkan
Ekonomi Kerakyatan dan Kawasan Perdesaan, SEPUTAR
INDONESIA: Kamis, 16 Desember 2010
Sosio Ekonomi Mudik Gratis, Sumber: Suara
Merdeka 14-09-2009, halaman 11
UU
RI No 40/2007 tentang Perseroan
Terbatas